"Salahku karna sudah menaruh harapan ini terlalu tinggi, hingga kenyataan tidak dapat menggapainya."
Setelah percakapan diruang latihan malam itu, aku tidak bisa tidur sampai pagi. Salahkan Park Jimin yang memenuhi otakku semalaman, hingga aku rasanya sulit sekali hanya untuk kembali terlelap. Alhasil, kantung mataku kembali menghitam pagi ini, mba Hye Jin sampai bingung melihatku yang terlihat lelah pagi tadi padahal tidur lebih awal darinya semalam.
Kami kembali berkumpul di ballroom untuk sarapan, aku mengedarkan pandanganku untuk mencarinya. Pria dengan balutan sweater abu-abu dan celana jeans hitam itu ada disana, sedang tertawa lebar sekali bersama member yang lain, rambutnya yang kali ini sudah terlihat lebih rapi makin membuatnya mempesona, hingga rasanya mampu membuat matahari malu menampakan dirinya.
Aku tersenyum lebar sekali, entahlah, entah karna apa, hanya ingin saja, atau mungkin karna hatiku sudah menghangat sejak tadi. Kejadian semalam masih terus saja terputar jelas diotakku, aku masih ingat betul bagaimana sulitnya aku memerintahkan jantungku untuk tenang, seberapa seringnya aku menunduk hanya untuk menutupi pipiku yang lagi-lagi bersemu merah, dan aku masih ingat betul seberapa sering Park Jimin tertawa karna dia mendapatiku sedang gugup. Semuanya terasa manis, manis sekali.
Setelah sarapan, kami semua langsung meluncur menuju Staples Center untuk mempersiapkan konser hari kedua ini. Bangtan tentu saja akan kembali berlatih diatas stage, sedangkan kami para crue dan staff akan mempersiapkan semua kebutuhan konser dan memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Back stage hari ini masih sama, masih sesibuk biasanya, masih penuh dengan orang yang lalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing. Venue masih didominasi dengan suara nyanyian para member Bangtan, dan suara mereka juga masih terdengar semerdu biasanya.
Para Army tentu saja sudah memenuhi bagian luar Staples Center sedari tadi, atau mungkin bahkan sejak semalam, sudah hari kedua, namun antusiasme mereka belum sama sekali berkurang, antusiasme yang selalu membuat Bangtan ingin menampilkan yang terbaik dari apa yang paling baik yang mereka punya.
Aku berjalan perlahan menuju stage dimana para member berada sejak tadi, hendak membawakan mereka minuman yang sudah disiapkan para staff untuk mereka. Aku melihat Park Jimin sedang mengobrol dengan Taehyung dari kejauhan, mimik wajah mereka menunjukan bahwa mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius, karna penasaran, aku mempercepat langkahku menuju bagian samping stage, berharap dapat mendengar apa yang mereka bicarakan sedari tadi.
Samar-samar kudengar Taehyung menyebut-nyebut ssesuatu, "kau ingat kan kau ini siapa dan dia itu siapa?" tanya Taehyung.
Park Jimin terdengar menghela nafasnya pelan, "ne aku tau, itu sebabnya aku masih bingung dengan perasaanku sendiri" jawab Park Jimin.
"Kau harusnya tau resikonya akan seperti apa Jimin-i, hubungan kalian akan sulit berjalan baik nantinya" jawab Taehyung.
"Iya aku tau, tapi aku sudah terlanjur mulai jatuh cinta padanya" jawab Park Jimin.
Taehyung terdengar menepuk bahu Jimin pelan, "jangan membohongi perasaanmu sendiri kalau begitu, jangan buat dia kebingungan juga, kau tau aku akan selalu mendukung semua keputusanmu kan?" Tanya Taehyung lagi.
"Ne gomawoyo Taehyung-ah" jawab Jimin.
Setelah itu, tidak terdengar lagi percakapan mereka. Aku terdiam sejenak, mencoba mencerna apa arti dari percakapan mereka tadi. Banyak sekali pertanyaan yang masuk kedalam otakku sedari tadi, Siapa yang Taehyung maksud? Apa maksudnya hubungan Park Jimin dengannya akan sulit berjalan baik? Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...