Twelefth.

158 19 0
                                    

"You are my tylenol that i take when my head hurts.-best part"

Rencanaku untuk tidur seharian hari ini tidak berjalan lancar, aku terbangun pukul 6 pagi dengan rasa sakit kepala yang begitu hebat menyerang, padahal aku sudah meminum obat pereda demam semalam.

Mba Hye Jin sempat cemas karna melihatku tidak bisa tidur dengan nyenyak selama 2 hari ini, berulang kali dia menawarkanku untuk memeriksakannya ke dokter, takut demamnya semakin parah dan berlanjut saat World Tour nanti katanya. Namun, berulang kali pula aku menolak, aku memang mudah terserang demam, namun kemudian dengan mudah menjadi bugar kembali.

Mba Hye Jin punya janji menemui orang tuanya di Busan hari ini, jadi dengan terpaksa dia harus meninggalkanku seharian diapartemen hari ini. "Kamu yakin gapapa dirumah sendirian Ra?" Tanya mba Hye Jin masih cemas.

"Gapapa mba, aku cuma demam ko, sebentar lagi juga sembuh" jawabku menenangkan, acara mba Hye Jin dengan keluarganya tidak boleh batal hanya karna aku terserang demam, sudah setahun wanita itu tidak berkumpul dengan keluarganya.

Mba Hye Jin hanya mengangguk pasrah, "yaudah, maaf ya aku gabisa nemenin kamu dirumah hari ini," katanya tampak merasa bersalah.

"That's ok mba, i'll be ok" jawabku lagi. "Kalo kamu laper nanti gimana?" Tanya mba Hye Jin, "aku bisa pesen makanan, gampang mba, bisa diatur, aku juga kan udah gede" jawabku mencoba meyakinkan mba Hye Jin.

Mba Hye Jin mengangguk, "yaudah, hati-hati diapartemen ya, kasian banget kamu ke Korea malah gabisa kemana-mana" kata mba Hye Jin prihatin

Aku menghela nafas panjang, "ya mau gimana mba, sakit juga kan bukan aku yang mau" jawabku.

Mba Hye Jin hanya tertawa sekilas, "yaudah nanti pulangnya aku bawain oleh-oleh, cepet sembuh ya, see you tonight" katanya sambil melambaikan tangan.

Mba Hye Jin melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen, meninggalkanku yang masih ditempat tidur lengkap dengan piyama chimmy yang masih melekat ditubuhku sedari tadi.

Apartemen mba Hye Jin terasa semakin sepi sekarang, jadi aku menyalakan TV untuk membuat suasana sedikit terasa ramai, aku menjatuhkan pilihanku pada channel yang menayangkan drama korea siang hari.

Beberapa menit kemudian aku merasakan perutku keroncongan, seingatku aku belum makan sejak tadi malam. Aku menyambar selebaran restoran yang ada dinakas sebelah tempat tidur, ada jjampong, ayam goreng, jjangmyeon, samgyetang, dan masih banyak lagi pilihan makanan lain, namun pilihanku jatuh pada bubur abalone. Makanan lembut nan panas mungkin  bisa meredakan sakit kepala hebat yang menyerang kepalaku sejak kemarin.

Setelah memesan dan memastikan tempat tujuan pengirimannya tepat, aku hanya perlu menunggu beberapa menit hingga makanan pesananku sampai.

Sedetik kemudian, ponselku berdenting, menampilkan satu notifikasi dari akun kakaotalk ku, itu dari Park Jimin, 'eodiya?' Katanya. (*eodiya: dimana?)

'Apartemen Hye Jin noona, waeyo?' Balasku cepat.

Dia membalas beberapa menit kemudian, 'aniya, hanya bertanya.' Katanya.

'Aah, arraseo'  balasku lagi.

