"But how do you let go of person that felt like home?."- Kim Hye Jin
"Mba, aku mau pulang aja, boleh ya?"
Ini sudah kesekian kalinya aku memaksa mba Hye Jin agar mengizinkanku untuk pulang, aku rindu apartemen, juga ranjang berukuran queen size yang selalu bisa membuatku nyaman setelah penat bekerja seharian. Lagipula, aku benci tempat ini, ruangan serba putih dengan aroma khas antibiotik yang pekat selalu membuatku tidak betah berlama-lama ada disini. Sudah sejak dua jam yang lalu aku akhirnya sadarkan diri, namun rasanya seperti sudah dua ribu tahun.
Iya, itu berlebihan, sangat, tapi aku benar-benar ingin pulang.
Mba Hye Jin lagi-lagi menghela napasnya, "Ra, disini aja kenapasih? Lagian di apart juga sendirian" katanya
Aku mendengus, "gabetah, aku mau pulang pokonya, ya? Boleh ya?" Jawabku
Mba Hye Jin lagi-lagi menggeleng, "aa ayo dong mba, boleh ya? Eo? Eo? Jebal" pintaku dengan nada memelas
Dan ternyata berhasil, mba Hye Jin akhirnya mengangguk pasrah.
Setelah berhasil ber-nego-isasi dengan dokter, akhirnya aku diizinkan pulang dengan syarat tidak akan kemana-mana untuk dua hari kedepan. Aku setuju, lagipula memang ada baiknya aku mengambil cuti, mba Hye Jin juga sudah pulang, jadi aku tidak perlu lagi khawatir siapa yang akan mengawasi para karyawan jika aku mengambil cuti untuk beberapa hari.
Mba Hye Jin mengantarku, dia juga meminta agar dia bisa tidur diapartemenku untuk dua hari kedepan karna takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti direstoran tadi. Aku hanya bisa mengangguk pasrah, dia tau aku pembohong yang buruk, jadi tidak ada gunanya jika aku berbohong bahwa aku akan baik-baik saja.
Tidak ada percakapan apapun yang terjadi didalam mobil sepanjang perjalanan kami menuju apartemen, mba Hye Jin sibuk menaruh seluruh perhatiannya kejalanan, sedangkan aku sibuk menahan rasa sakit kepala hebat yang tidak kunjung reda sejak dua jam yang lalu.
Mba Hye Jin tidak bertanya soal apapun, namun aku tau pasti ada banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikirannya saat ini. Aku menarik napasku dalam, kalau saja parasit itu menyerangku sedikit lebih lama, mungkin aku tidak perlu merepotkan orang banyak seperti tadi. Ah, entahlah, semuanya menjadi semakin rumit, juga menyakitkan.
............
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, kami akhirnya sampai di Apartemenku. Tubuhku yang masih sangat lemas dan sulit digerakan memaksa mba Hye Jin untuk membantuku berjalan hingga kami sampai disofa ruang TV. Kami berdua menghela nafas panjang, hari ini terlalu melelahkan.
Mba Hye Jin mengubah posisinya menjadi duduk tegak menghadap kearahku, matanya menatapku dalam, sedangkan aku masih betah menaruh perhatianku pada langit-langit atap ruang TV.
"Ra.." mba Hye Jin memanggilku lembut "aku mau nanya, boleh ya?" Tanyanya
Aku mengangguk, "boleh" jawabku
Mba Hye Jin masih menatapku, "sebenernya, kamu kenapa?" Tanyanya
Aku menoleh, "hm? Gapapa, aku cuma kecapean aja" jawabku
"Aku tau kamu bohong.." katanya "mau nutupin semuanya sampe kapan?"
Aku menggeleng, "aku ga bohong" ujarku
Mba Hye Jin merogoh tasnya, sebuah botol berisi pil yang selama ini selalu kuminum ada didalam genggamanya sekarang, "ini apa Ra?" Tanyanya
Aku merubah posisiku menjadi berhadapan denganya, "vitamin" jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...