Ninth.

169 23 1
                                    

"Sebagian dari diriku sudah sangat ingin menyerah, sebagiannya lagi tetap tidak mau tau konsekuensinya."

Hari kedua BTS Seoul Concert sebentar lagi akan dimulai. Walaupun konser dimulai pada sore hari, namun Army sudah datang sedari pagi, memang ya jika sudah sayang, maka apapun dilakukan. Satu persatu Army mulai memenuhi kursi demi kursi yang sudah disiapkan didalam venue, ada juga yang rela memilih tiket ditempat yang mengharuskan mereka berdiri selama konser, hanya demi bisa lebih dekat dengan Bangtan.

Aku dan mba Hye Jin baru saja menyelesaikan pekerjaan kami, semua member sudah dirias, mereka sudah siap naik ke atas stage sebentar lagi. Jika kalian penasaran bagaimana jadinya aku dan Jimin saat bertemu, tentu aku canggung luar biasa, tapi tidak lama karna Jimin lebih dulu bersikap biasa. Dia tidak lagi memanggilku dengan panggilan 'Ara-ssi' , sekarang dia memanggilku dengan panggilan 'Ara-ah' percayalah, dia lebih menggemaskan dari yang kalian sedang bayangkan.

Entah sudah seberapa sering aku tersenyum hari ini, sepertinya semesta memang sedang berpihak padaku, moodku sangat baik sedari pagi, Layaknya orang yang sedang jatuh cinta, rasanya hatiku sekarang memang sedang dipenuhi bunga-bunga.

Bangtan mulai memasuki stage . Riuh suara penonton mulai memenuhi venue, teriakan demi teriakan mulai terdengar saat Bangtan memulai penampilan mereka. Para Army menyuarakan nama mereka satu persatu berkali-kali

"Kim Namjoon"
"Kim Seokjin"
"Min Yoongi"
"Jung Heosok"
"Park Jimin"
"Kim Taehyung"
"Jeon Jungkook"
"BTS"

Teriakan demi teriakan itu membuat Bangtan makin bersemangat, mereka menampilkan semua lagu dengan baik. Setiap bait dari lirik yang mereka lantunkan benar-benar terasa penuh makna, ada emosi yang kental dalam setiap lagu yang mereka bawakan.

Lagu The Truth Untold adalah lagu yang sangat menguras emosi, suara Kim Seokjin, Joen Jungkook, Kim Taehyung, dan Park Jimin mampu membuat lagu ini menyentuh setiap hati yang mendengarnya. Beberapa Army mulai menangis, entah karna memang lagunya, atau karna suara para vocal line yang terlalu memukau.

Lagu ini adalah satu dari beberapa lagu Bangtan favoritku. Rasanya tidak pernah ada kata bosan untuk mendengarnya, lagu ini selalu bisa membuatku tenang, bahkan kadang menangis. Terkesan baperan memang, namun jika kalian mendegarkan lagu ini sembari mendalami setiap bait dari lirik lagunya, aku yakin kalian juga bisa merasakan hal yang sama.

Konser kali ini berjalan seperti biasa, masih meriah, masih penuh tangis dan tawa, masih bisa menghipnotis semua orang yang datang merasa tidak sia-sia bertemu mereka. Army masih saja histeris bahkan hingga detik terakhir Bangtan ada diatas stage, dan Bangtan masih menyunggingkan senyum lebar mereka hingga mereka kembali ke back stage.

Rambut mereka kembali basah karna keringat, nafas mereka kembali terengah, suhu tubuh mereka kembali panas, namun mereka masih tetap bercanda satu sama lain. Mereka masih saja terlihat sangat bahagia, senyum mereka masih saja merekah, mereka saling memberi pelukan satu sama lain, mengucapkan bahwa mereka sudah bekerja dengan baik. Pemandangan ini selalu aku lihat di back stage setelah mereka selesai konser, dan selalu sukses membuat hatiku menghangat.