Aku menyambar dompetku yang sedari tadi tergeletak dinakas dekat tempat tidur, aku baru ingat aku kehabisan air untuk minum, jadi aku berniat pergi ke seven eleven yang berada tepat disebelah gedung apartemen untuk membeli air mineral dan juga beberapa camilan.

Masih dengan piyama chimmy dan rambut yang kuikat menjadi satu, aku berjalan gontai meninggalkan apartemen dengan TV yang kubiarkan menyala. Sebentar doang ko perginya batinku.

Setelah berhasil mendapatkan air mineral dan beberapa camilan untuk menemaniku menonton drama, aku bergegas kembali ke apartemen, takut jika pengantar makanan datang namun mendapatiku tidak sedang berada didalam apartemen. Masih dengan langkah gontai dan badan yang lemas, aku menaiki lift untuk sampai dilantai tempat apartemen mba Hye Jin, badanku rasanya lelah sekali.

Sepanjang jalan, aku menundukan kepalaku yang terasa sangat berat, setelah sampai didepan pintu apartemen, kepalaku membentur dada seseorang. Aku melihat sepasang sepatu hitam, tampak seperti sepasang kaki seorang laki-laki, seingatku, mba Hye Jin tidak bilang akan ada orang yang datang ke apartemen untuk menemuinya hari ini. Aku mendongakan kepalaku, ternyata benar dia seorang pria, pria ini yang mengirimiku pesan beberapa menit yang lalu, aku terlonjak kaget, untuk apa dia ada disini?!

Park Jimin mengenakan kaus putih polos dengan celana jeans sebagai bawahannya. Dia juga mengenakan jaket jeans dan topi putih yang menutupi rambutnya yang bercat pirang. Dia membawa bubur abalone yang tampaknya kupesan lewat telfon tadi, aku mengedarkan pandanganku mencari kurir pengantar makanan yang kupesan tadi, namun nihil, hanya ada Park Jimin disini.

"Annyeong!" Sapanya. Dia menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki kemudian tertawa kecil, "itu piyama paling lucu yang pernah kulihat" katanya.

Matilah sudah! Aku lupa aku masih berpenampilan layaknya orang baru bangun tidur, aku ingin lari dari sini saja rasanya!

Aku masih bungkam, masih mematung, masih diam ditempat, sambil menatap Park Jimin yang sudah kebingungan sedari tadi.

"Ya Ara-ah, apa kau tidak berniat menyuruhku masuk?" Tanya Park Jimin menyadarkanku, "aku pegal berdiri disini sejak tadi, dan seseorang bisa saja memotret kita sekarang" lanjutnya.

Ohiya, aku lupa dia seorang idol, berada didepan pintu apartemen bersama seorang wanita sepertiku bisa saja menjadi masalah untuknya jika diketahui banyak orang.

Aku segera memasukan sandi kunci untuk membuka pintu apartemen lalu mempersilahkannya masuk, untung saja aku sudah membereskan apartemen pagi tadi, jadi tidak terlihat terlalu berantakan.

Park Jimin meletakan bubur abalone yang kupesan diatas meja yang ada diruang TV, kemudian melangkah menuju dapur. Dia mengambil sebuah mangkuk dan sebuah gelas kemudian membawanya kehadapanku. Dia mengambil kantong plastik berisi air mineral dan camilan yang kubeli tadi, mengambil sebotol air mineral kemudian menuangkannya kedalam gelas. Dia juga menuangkan bubur abalone pesananku kedalam mangkuk, lalu menatapku yang masih diam sejak tadi.

Dia tersenyum, "apa demam membuat mulutmu berhenti bicara?" Tanyanya. Aku menunduk malu, kemudian kembali mengalihkan pandanganku padanya, "Ya Jimin-ah bagaimana bisa kau ada disini?" Tanyaku heran.

Dia tampak memikirkan jawabannya, "entahlah, untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja mungkin? Atau karna aku merindukanmu?" Jawabnya.

Blush

Amblas sudah hatiku Park Jimin

Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang