1. First Immpression

20.3K 350 4
                                    

Anjani Putri nama yang selalu menjadi absen nomor satu dikelas dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Padahal masih ada banyak huruf abjad lain sebelum N, tetapi tetap saja Anjani mendapati dirinya berada di absen nomor satu. Mungkin sudah takdirnya.

Ada plus minusnya menjadi absen nomor satu dikelas. Tetapi jika dipertimbangkan lebih banyak minusnya dan Anjani kesal sekali dengan itu. Contohnya seperti saat ini, Anjani selalu jadi sasaran empuk menjawab pertanyaan dari guru.

"Silahkan Anjani maju ke depan." Anjani menghela nafasnya pelan dan segera bangkit dari tempat duduknya menuju ke papan tulis yang berada didepan kelas. Tidak lupa ia membawa selembar kertas coretan yang sebelumnya sudah sibuk membagi perhatiannya antara penjelasan guru dan mengerjakan soal-soal yang Anjani yakini akan terlempar padanya.

Dan terbukti saja, Anjani kena lagi. Segera ia ambil spidol diatas meja dan mulai mengisi papan tulis yang kosong dengan coretan dari tangannya.

"Ya betul, silahkan duduk. Terimakasih ya Anjani." Anjani mengangguk pelan dan kembali lagi ke tempat duduknya setelah dipersilahkan. "Jadi ini adalah contohnya, silahkan kalian kerjakan untuk soal-soal selanjutnya karena saya ada keperluan. Nanti tolong kumpulkan kemeja saya setelah jam pelajaran selesai. Selamat siang."

"Selamat siang pak."

Kepergian guru laki-laki dengan tubuh tambun itu membuat riuh kelas yang semula hening.

Anjani menelungkupkan kepalanya diatas meja setelah duduk dengan tegak sedari jam pertama pelajaran dimulai. Absen pertama dan duduk dibarisan pertama, sangat tidak menyenangkan sekali. Ini semua karena Anjani datang kesiangan sewaktu hari pertama masuk sekolah sehingga ia tidak kebagian bangku bagian belakang dan berakhir begini.

"Males banget kalo pelajaran Pak Uki. Dapat tugas terus." Keluh Arumi teman dekat Anjani sekaligus teman sebangkunya yang baru kesampaian tahun ini.

"Tapi kamu suka dapat jam kosong." Celetuk Anjani yang sangat benar.

"Iya sih, tapi kurang lama. Harusnya gak usah masuk sekalian tuh bapak botak." Lagi-lagi Arumi mengeluh, tetapi meskipun begitu tangannya terus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka sebelumnya.

Satu hal yang disukai Anjani dari sahabatnya Arumi adalah dia anak yang rajin, rajin mengerjakan tugas. Jujur saja, hanya Arumi yang bisa sedekat ini dengan Anjani. Dekat dalam artian sebenarnya, berbagi cerita dan semua hal. Memiliki Arumi sebagai teman yang benar-benar dekat adalah hal yang bisa dianggap hal luar biasa bagi Anjani yang selalu merasa tidak cocok dengan siapapun.

Anjani bukan orang introvert berlebihan, ia juga bukan orang yang pendiam yang benar-benar diam. Anjani suka berbicara dengan orang lain, bahkan seharian tanpa berhenti. Tetapi tiap ia bertemu orang baru dan kemudian berteman, Anjani selalu saja mendapati hal yang tidak cocok dengannya. Jadi meskipun Anjani punya banyak teman dan kenalan, tidak ada teman yang benar-benar dekat selain Arumi.

Disaat Anjani melalang buana dengan pikirannya, suara seruan keras menyentak Anjani begitu juga Arumi. Mereka berdua menengok kearah pintu kelas yang terbuka dimana suara keributan itu berasal. Beberapa teman kelas mereka keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. Tetapi tidak dengan Anjani dan Arumi yang kembali berkutat dengan soal-soal, karena tanpa mencari tahu nantinya juga akan tahu pada akhirnya.

"Yang nomor tujuh gimana sih An? Kok kayaknya beda ya rumusnya?" Pertanyaan Arumi seraya menunjuk soal yang dimaksud membuat terjadinya diskusi kecil antara Arumi dan Anjani.

"Ada cowok ganteng jadi anak baru."

Nah kan, benar saja. Akan ada informasi yang sampai meskipun tidak dicari tahu. Mulut anak kelas Anjani ini memang juara sekali jika masalah gosip ataupun berita-berita terkini di sekolah.

"Percuma ganteng kalo gak bisa jadi pacar." Celetuk Arumi yang langsung mendapatkan tawa dari Anjani karena mereka sepemikiran.

"Pikirin tuh ayang Tito yang tukang ngambek." Dikatai seperti itu Arumi menepuk keningnya seakan lupa sesuatu. "Kenapa?"

"Haduh lupa aku buka blokir nomornya pagi tadi. Pasti dia marah balik deh." Arumi terlihat terburu-buru mengutak-atik ponselnya.

Dalam masalah asmara, Arumi dan Anjani berbeda jauh. Arumi tipe orang yang suka ganti-ganti pacar tiap minggu sedangkan Anjani betah sendiri sampai menahun.

"Iya, ini aku lagi disekolah lagi ada jam kosong. Iya aku minta maaf ya sayang." Anjani menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Arumi yang dibuat sok manis dan manja itu, tau-tau temannya saat ini sedang berbicara melalui telfon dengan kekasihnya.

Tak mau mendengar makin banyak ucapan Arumi, Anjani memilih keluar dari kelas. Tugasnya sudah selesai dan tinggal menunggu untuk dikumpulkan saja. Berjalan keluar, Anjani memilih berdiri dipagar depan kelasnya. Fyi kelas Anjani berada dilantai dua yang mana langsung menghadap ke lapangan.

Melihat sekeliling, Anjani mendapati ada beberapa kelas juga yang sepertinya memiliki jam kosong hari ini. Sisanya yang meramaikan area sekolah diwaktu jam pelajaran ini adalah kelas yang sedang melangsungkan pelajaran penjaskes di lapangan. Tidak ada yang menarik sama sekali, apakah Anjani harus pergi ke perpustakaan untuk melihat-lihat buku disana supaya tidak suntuk?

"Itu anak barunya." Tunjuk salah satu teman Anjani yang sedari tadi berada di teras kelas. Mata Anjani mengikuti arah tunjuk tersebut dan menemukan satu objek.

"Ganteng." Seseorang yang disebut tampan itu tiba-tiba mengalihkan tatapannya kearah atas dimana Anjani dan beberapa teman kelasnya berada. Sesaat Anjani dan pemuda yang katanya anak baru itu saling adu tatap sebelum Anjani mengalihkan matanya kearah lain dan langsung masuk ke kelas.

Anjani setuju dengan ucapan teman-temannya kalau pemuda anak baru itu memang tampan dan sangat terlihat sekali wajah orang kotanya, apalagi dengan kulit putih bersih seperti itu semakin menunjukkan kalau pemuda itu sepertinya anak orang berpunya.

Hanya sesaat Anjani memikirkannya, karena untuk apa juga tiba-tiba ia menilai pemuda itu padahal mereka berdua tidak punya urusan sama sekali. Anjani menggelengkan kepalanya pelan dan mengambil duduk dikursi miliknya.

Daripada memikirkan hal yang sia-sia lebih baik Anjani melanjutkan bacaan novelnya atau tidak membaca episode terbaru komik favoritnya selagi punya jam pelajaran kosong. Beginilah enaknya kalau punya jam kosong dan tugasnya sudah selesai, Anjani bisa memiliki waktu luang bermain ponselnya dan melakukan hobinya. Sayang sekali tidak ada tempat untuk merebahkan diri dikelasnya ini, padahal saat membaca novel atau komik lebih mantap lagi jikalau sambil rebahan. Nikmat dunia mana yang lebih baik.

Untuk memfokuskan diri pada bacaan, Anjani memilih untuk mengambil earphone miliknya dan mendengarkan lagu daripada harus mendengarkan temannya Arumi yang belum selesai juga bertelepon dengan kekasihnya yang tukang ngambek itu.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang