Twenty One

934 105 18
                                    

Selamat membaca....
Maaf gaje ehehe























































"Anak kecil kurang ajar!!" Maki shania, ketika ia masuk ke dalam rumah dan masih merasa kesal karena kejadian di butiq milik ve.
Marcel yang sedang menonton tv bersama dengan sinka dan jacob pun terganggu dengan suara shania.
"Kamu kenapa shan? Pulang-pulang kok bete gitu" tanya marcel.
Shania mendaratkan bokongnya dengan kasar di atas sofa, sambil melempar asal tas jinjingnya.
"Aku kesel!" Jawabnya singkat
*marcel menyerngit bingung*
"Kesel sama siapa?" Tanya marcel.
"Sama ve, dan pacarnya yang bau kencur itu!" Jawab shania.
*marcel kembali menatap shania bingung*

*Ve punya pacar? Bau kencur?"* batin marcel

"Ve punya pacar? Kamu tau dari mana?" Tanya marcel yang semakin penasaran dengan cerita shania.
"Iya, dia punya pacar. Dan aku tau karena tadi tuh shania ke butiqnya ve" jawab shania, yang membuat marcel terkejut mendengarnya.
"Ka-kamu tau dari mana ve punya butiq?" Tanya marcel lagi, dan shania tersenyum sinis ke arah marcel. Lalu mengeluarkan selembar kertas kecil dari tasnya dan ia tunjukan pada marcel.
"Dari ini. Nota pembayaran Marcel Candrawinatha di butiq Veranda. Awalnya shania pikir ini cuma kertas biasa yang shania temukan di dalam kantung jas kak marcel. Tapi pas shania baca ada nama butiq veranda dan tanda tangan ve yang shania ingat betul itu punya ve. Jadi shania cek ke butiq itu, dan ya ternyata benar itu butiq milik ve" jelas shania panjang lebar, membuat marcel dua kali terkejut mendengarnya.

*Gawat, shania udah tau keberadaan ve* batin marcel panik.

"Kak marcel kenapa, hmm? Panik ya karena aku udah tau dimana keberadaan ve?" Kata shania, yang seolah tau isi hati marcel.
Marcel kembali menatap shania, dan mencoba bersikap tenang di hadapan shania.
"Aku biasa aja. Kalau kamu udah tau keberadaan ve ya udah. Pesan aku cuma satu sama kamu" marcel mendekati shania.
"Jangan kamu ganggu ve dan naomi. Apa lagi sampai merebut naomi dari ve. Dan kalau sampai itu terjadi, aku pastikan kamu akan menyesal shania" pesan marcel pada shania.
Sedangkan shania menyerngit bingung dengan apa yang marcel katakan padanya. Tapi Shania mencoba mencerna ucapan marcel tadi.
*Naomi?* batin shania
"Naomi? Apa dia anak aku?" Tanya shania yang tidak ingin menyimpan rasa penasarannya dengan seseorang bernama naomi, seperti yang disebutkan oleh marcel.
Dan marcel pun menyadari sesuatu, jika ia sudah memberitahu pada shania siapa nama anaknya selama ini.
*shania pun tersenyum sinis*
"Thanks kak udah kasih tau aku siapa nama anak aku selama ini. Dan itu mudah buat aku bisa menemukan naomi" kata shania, sambil menepuk pundak marcel lalu pergi meninggalkan marcel ke kamar.
Sedangkan marcel berdecak kesal karena tanpa sengaja menyebut nama naomi di hadapan shania.
"Sial!" Umpat marcel.

