Epilog.

189 10 16
                                    

"Jeans pendek, atau rok hitam pendek?" Tanyaku pada Park Jimin yang sedang menemaniku memilah baju sejak lima belas menit yang lalu.

"Tidak keduanya, pakai legging hitam panjang dan oversized hoodie," jawabnya

Aku bercacak pinggang, "ya! Aku akan kepanasan setengah mati nanti" jawabku

Park Jimin mendecak, "aku tidak perduli, kau tidak boleh memakai pakaian pendek, pokoknya tidak boleh" katanya

"Ya Park Jimin" panggilku, "kenapa kau melarangku memakai pakaian pendek saat kau sering sekali memperlihatkan otot perutmu pada jutaan wanita diluar sana?, heish jjinja, dasar tidak punya perasaan"

Park Jimin tersenyum lebar, aku mendecak, "ya, apanya yang lucu" tanyaku

"Apa artinya sekarang kau sedang cemburu?" Tanyanya

"Aniya!" Aku mendengus, "aku tidak cemburu sama sekali, tidak sama sekali" jawabku

"Aigoo" ujarnya "apa susahnya berkata jujur?"

Aku mendecak, "heish lupakan, aku akan memilih bajuku sendiri, kau benar-benar tidak membantu" jawabku

Park Jimin tersenyum, kemudian bangkit dari duduknya, "aigoo arraseo" ujarnya.

Aku berbalik badan membelakanginya, kemudian dia menarik tangan sebelah kananku yang kemudian membawaku kedalam dekapannya. Dia menaruh dagunya dipuncak kepalaku, kemudian mengusap puncak kepalaku lembut, "arraseo mianhae" ujarnya "mianhae, eo?" Katanya

Aku diam, tidak menjawab, "pakai legging hitam panjang dan oversized hoodie yang kubelikan kemarin, aku tidak mau kau menjadi pusat perhatian orang lain, aku sudah cukup sabar karna membiarkanmu menjadi pusat perhatian para pria karna kau terlihat lucu dengan oversized hoodiemu, aku tidak bisa membiarkan kau menjadi pusat perhatian karna kau terlihat semakin cantik dengan rok hitam pendek itu. Kalau perlu, pakai masker penutup mulut, supaya senyummu tidak dilihat orang lain, arraseo?" Katanya

Aku mendecak sebal, "geurae arraseo, tapi awas saja kalau kau kembali menekspos otot perutmu dikonser terakhir mu hari ini, aku akan membunuhmu, mengerti?" Ancamku

Park Jimin tertawa samar, "aigoo sejak kapan kau menjadi galak begini?" Tanyanya

Aku mendorong dadanya menjauh, "heish lupakan saja, kau benar-benar menyebalkan" jawabku

Park Jimin tersenyum, "arraseo aku minta maaf" ujarnya yang kemudian kembali mendekapku—yang sedang memperlihatkannya wajah sebalku—dengan erat.

............

"Seoul make some noise!"

Suara Namjoon terdengar sampai kepada tempat dimana aku duduk bersebelahan dengan mba Hye Jin dan beberapa staff yang sedang tidak bertugas. Hari ini, adalah hari terakhir dimana Bangtan menggoreskan garis terakhir dari kisah perjalanan mereka. Setelah ini, tidak akan ada lagi konser, tidak akan ada lagi stage, tidak akan ada lagi world tour, tidak akan ada lagi cedera sesaat setelah konser selesai, setelah ini, tidak akan ada lagi tujuh pria penuh talenta yang menyebut diri mereka sendiri sebagai para pria anti peluru dari pasukan dari orang yang paling mereka cintai, Army.

Kami—para staff juga para member—sudah sering sekali membahas tentang hal ini. Sejak kejadian berat yang dialami Yoongi, Bangtan sempat drop sesaat, mengingat mereka tidak pernah melihat Yoongi seterpukul itu. Tidak ada yang bisa menghibur Yoongi kala itu, kecuali Yura. Dengan sisa-sisa tenaga yang Yoongi punya, Yoongi akhirnya siap untuk kembali pada Army, kembali untuk mengucapkan kata selamat tinggal yang terakhir, juga menampilkan penampilan terbaiknya yang terakhir, bersama rumah keduanya, Bangtan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang