"I love the things you hate about yourself."-unknown
Ditengah perjalanan menuju pintu keluar venue, dia membujukku agar mau ikut dengannya ke suatu tempat sebelum akhirnya kami kembali ke hotel. Awalnya aku menolak karna tubuhku yang sudah sulit untuk diajak kompromi, namun setelah perdebatan panjang dan dia terus saja memohon, akhirnya aku setuju untuk ikut setelah dia meyakinkanku bahwa ini tidak akan memakan waktu lama.
'Kau tidak boleh pulang sebelum moodmu kembali baik, meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini akan membuatku harus mengkhawatirkanmu semalaman' begitu katanya saat aku masih saja bersikeras untuk menolak ajakannya.
Senyumku merekah sering sekali malam ini, rasanya pria didepanku ini memang ahli dalam membuatku merasa lebih baik setelah bergelut dengan banyak sekali masalah yang membuat hariku tidak berjalan baik. Layaknya sebuah rumah, dia selalu tau caranya membuatku nyaman, membuatku menafsirkan bahwa dia memang tempat teraman bagiku untuk pulang.
Kami berjalan menuju sebuah cafe dengan konsep bangunan bernuansa roof top yang berada tidak jauh dari venue. Hanya butuh waktu lima menit berjalan kaki untuk mencapai tempat tersebut. Lenganku masih digenggamnya dengan erat, seakan memang dia tidak rela untuk melepaskannya barang sebentar saja.
Area cafe ini tidak terlalu besar, hanya ada dua lantai yang digunakan untuk menampung para pelanggan yang datang. Lantai pertama, adalah lantai utama dimana mereka menyuguhkan konsep artsy dengan banyak sekali gambar menarik yang tergambar disetiap sisi tembok mereka, sedangkan lantai kedua merupakan roof top dimana biasanya orang-orang datang untuk menikmati pemandangan kota ditemani secangkir minuman juga sepotong kue yang mereka pesan.
Roof top ini tidak terlalu luas, namun cukup membuatku takjub sesaat setelah sampai. Ada banyak sekali lampu gemerlapan berwarna warm light yang membuat tempat ini bernuansa tenang, juga beberapa bunga yang mereka tanam sendiri untuk mempermanis setiap sudut yang ada, bunga matahari, merupakan satu dari banyak hal yang membuatku betah ditempat ini.
Pemandangan malam kota London terlihat jelas dari tempat yang kami berdua tempati, hamparan lampu kerlap-kerlip yang gemerlapan tergambar jelas dari atas sini, lampu-lampu jalanan, lampu dari bangunan, serta kendaraan yang berlalu-lalang membuat kota yang sangat sibuk ini terlihat semakin menakjubkan, membuat siapa saja betah berlama-lama memandangnya.
Secangkir matcha latte dan hot chocolate disertai dua potong strawberry cheese cake terhidang dihadapan kami sepuluh menit setelah kami memesan, beruntung, hanya ada kami berdua diarea cafe ini, karna mungkin malam sudah terlalu larut, dan orang-orang sudah cukup lelah bahkan hanya untuk duduk dan berbincang hangat bersama teman atau pasangan mereka.
Aku menyesap cangkir kedua matcha latteku setelah menghabiskan segelas penuh matcha latte yang dia bawakan untukku beberapa saat tadi. Dihadapanku, dia juga ikut menyesap pelan secangkir hot chocolate dihadapannya, sesekali meniup isinya karna suhunya yang terlalu panas, lalu meletakkan kembali cangkir tersebut dihadapannya.
Cukup lama kami saling diam, mungkin sekitar lima belas menit. Kami hanya diam ditempat kami masing-masing, sibuk mengagumi pemandangan didepan kami, hingga akhirnya dia menghancurkan kecanggungan diantara kami dengan bertanya tempat apa yang kira-kira aku datangi saat kami punya waktu berlibur nanti.
Aku berpikir sejenak, menimbang-nimbang tempat mana yang ingin kudatangi lebih dahulu, hingga aku memutuskan untuk mengatakan sebuah tempat, "planet venus, jika saja mungkin" begitu jawabku yang kemudian disambut mimik wajah penuh tanya olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...