Shania yang sudah berada di dalam kamar kembali memikirkan naomi. Bayang-bayang gadis bernama naomi itu terlintas dipikiran shania. Jika diingat-ingat lagi, shania sebelumnya sudah bertemu dengan naomi saat di mall. Ketika ia kehilangan sinka dan sinka sedang bersama naomi. Disaat yang bersamaan juga shania bertemu dengan ve. Itu artinya, gadis bernama shinta naomi adalah anaknya. Gadis yang sama ketika shania jumpai di butiq ve tadi sore.
"Tapi kenapa mereka pacaran?" Bingung shania.
"Ve bener-bener gila! Dia gak bisa milikin aku sepenuhnya, sekarang dia mau milikin naomi seutuhnya!" Geram shania.
*Tiba-tiba pintu kamar shania terbuka*
"Mamah" panggilan sinka, membuat amarah shania tiba-tiba meredup.
Shania tersenyum kepada putri kecilnya itu.
"Kenapa sayang?" Tanya shania, sambil memangku tubuh kecil sinka.
Sinka menatap wajah shania, dan mengusap lembut pipinya.
"Papah kemana? Kok gak pulang-pulang" tanya sinka.
Shania yang ditanya seperti itu oleh sinka pun bingung ingin menjawab apa. Sudah berkali-kali putrinya itu bertanya keberadaan deva dan shania terpaksa harus terus berbohong kepada sinka ataupun jacob. Karena shania sendiri tidak tau dimana deva, dan shania begitu sulit untuk menghubunginya.
"Mamah kan udah bilang kalo papah lagi keluar kota. Ada tugas penting disana. Jadi papah pulangnya agak lama" lagi-lagi shania kembali berbohong.
"Tapi kenapa papah gak telfon mamah. Biasanya papah telfon mamah terus nanyain kaka dan kak jacob" kata sinka, yang sepertinya tidak sepenuhnya percaya pada ucapan shania.
Shania mencoba mengelus dada, jika sinka akan begitu cerewetnya menanyakan deva.
"Hemm sayang, mamah mau ke kamar mandi dulu ya. Perut mamah sakit nih, kaka sama om acel atau kak jacob ya" alasan shania yang berpura-pura sakit perut untuk menghindari pertanyaan sinka lagi tentang keberadaan deva.
Shania pun menurun kan sinka dari pangkuannya, lalu secepat mungkin masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan sinka tidak begitu saja pergi dari kamar shania. Gadis kecil itu justru duduk di atas tempat tidur shania sambil bersendekap dada.
"Mamah pasti bohong" gumam sinka, yang tak lama shania keluar dan terkejut mendapati sinka masih berada di dalam kamarnya sambil menatapnya dengan tatapan marah.
"Kok kam-"
"Mamah bohong. Kaka benci mamah" sinka pun berlari keluar dari kamar dan tidak memperdulikan panggilan shania.
Shania sendiri tidak mengejar sinka, ia tau sinka marah. Dan lebih baik shania mendiamkannya sampai gadis kecilnya itu lelah sendiri.
Saat ini tujuan shania adalah memikirkan cara untuk merebut naomi dari ve. Bagaimanapun caranya shania harus bisa mendapatkan naomi, putri sulungnya itu.

*Keesokan harinya*

Ve sedang dalam perjalanan dari butiq menuju ke sekolah naomi. Seperti biasa, ve akan menjemput naomi pulang dari sekolah. Dan bukan mang danang lagi yang bertugas mengantar jemput naomi, tapi ve.
Tak sampai satu jam ve sampai di sekolah naomi, dan naomi juga sudah menunggu kedatangannya di depan gerbang.
"Gimana hari ini di sekolah?" Tanya ve, ketika naomi sudah duduk di sampingnya.
"Biasa aja. Eh tapi-" tiba-tiba naomi teringat sesuatu.
"Tapi apa?" Tanya ve, sambil melirik sekilas ke arah naomi di sampingnya.
Sementara naomi sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya.
"Ada yang kasih naomi ini bun, di kolong meja" naomi menunjukan setangkai bunga mawar putih dan susu stroberi favorite naomi.
*ve mengangkat sebelah alisnya*
"Siapa yang kasih? Pengagum rahasia kamu?" Tanya ve.
*Dan naomi menggidikan bahu tanda tidak tahu*
"Entahlah, naomi juga gatau. Lagian di sekolah kan cewe semua, masa iya ada yang naksir sama naomi" heran naomi, sambil memainkan bunga mawar putih di tangannya.
*ve tersenyum sambil menggelengkan kepala*

"Kamu itu cantik, ya wajar aja kalo ada cowo ataupun cewe yang naksir sama kamu. Contohnya ya bubi ini" ucap ve yang pastinya hanya di dalam hati.

