"Karna saat semesta berlaku tidak baik padaku dan membuatku jatuh, kau selalu bisa membuatku bangkit untuk menggapaimu"
Park Jimin menatapku yang sedari tadi sedang menunduk karena malu, kemudian tersenyum sangat lebar, "apa kau sekarang sedang malu?" Tanyanya padaku.
Aku segera menengok kearahnya, namun kembali menunduk karna dia sedang menatapku sedari tadi, "a.. aniya" tiba-tiba aku kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaannya.
Dia mengusap puncak kepalaku perlahan, "kau semakin lucu saat sedang malu, wajahmu seperti kepiting rebus sekarang" katanya sambil tertawa
Aku segera menangkupkan lenganku pada kedua pipiku yang sedari tadi sudah bersemu, pipiku terasa semakin panas, entah karna demam, atau karna efek Jimin mengusap kepalaku tadi.
"Ara-ah" dia memanggil namaku lembut, "apa kau suka pada Taehyung? Apa dia adalah bias yang kau maksud?" Tanyanya padaku.
Aku mengalihkan pandanganku padanya, dia sudah tidak menatapku sekarang. Dia memandang kedepan, matanya menerawang, kepalanya sedikit mendongak, "aniya, bukan dia orang yang kumaksud" jawabku.
Dia kembali menatapku sekarang, mata kami bertemu, "lalu apa orang itu adalah Jungkook?" Tanyanya lagi. "Aniya, bukan Jungkook juga" jawabku.
Dia menundukan kepalanya sekarang, kedua lengannya dia letakan dibangku taman, dia gunakan sebagai penyangga pundaknya, dia menghembuskan nafasnya perlahan, "lalu apa orang itu adalah Seokjin hyung?" Tanyanya lagi.
Dia ini tidak peka atau memang tidak mau peka sih?
Aku kembali menggelengkan kepalaku, "Aniya, bukan dia juga," jawabku padanya. "Apa kau lupa bahwa aku bilang orang itu ada diantara maknae line?" Tanyaku mengingatkan.
Dia kemudian menatapku, tampak sadar akan sesuatu, "kalau begitu biasmu adalah aku?" Tanyanya. Tentu saja Park Jimin! Kenapa butuh lama sekali untukmu menyadari hal itu? Tanyaku dalam hati
Aku mengangguk.
"Kenapa aku?" Tanyanya padaku.
Aku mengalihkan pandanganku kedepan, "Karna saat semesta berlaku tidak baik padaku dan membuatku jatuh, kau selalu bisa membuatku kembali bangkit untuk menggapaimu, walaupun aku selalu tau, bahwa menggapaimu dengan lenganku sendiri adalah hal paling tidak mungkin untuk bisa terjadi." jawabku.
Dia tetap memandangku, tidak mengalihkan matanya sama sekali, masih diam, masih bungkam, tampak enggan mengeluarkan satu patah katapun dari mulutnya.
Aku menghela nafas pelan, "saat hariku buruk, melihatmu menari sambil mendengar suaramu bernyanyi adalah obat terbaik untuk membuat semangatku kembali datang.." kataku melanjutkan.
Aku menunduk, "namun terkadang, kamu juga alasan mengapa hatiku patah berkali-kali, mendengarmu dikabarkan dekat dengan wanita lain adalah hal yang paling menyakitkan untuk aku dengar, bahkan aku tidak tau apa aku bisa rela melihatmu menikah nanti" jelasku.
Aku kembali menatap Park Jimin, mata kami bertemu, lalu aku kembali menundukan kepalaku, rasanya aku ingin menangis saja. "...mianhae Jimin-ah, tidak seharusnya aku begini" kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Jugendliteratur"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...