"Karna saat kau berharap ada seseorang yang dapat memelukmu disaat-saat terendahmu, aku ingin menjadi satu-satunya orang yang ada disana, mendekapmu erat, hingga kamu tau bahwa kamu akan selalu punya tempat untuk pulang"-Park Jimin.
Aku menyapu pandanganku kesetiap sudut ruangan, tidak ada seorangpun disini kecuali kami berdua, sebenarnya, dia ini sedang mempersiapkan apa?.
Aku masih menaruh perhatianku kesekitar, "ya, Jimin-ah, kenapa mengajakku kesini?" Tanyaku padanya.
Kami duduk bersebelahan, saat kualihkan pandanganku padanya, matanya sudah terlebih dulu menatapku lekat, dia menaruh pandangannya penuh padaku, kami hanya dipisahkan jarak beberapa sentimeter saja, terlalu dekat, hingga aku bisa mendengar hembusan nafasnya.
Tatapan matanya meneduhkan, namun juga mampu membuat jantungku kembali berdetak cepat tak karuan. Aku langsung menurunkan pandangannku darinya, kuharap dia tidak menyadari pipiku yang mulai berubah menjadi kemerahan, situasi seperti ini benar-benar tidak aman untuk jantungku.
Dia terkekeh kecil tepat saat aku menurunkan pandanganku darinya, kemudian mengacak puncak kepalaku pelan, aku yang sudah kadung gugup hanya diam dan tidak berani berkata apapun, lidahku tiba-tiba kelu, mulutku bungkam, padahal ada banyak sekali pertanyaan yang sudah terlintas dikepalaku sedari tadi.
Kemudian kudengar dia berhenti terkekeh, lalu menghembuskan nafasnya pelan, "apa kau tau? Dulu aku selalu membayangkan bagaimana rasanya tampil divenue sebesar ini dan ditonton jutaan orang, dulu, rasanya untuk menginjakan kaki diatas stage seluas ini saja terasa mustahil" katanya mulai membuka pembicaraan.
Aku menoleh kearahnya, dia memusatkan pandangannya pada barisan bangku penonton yang sudah kosong melompong, padahal, rasanya baru beberapa menit yang lalu bangku-bangku itu dipenuhi oleh ribuan umat manusia yang datang dengan antusiasnya.
Aku ikut mengalihkan pandanganku kedepan sambil memainkan kedua kakiku yang menggantung karna jarak stage dan lantai dasar yang cukup tinggi, ditambah kakiku yang terbilang pendek, makin membuatku sulit meraih lantai dasar venue ini.
"Tapi mimpi itu sudah terjadi sekarang bukan?" Tanyaku masih memandang kedepan.
"Iyaa," jawabnya "bahkan lebih dari yang pernah aku bayangkan, kadang aku bertanya-tanya apa yang membuatku bisa menjadi sebesar sekarang, karna kupikir, tidak ada satupun hal istimewa yang aku punya hingga mampu membuat ribuan orang mengenalku seperti sekarang" katanya lagi.
Aku terkekeh kecil, pikiranku menerawang kemasa lima tahun lalu, dimana dia pertama kalinya membuatku jatuh hati sejatuh-jatuhnya. "Kau tau? Orang bilang kita tidak perlu punya alasan untuk jatuh hati pada seseorang, namun menurutku tidak begitu" kataku.
"Aku masih ingat bagaimana kau pertama kali membuatku jatuh hati sejatuh-jatuhnya, kau membuatku mengagumimu mungkin lebih dari apa yang kau bayangkan,dan aku punya alasan untuk itu"
"Kau tidak perlu tau alasannya, yang pasti, kau harus percaya bahwa ada begitu banyak alasan untuk mengagumi seorang pria muda penuh talenta bernama Park Jimin"
"Saat bertemu langsung denganmu untuk pertama kalinya, bahkan kau membuatku jatuh hati semakin dalam lagi, aku selalu tau bahwa perasaan itu keliru, namun, sulit rasanya untuk mengelak dengan perasaanku sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...