"Kamu itu cantik. Ya menurut bubi wajar aja kalo ada cowo ataupun cewe yang naksir sama kamu" kata ve
*naomi menatap wajah samping ve*
"Contohnya bunda kan. Bunda pasti naksir sama aku juga hahaha" tawa naomi, yang sukses membuat ve terkejut mendengarnya.
*lah kok dia bisa tau sih. Jangan-jangan naomi bisa baca pikiran orang* batin ve heran.
"Emangnya kalo bubi naksir sama kamu, terus kita pacaran. Kamu mau gitu?" Tanya ve.
*naomi kembali menatap ve*
"Lho, kita kan udah pacaran. Bunda lupa ya??" Kata naomi yang mengingatkan ve.
"Masa sih?"
"Iya, tapi pacar boongan haha" tawa naomi lagi.
*dan ve berdecak kesal karena baru menyadari sesuatu*
"Beneran juga gapapa sih" kata ve, sambil tersenyum jahil pada naomi.
Naomi pun langsung menatap ve dan mengembungkan pipi.
"Ish, gak mau. Bunda kan bekasnya shania, dan naomi gak mau yang bekas. Mau nya yang baru, lagian naomi mau nya sama cowo bukan cewe" ucap naomi, yang entah kenapa membuat ve kecewa mendengarnya.
*ve pun akhirnya diam, tidak lagi membalas ucapan naomi*
Naomi sendiri dibuat heran oleh ve yang tiba-tiba saja diam.
"Bunda, kenapa?" Tanya naomi melembut, sambil menyentuh lembut lengan ve.
Ve hanya menatap sekilas naomi dan tersenyum tipis.
"Bubi gapapa" jawabnya, sambil menahan sesak yang tiba-tiba saja menyerangnya.
Dan naomi pun diam, setelah mendengar jawaban dari ve.
Sampai akhirnya mobil ve berhenti tepat di depan gerbang rumah.
"Lho, kok ke rumah sih!" kesal naomi yang baru menyadari jika ve tidak membawanya ke butiq, tapi membawanya pulang ke rumah.
"Turun" perintah ve, membuat naomi heran dengan sikap dingin ve padanya.
"Gak mau. Naomi mau ikut bunda ke butiq" tolak naomi yang tidak ingin turun dari mobil.
Karena naomi menolak, akhirnya ve turun dari mobil dan membuka pintu pagar rumahnya. Lalu ve kembali masuk ke dalam mobil dan memarkirkan mobilnya di garasi.
"Kalo kamu gak mau turun, ya udah terserah. Bubi mau masuk, bubi laper" kata ve, yang kembali turun dari mobil dan meninggalkan naomi masuk ke dalam rumah.
Tak lama naomi menyusul ve masuk ke dalam rumah.
"Kalo bunda laper kan kita bisa delivery. Dan gak harus pulang dulu buat makan" naomi mencoba mengejar ve dan menghentikan langkah ve.
*bunda ngeselin banget sih!* kesal naomi dalam hati.
"Bubi bosen delivery. Mau masak masakan sendiri aja" kata ve dari arah dapur.
Sesampainya naomi di dapur, ia melihat ve yang langsung sibuk dengan peralatan masaknya. Tanpa naomi ketahui sebenarnya ve seperti itu untuk menghilangkan perasaan kecewa dan sesaknya karena ucapan naomi tadi.

Sementara keadaan di luar rumah ve, tanpa naomi dan ve sadari. Sejak kepergian ve dari butiq menuju ke sekolah naomi, dari arah belakang mobil ve sudah ada mobil lain yang mengikutinya. Dan sampai akhirnya mobil yang mengikuti ve itu berhenti tak jauh dari rumah ve.
"Akhirnya, aku tau dimana kalian tinggal selama ini dan dimana naomi sekolah" kata seorang wanita yang tersenyum menyeringai sambil memperhatikan keadaan rumah ve.
Wanita itu yang tak lain adalah shania junianatha, yang sudah mengikuti ve dari butiq sampai ke rumah.







*tbc*

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang