"We want each other no one moving first."-from 'why' by Shawn Mendes.
Seperti yang diperintahkan Park Jimin, aku menunggunya dikolam renang hotel setelah kami semua sampai dihotel 10 menit yang lalu. Semua orang memilih langsung pergi kekamar mereka masing-masing karna kami sudah makan malam bersama dalam rangka ulang tahun Kim Namjoon sebelum kami pulang ke hotel tadi. Sama halnya dengan mba Hye Jin yang langsung terlelap sesaat setelah kami sampai dikamar hotel kami.
Saat sampai dikolam renang, aku tidak menemukan seorangpun disana, jadi aku memilih duduk ditepi kolam, lalu mencelupkan setengah bagian dari kakiku kedalamnya.
Aku mengambil earphone yang selalu kubawa disaku jaketku, memasangnya dikedua telingaku, kemudian memutar sebuah lagu yang baru-baru ini sedang senang aku dengarkan. Suara Shawn Mendes dalam lagu 'Why' seketika mengalun lembut ditelingaku, aku mendongak ke langit, ternyata pemandangan langit malam dari tempat ini lumayan indah, aku baru menyadarinya.
Bintang terlihat jelas dari tempatku sekarang, ditambah dengan pemandangan kota Oakland dimalam hari yang dipenuhi dengan lampu-lampu dari gedung dan tiang lampu jalan, semuanya terlihat indah.
Aku mengeratkan jaketku karna angin malam mulai menusuk kedalam kulitku yang hanya dibalut kaus tipis, kemudian menutup mataku sejenak. Tibatiba kurasakan benda hangat menyentuh pipi bagian kananku, Park Jimin muncul dengan senyum manis dan sebuah papper glass dengan matcha latte kesukaanku didalamnya. Dia menyodorkan papper glass itu kearahku, lalu duduk disebelahku.
Aku tersenyum sekilas, "gomapta" ucapku.
Park Jimin hanya membalasku dengan senyuman lembutnya, kemudian mengambil paksa earphone dari telinga bagian kiriku dan memasangnya ditelinga kirinya, aku menatapnya bingung, sempat ingin protes, namun kemudian memilih diam dan menyesap matcha latte ku perlahan.
Kemudian kami sama-sama diam, sibuk menikmati segelas minuman favorit kami sambil berkutat dengan pikiran kami masing-masing. Sampai akhirnya Park Jimin mulai menghancurkan kecanggungan yang terjadi diantara kami.
Dia menaruh papper glass berisi hot chocolate kesukaanya disebelahnya, kemudian mengulum bibirnya, "tau tidak? Dulu setiap kali aku jatuh hati pada seseorang, perempuan itu pasti malah jatuh hati pada Taehyung" katanya mulai bercerita.
Aku merubah posisiku menjadi berhadapan dengannya, "jeongmalyo?" Tanyaku penasaran.
Park Jimin yang masih betah menatap pemandangan didepannya mengangguk sekilas, "Iya, pernah satu kali perempuan yang aku sukai mendatangiku saat pulang sekolah, kami sering mengobrol setelahnya, sampai akhirnya kami menjadi cukup dekat, kukira dia menyukaiku juga, ternyata mendekatiku adalah salah satu usahanya agar dia bisa lebih dekat dengan Taehyung" lanjutnya.
Aku hanya diam, berusaha menahan tawaku sedari tadi. Entahlah, menurutku apa yang baru saja Park Jimin ceritakan terdengar lucu, memikirkan bagaimana ia juga bisa patah hati karna sahabatnya sendiri, membuatku sadar bahwa dia juga pria dewasa biasa yang dulu pernah mengecap kisah cinta masa sekolah.
Lalu kudengar Park Jimin menghela nafasnya sejenak, "semoga saja kejadian itu tidak terulang untuk yang kali ini" lanjutnya.
Aku menatap Park Jimin, "bagaimana jika kejadian itu terulang lagi kali ini?" Tanyaku sambil memainkan tutup papper glass yang sedari tadi kugenggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Genç Kurgu"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...