Langkah kaki berjalan tidak seirama. Menyimpan sejuta asrar yang hendak di kubur dalam, hingga tiada satu orangpun mampu menggalinya kembali. Hembusan angin menerpa helaian rambut seorang gadis yang bukan gadis lagi. Posturnya tinggi mencapai 165 cm, dengan kulit khas wanita Asia, rambut hitam nan bergelombang, matanya yang coklat dan bibirnya yang tipis menorehkan senyum manis begitu calak bila dipandang mata. Kilaunya sama seperti namanya. Mutiara.
Perlahan kaki jenjang itu masuk ke dalam mobil seorang laki-laki paruh baya. Senyumnya merekah. Retisalya yang dirasa memaksanya melakukannya.
"Om, janjian sama ustadznya di majuin jadi pagi ya om?" Tanya Tiara penasaran ketika Salman memaksanya untuk ikut pergi besama Salman pukul 06.15.
"Janjinya tetap nanti siang Ra jam dua di Masjid Baiturrahman." Jawab Salman.
"Terus kenapa om ajak Tiara pergi pagi buta begini?" Tanya Tiara semakin penasaran saat mobil itu mulai melaju meninggalkan kediamannya.
"Om mau ajak kamu ke rumah. Tante kamu semalam sudah mengomel tidak jelas. Mulai termakan dengan semua berita yang sekarang menyebar luas." Jelas Salman.
"Maafkan Tiara ya om. Gara-gara Tiara, om jadi kena masalah gini." Sesal Tiara sambil menunduk menatap sandal yang ia kenakan.
"Om sudah bilang, masalah kamu masalah om juga. Jika papamu masih ada pastilah papamu juga akan melakukan hal yang sama seperti yang om lakukan saat ini." Jelas Salman sambil terus menatap jalan ke depan.
"Pak, agak dipercepat sedikit ya pak jalannya. Nanti orang di rumah keburu pergi kalau kesiangan." Seru Salman pada supirnya.
"Baik pak." Jawab supir Salman.
Sesampainya di kediaman Salman, Tiara langsung mengikuti langkah kaki Salman memasuki rumahnya. Keluarga Salman sedang sarapan pagi di meja makan. Ada rasa getir di hati Tiara, ia takut akan salah berbicara dan malah memperburuk keadaan.
"Pagi semuanya." Sapa Salman sambil berjalan menuju ke meja makan diikuti Tiara yang mengekor di belakangnya. Semua orang terkejut melihat pemandangan yang diciptakan Salman, dan tentu saja menimbulkan respon yang buruk dari Sania, istri Salman.
"Untuk apa papa membawa wanita murahan ini ke rumah kita?" Tanya Sania yang mulai emosi saat melihat Tiara.
"Sini kamu keluar dari rumah saya!" Usir Sania sambil menarik tangan Tiara.
"Sakit tante." Lirih Tiara.
"Ma! Jangan keterlaluan! Dia itu sedang hamil." Teriak Salman sambil melepaskan Tiara dari genggaman Sania. Semua orang yang ada di sana terkejut mendengar ucapan yang keluar dari bibir Salman.
"Hamil? Sudah sejauh itukah hubungan kalian?" Tanya Sania tidak percaya.
"Tante. Tante salah paham. Tiara gak punya hubungan apa-apa sama om Salman. Om Salman hanya membantu menjaga Tiara seperti papa Tiara tante." Jelas Tiara yang mulai menangis karena ketakutan.
"Kamu dengar? Otak kamu itu selalu dipenuhi dengan pikiran yang negatif. Harusnya kamu bisa berpikir lebih jernih sebagai seorang ibu." Ujar Salman mulai geram pada Sania.
"Kemari nak! Jangan menangis. Ceritakan kebenarannya pada kami. Apa anak ini anak om Salman?" Tanya Tiwi pelan setelah meraih tangan Tiara. Tiwi adalah istri pertama Salman.
"Tiwi. Apa kamu tidak punya pertanyaan lain padanya? Tidak bisakah kamu percaya padaku?" Ucap Salman memejamkan matanya sejenak menahan amarahnya pada keluarganya yang tidak bisa memercayainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
RomanceHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...