"Gaada yang salah dari mencintai seseorang dalam diam, selama kamu tau seberapa sakit resikonya, dan siap nerima apapun konsekuensinya"
Hari ini Bangtan akan melakukan latihan dan gladi resik ditempat mereka akan menggelar konser nanti, mereka akan mulai berlatih untuk menguasai panggung agar tidak kaget saat konser nanti.
Hari ini, aku dan mba Hye Jin sibuk menyiapkan perlengkapan yang akan kami butuhkan besok, dari brush hingga contact lense, kami menyiapkan semunya sesuai apa yang kami bicarakan dengan Bang PD kemarin.
Aku akan menangani Kim Tae Hyung, Jeon Jungkook, Min Yoongi, dan tentu saja Park Jimin, sedangkan mba Hye Jin akan menangani Kim Seokjin, Jung Hoseok, dan sang leader Kim Namjoon.
"Ra" mba Hye Jin memanggil namaku pelan, aku menoleh kearahnya sekilas, lalu kembali fokus menyiapkan peralatan make up, "iyaa mba?" Jawabku
Mba Hye Jin juga kelihatannya masih fokus mempacking peralatan make up yang lain, "kamu suka Bangtan dari kapan?" Tanyanya
"Dari umur 16 taun mba" jawabku santai, "5 taun yang lalu dong ya" lanjut mba Hye Jin, aku mengangguk, "he'em" jawabku, "kenapa emang mba?" Kataku balik bertanya, "gapapa nanya aja" katanya.
"Kamu suka sama Park Jimin kan Ra?" Tanya mba Hye Jin lagi. Aku langsung mengalihkan fokusku pada mba Hye Jin, bagaimana dia bisa tau? Aku bahkan tidak bilang siapa orangnya kemarin.
Aku mengubah posisi duduku menjadi berhadapan dengan mba Hye Jin, "ko mba tau?" Tanyaku penasaran, dia hanya tersenyum sambil tertawa kecil, "keliatan Ra" katanya. Aku masih bingung, kemarin aku bahkan tidak menatap Park Jimin terlalu lama karna sibuk meeting bersama mba Hye Jin dan Bang PD, kelihatan dari sisi mananya?
"Keliatan gimana mba?" Tanyaku masih penasaran. "Cara kamu natap dia sama cara kamu natap member yang lain pas kamu kenalan sama Bangtan, beda banget Ra, like there's something you feel more than just a fan..." katanya. (*seperti ada sesuatu yang kamu rasakan lebih dari sekedar penggemar)
"...aku tau ko kamu suka dia lebih dari sekedar fans ke idolnya Ra, i can feel it," lanjutnya.
Apa yang mba Hye Jin bilang memang benar, aku sebenarnya sudah menyadarinya dari sejak lama, rasanya ini terlalu berlebihan jika hanya disebut rasa kagum pada idola, rasanya ini sudah lebih dari melewati batas, namun aku selalu menepisnya, karna aku tau, mau sedalam apapun aku menyimpan rasa, dia bahkan tidak akan pernah tau bahwa rasa ini ada.
Aku tersenyum kecut, "keliatan banget ya mba?" Kataku. Mba Hye Jin mengangguk, aku kembali menunduk,
"aku cuma gamau rasa ini makin tumbuh mba, cause i know that's impossible for me to reach him with my own hand, he's just too perfect, sampe aku takut buat berharap bisa milikin dia karna ya siapa aku mba?" lanjutku. (*karna aku tau gamungkin buat aku bisa ngegapai dia pake tangan aku sendiri, dia terlalu sempurna)
Mba Hye Jin tersenyum, lalu dia mulai beranjak dari duduknya menuju kearah sampingku, dia kemudian duduk disampingku, merangkulku erat, "gaada yang salah dari mencintai seseorang dalam diam, selama kamu tau seberapa sakit resikonya, dan siap nerima konsekuensinya ra.." ucapnya, sekarang aku makin ingin menangis, "..jalanin aja Ra, something will happen if you believe on it ko," lanjut mba Hye Jin. (*sesuatu bakal terjadi kalo kamu percaya)
Oke. Sekarang aku makin ingin menangis.
Aku segera mengalihkan pandanganku, menahan air mataku agar tidak keluar, kemudian mengalihkan pembicaraan, jika pembicaraan ini berlanjut, maka aku akan benar-benar menangis sesegukan, aku tidak mau itu terjadi, jadi lebih baik kami membicarakan topik lain.
Setelah selesai mempersiapkan semua kebutuhan kami besok, aku dan mba Hye Jin memesan jjangmyeon untuk makan malam. Ternyata mempersiapkan kebutuhan make up memakan waktu lebih banyak dari yang kami kira, hingga kami tidak sadar bahwa sang fajar sudah kembali pulang.
Pikiranku menerawang jauh, sedang apa Park Jimin sekarang? Apa dia memakan makan siangnya dengan baik? Apa dia tidur dengan cukup? Apa dia sedang makan malam? Apa yang dia makan? Apa di kelelahan? Ah, terlalu banyak pertanyaan untuk seorang Park Jimin dikepalaku, rasanya dia memenuhi setiap ruangan dalam pikiranku, rasanya aku tidak sabar menemuinya besok.
Mba Hye Jin memperhatikanku yang terlihat tidak berselera makan sedari tadi, aku hanya mengaduk-aduk jjangmyeon ku dan tidak menyuapkan satu suapanpun makanan itu ke mulutku, mba Hye Jin tertawa kecil, tampak mengerti apa yang aku pikirkan sekarang ini.
"Dia gapapa Ra, tenang aja, besok kan ketemu" kata mba Hye Jin menebak tepat pada sasaran, aku tertawa kecil, "apaansih mba aku ga mikirin dia ko" ucapku masih sambil mengaduk-aduk jjangmyeon yang ada didepanku.
"Kamu gaperlu pura-pura depan aku Ra, inget aku udah kenal kamu lama, and i know you so well" katanya. (*aku sangat tau kamu) ah aku lupa aku pembohong yang buruk dan mba Hye Jin adalah pembaca pikiran yang baik.
Aku menghabiskan jjangmyeon ku dengan cepat, sudah malam, lebih baik aku tidur, aku tidak boleh terlihat lelah atau kurang tidur besok, aku harus menyimpan energiku sebanyak mungkin, besok pasti akan menjadi hari yang sangat melelahkan.
"Yaudah aku duluan ya mba, mba jangan tidur kemaleman" ucapku sambil membereskan meja sehabis kami makan. "Iyaa siap Ra" jawabnya. Kemudian aku pergi ke kamarku untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Fiksi Remaja"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...