"Karna beberapa hal memang diciptakan terlalu dekat untuk ditatap, namun terlalu jauh untuk digapai. -Fiersa Besari"
Hiruk pikuk Jakarta dipagi hari sudah menjadi makananku sehari-hari. Macet, asap knalpot , suara klakson kendaraan dari orang-orang yang tidak sabaran, sudah menjadi sarapanku setiap pagi. Memang kadang membuat muak, namun, ya inilah ibu kota.
Sebuah pesan muncul dari aplikasi kakaotalk ku. Itu dari mba Hye Jin, 'udah sampe mana ra?' Tanyanya.
'Bentar lagi sampe salon ko mba' jawabku.
'Tolong mampir ke starbuck dulu ya ra, beliin aku hot capucinno latte' katanya.
'Siap mba' balasku.
Aku segera menyetop taksi yang ku tumpangi didepan starbuck untuk membeli pesanan mba Hye Jin, kemudian aku membayar argo taksinya.
Setelah sampai didalam, aku segera menghampiri counter untuk memesan. "Satu capucinno latte dan hot matcha latte ya" pesanku pada kasir yang kuhampiri counter nya. Beberapa menit kemudian, pesananku sudah jadi, aku bergegas pergi menuju salon yang kebetulan bersebrangan dengan sturbucks yang aku datangi.
Baru saja sampai, mba Hye Jin sudah merangkulku masuk ke dalam kantornya. "Yuk Ra langsung rapat" katanya.
"Eh mba ini awas nanti kopinya tumpahloh" ucapku panik.
Namun mba Hye Jin tidak mendengarkanku, dia merangkulku lebih erat, tidak peduli denganku yang kewalahan membawa dua minuman panas sambil takut minuman ini akan tumpah.
Sesampainya didalam kantor mba Hye Jin, aku mengernyitkan dahiku. Kemana semua orang? Bukannya kami akan rapat? Kenapa hanya ada aku dan mba Hye Jin disini?
"Ko cuma berdua mba? Yang lain kemana?" Tanyaku bingung
"Diluar, kan takut ada pelanggan" katanya sambil menyiapkan berkas berkas
"Loh katanya mau meeting kemaren" tanyaku lagi
"Loh yang bilang meeting nya buat semua karyawan siapa Ra?" Ucap mba Hye Jin balik bertanya
"Yeh tau gitu aku gadateng sepagi ini" ucapku kesal
Mba Hye Jin hanya tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya padaku, "hihi maaf deh" katanya.
Aku menarik nafasku panjang, kadang memang mba Hye Jin bisa menjadi sangat menyebalkan. "Ada project apa emangnya mba?" Tanyaku langsung ke intinya
"Em jadi gini ra, temenku yang di Korea, neneknya sakit, dan dia harus rawat neneknya sampe sembuh karna orang tuanya sibuk" ucap mba Hye Jin mulai bercerita
Aku mendengarkan dengan seksama, "iyaa terus?" Tanyaku
"Dia udh terlanjur tanda tangan kontrak kerja buat make-up in salah satu boygroup yang lagi mau world tour, dan dia udah gabisa ngebatalin kontrak karna world tournya bentar lagi" lanjutnya
Aku hanya ber-oh-ria mendengar cerita mba Hye Jin, menunggunya sampai pada inti pembicaraannya kali ini, "terus?" Tanyaku lagi
"Dia minta aku buat gantiin tim dia, karna dia gatau mau minta tolong ke siapa lagi" lanjut mba Hye Jin
Aku mengangguk mengartikan bahwa aku mengerti inti pembicaraan ini atau sepertinya aku hanya so tau, "jadi mba harus ke Korea? Berapa hari? Gapapa aku bisa ko handle klien disini tanpa mba tenang mba" ucapku so mengerti
Mba Hye Jin terlihat bingung, "yang bilang kamu bakal tetep disini siapa Ra?" Tanyanya
Kini giliran aku yang bingung "lah terus mba mau aku dimana?" Tanyaku
"Itu kenapa cuma kamu yang aku ajak meeting Ra, aku mau ajak kamu ke Korea bareng aku, jadi tim aku disana, soalnya gamungkin aku handle mereka sendirian, make-up in 7 orang sekaligus kan ga mungkin Ra" jelas mba Hye Jin
Ok, ini gila.
"Loh ko aku mba?" Tanyaku tidak terima
"Ayolah Ra, cuma kamu yang lancar bahasa Korea, kamu juga udah punya pasport, kamu tinggal ikut, aku yang bakal urus tiket sampe penginapan kita disana, aku jamin kamu gabakal nyesel ikut aku" ucap mba Hye Jin memohon
Sebenarnya memang masuk akal jika mba Hye Jin mengharapkan aku yang ikut bersamanya, hanya aku yang lancar berbahasa Korea diantara karyawan lain, mba Hye Jin juga sangat dekat denganku, lagipula hanya aku yang single di salon ini, artinya hanya aku yang bebas bisa kemana saja tanpa ada yng melarang, lagipula aku juga jauh dari orang tua.
Aku menghembuskan nafas panjang, tidak ada jalan lain, mba Hye Jin juga sudah memasang wajah memohonnya, bagaimana bisa aku menolak?
"Yaudah aku ikut mba, tapi galama kan?" Kataku menyerah
Raut wajah mba Hye Jin langsung berubah cerah "engga ko, mereka tournya cuma sebulan Ra, jadi kirakira kita pergi sebulan lebihan" jelas mba Hye Jin
What? Sebulan?! Oh ayolah! Bahkan ini tidak bisa menjadi lebih berat lagi
"Yah mba lama banget sebulanmah" ucapku protes
"Yah maaf Ra, bantuin aku kali ini yaa aku kasih bonus deh nanti, ya? Jebal" mba Hye Jin memohon (*jebal : kumohon)
Dia selalu tau kelemahanku, aku paling tidak tahan bila seseorang memohon padaku, apalagi soal minta pertolongan
Aku menghembuskan nafas panjang lagi "yaudah iya iya" jawabku menyerah
"Yes! Gomawoyo Ara-ah! Saranghae~" katanya (*gomawo : terimakasih, *saranghae: aku cinta kamu)
Sebulan kedepan, pasti hari-hariku akan begitu melelahkan, pergi dari satu negara ke negara yang lain selama sebulan, merias wajah 7 idol selama konser, pasti sangat melelahkan, bahkan lebih melelahkan dari bekerja seharian di salon
Aku baru ingat aku belum bertanya kapan kami akan berangkat, "kita kapan berangkatnya mba?" Tanyaku
Dia menoleh, "hm? Nanti malem Ra, aku udah beli tiketnya, kita flight jam 10an" Katanya sambil tersenyum
Sempurna. Bahkan ini menjadi semakin berat.
Tapi siapa sebenarnya boygroup yang akan kami tangani ini? Mereka ada 7 orang, sedang ada world tour juga, mengingatkanku pada Bangtan, tapi, ah tidak mungkin juga mereka yang mba Hye Jin maksud.
Mba Hye Jin memanggil namaku, membuyarkanku dari lamunanku, "Ra, gwaenchanhayo?" Tanyanya
(*gwaenchanha : kamu gapapa?)Aku segera sadar dari lamunanku soal Bangtan "ah ne na gwaenchanhayo" jawabku (*na gwaenchanhayo : aku gapapa)
Mba Hye Jin tersenyum, "kamu hari ini libur aja Ra, siap siap nanti malem, nanti malem aku jemput kamu jam 8an ya" katanya
Setidaknya aku libur hari ini.
Aku membereskan barangku, lalu beranjak pergi "Yaudah aku pulang dulu ya mba, see you tomorrow" ucapku sambil meninggalkan kantor mba Hye Jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...