Jungkook mengalihkan pandangannya padaku, dia merekahkan senyumnya, deretan gigi putihnya terlihat, perlahan dia melangkahkan kakinya kearahku. Dia mengenggam tanganku lembut, "noona, terimakasih untuk kerja kerasmu hari ini," katanya sambil terus tersenyum.

Aku membalas senyumnya, perlahan ku genggam tangannya, "kerja bagus Jungkook-ah , malam ini istirahatlah yang cukup" kataku. Kemudian Jungkook melakukan hal yang sama pada mba Hye Jin, ekspresinya persis seperti anak kecil yang senang setelah mendapat nilai ulangan bagus, menggemaskan sekali, padahal dia lebih tua dariku.

Park Jimin terlihat bingung, dia mengedarkan pandangannya kesekitar, sepertinya dia sadar Jungkook tidak ada bersama mereka. Matanya kemudian menemukan Jungkook sedang mengobrol bersama mba Hye Jin, dia melangkahkan kakinya, kearah kami, mata kami bertemu, dia menyunggingkan senyum lebarnya, sesekali menunduk malu, manis sekali, hingga mampu membuat jantungku kembali tidak berdetak sesuai ritmenya.

Dia menepuk pundak Jungkook, mengajaknya kembali berkumpul bersama member lain karna Bang PD menyuruh mereka berkumpul. Dia pamit padaku dan mba Hye Jin, lalu merangkul pundak Jungkook yang padahal lebih tinggi darinya, "kajja Jungkook-ah" ajaknya pada Jungkook.

Aku memandang punggungnya menjauh, hingga tidak lagi terlihat oleh pandangan mataku, bahunya bahkan lebih lebar dari yang selama ini aku lihat difoto-foto yang dia posting di akun twitter Bangtan, dia juga berjalan lebih tegap dari yang kulihat divideo-video fancam yang seringkali muncul di timeline akun Instagram ku, dia lebih sempurna dari semua bayangan yang selama ini aku bayangkan.

Satu lagi malam yang sudah kulewati bersama Bangtan. Aku semakin mengenal mereka, semakin tau bagaimana sifat asli mereka saat sedang ada dibelakang kamera, mereka ternyata tidak sekuat kelihatannya, mereka ternyata bisa terlihat sangat lelah, atau malah kadang terlihat lemas, makin membuatku sadar bahwa mereka juga manusia, mereka juga bisa merasakan lelah, bahkan sakit, karna mereka juga tidak sekuat yang kita kira.

Namun karna mereka memang seprofesional itu, maka mereka tidak memperlihatkan itu semua didepan kamera. You must be proud of our boy, Armys.

Aku dan mba Hye Jin segera kembali ke apartemen karna malam sudah terlalu larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan mba Hye Jin segera kembali ke apartemen karna malam sudah terlalu larut. Kali ini, mba Hye Jin yang menyetir. Diperjalanan, aku merasakan ada yang aneh dari tubuhku, suhu tubuhku terasa lebih panas dari biasanya, namun aku malah kedinginan luar biasa. Kepalaku terasa berat, perutku juga sedikit mual, jadi aku meminta mba Hye Jin untuk membawaku ke Seven Eleven terdekat. Aku membeli sebotol air juga obat demam, aku harus minum obat sebelum sakitnya semakin parah, aku tidak boleh sakit disaat seperti ini.

Mba Hye Jin menatapku cemas, "kamu yakin cukup minum obat sevel doang Ra? Ke dokter aja yuk" ajaknya. Aku menggelengkan kepalaku, "gausah mba, ini udah malem, besok paling aku udh sembuh ko, tenang aja" ucapku menolak.

Mba Hye Jin hanya mengangguk pasrah, kemudian kembali melajukan mobil yang kami tumpangi. Kuharap besok aku sudah baik-baik saja, 'ayolah kau tidak boleh sakit disaat seperti ini Mutiara' ucapku sambil mencoba menutup mata.

Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang