"I wish i know what's going on in your head."-unknown
Pagiku disambut dengan mata yang sudah terlihat sangat bengkak karna aku menangis semalaman tadi, kebiasaan buruk yang selalu ingin aku hilangkan ini benar-benar menyiksaku, bagaimana bisa aku pergi keluar dengan wajah berantakan begini? Ah, menyusahkan sekali.
Aku menyambar ponselku yang ada dinakas sebelah tempat tidur, ini baru pukul lima pagi, dan notifikasiku sudah dipenuhi belasan missed call dan puluhan pesan singkat yang sengaja tidak kubalas satupun hingga pengirimnya merasa lelah karna terus diabaikan.
Aku menarik nafasku dalam, menyibakkan selimut yang sedari malam membalut tubuhku agar tidak kedinginan, kemudian berjalan gontai menuju kamar mandi yang entah kenapa jaraknya terasa semakin jauh saat pagi hari begini. Sekilas, aku menaruh perhatianku pada koper yang isinya masih berantakan dan meluber keluar, "Oh iya belum packing" ucapku lemas.
Tubuhku mengigil setelah aku selesai membersihkan badanku, dengan hati-hati, aku berjalan menuju cermin kamar mandi yang tampaknya sudah tertutup uap air panas, mengusap cermin kamar mandi itu dengan telapak tanganku, kemudian menatap pantulan wajahku disana, mataku masih bengkak, masih terlihat cukup parah untuk ukuran mata normal.
Setelah membalut tubuhku dengan pakaian dan mengeringkan rambutku, aku berjalan lemas keluar kamar mandi, hendak bergegas membereskan koperku karna waktu yang aku punya hanya tersisa dua jam lagi. Mba Hye Jin masih terlelap, dan posisinya tidak pernah berubah sedikitpun sejak dia menutup mata hingga saat dia bangun nanti, aku sampai heran dibuatnya.
Aku memasukan satu persatu pakaianku kedalam koper dan menyusunya serapih mungkin. Tak lupa, setiap barang dan oleh-oleh yang kubeli dan kuterima aku masukkan kedalamnya juga, hingga lenganku terhenti saat mataku menangkap sebuah kotak yang baru saja kuterima kemarin pagi.
Aku kembali menghela nafasku berat, "ini harus digimanain?" Tanyaku pada diri sendiri.
Sedang asik melamun, sebuah pesan masuk kembali membuat ponselku berdenting nyaring, aku membaca setiap katanya dengan seksama, kemudian terbelalak kaget melihat isinya,
'Selamat pagi(:'
'Aku tau kau didalam, apa aku boleh mengganggu?'
'Aku didepan kamarmu sekarang, jika bisa, keluarlah, aku hanya akan mengganggumu sebentar, boleh ya?'
Aku merapikan pakaianku, kemudian memastikan bahwa penampilanku sudah cukup baik untuk sekedar menemuinya. Setelah itu, aku berjalan terburu-buru kedepan pintu dengan degub jantung yang entah kenapa kembali membuatku takut. Kubuka perlahan pintu kamarku, takut kalau-kalau mba Hye Jin terbangun jika aku terlalu berisik.
Park Jimin berdiri disana, sudah siap pergi dengan setelan kemeja putih panjang yang dua kancing bagian atasnya sengaja tidak ia kaitkan. rambutnya sudah terlihat lebih rapih dari terakhir kali aku melihatnya, dia berdiri tegap, bahunya yang lebar membuatnya terlihat semakin gagah.
Dengan kedua lengan yang dia masukkan kedalam saku celananya, dia menghampiriku dengan sebuah senyuman paling manis favoritku, kemudian melambaikan tangannya kekanan dan kekikiri dengan tempo yang cepat.
Aroma vanilla khas miliknya mulai bisa kuhirup, matanya yang kali ini tertutup karna kacamata bulat yang membantunya melihat kini menatapku lekat,
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...