"But how do you let go of the person that felt like home?"
"Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Heosok, Park Jimin, Kim Teahyung, Jeon Jungkook, BTS!"
Fan chant kembali diteriakan oleh semua Texas's Army, berulang-ulang kali, dengan Army bomb yang mereka genggam erat sedari tadi, dibarengi dengan para member Bangtan yang kembali membungkukkan badan mereka, tak lupa dengan lengan mereka yang kembali tertaut, menutup sempurna konser malam ini.
Riuh tepuk tangan kembali memenuhi venue, teriakan yang saling bersaut-sautan masih saja terdengar hingga detik terakhir Bangtan berada diatas stage. Tangis air mata bahagia tidak henti-hentinya terlihat sejak konser dimulai pada sore hari tadi, beberapa orang sibuk berpelukan, menenangkan diri satu sama lain, sedangkan beberapa orang lain masih sibuk menyadarkan diri mereka dari apa yang baru saja mereka saksikan.
Satu hari lagi, tujuh pria bertalenta itu mampu menghipnotis setiap orang yang sudah jauh-jauh datang hanya untuk melihat penampilan mereka.
Satu persatu dari mereka mulai kembali berdatangan ke back stage, mereka merebahkan tubuh mereka disofa yang sudah disediakan, beberapa mengeluhkan otot mereka yang terasa sakit karna terlalu bersemangat menari saat diatas stage tadi, beberapa lagi masih sibuk mengatur nafas mereka yang sudah kembali tidak beraturan.
Degub jantung mereka kembali berdetak lebih cepat dari biasanya, suhu tubuh mereka kembali meningkat, membuat kami, para crue dan staff harus menaruh kantung demi kantung es diatas pundak mereka agar suhu tubuh mereka kembali normal.
Setelah sibuk mengurusi Bangtan selama 2 jam, akhirnya kami bisa bersantai sejenak. Aku merebahkan tubuhku dikursi meja riasku, memukul-mukul pundakku pelan, lalu meregangkan beberapa bagian tubuhku yang rasanya sudah remuk semua. Kami akan kembali ke hotel satu jam lagi, jadi aku masih punya waktu satu jam untuk mengistirahatkan tubuhku.
Saat mba Hye Jin sedang membicarakan beberapa hal bersama Bang PD, aku lebih memilih menunggunya diruangan make up.
Aku merogoh saku hoodie ku, mengambil earphoneku darisana, kemudian segera memasangnya dikedua telingaku. Sebuah lagu dengan nada lembut dan melodi lambat mulai mengalun pelan digendang telingaku, mampu membuatku seketika merasa tenang sekaligus membangkitkan rasa kantukku yang memang sedari tadi sudah menyerang.
Aku menaruh ponselku disaku oversize hoodieku sekaligus menenggelamkan lenganku disana, kemudian kulepas kacamata bulat yang sudah sejak siang tadi terpasang didepan mataku, lalu mengucek mataku perlahan, lelah rasanya memakai kacamata seharian, biasanya, aku memakai contact lense, namun karna mataku terserang iritasi ringan tadi pagi, jadi aku lebih memilih memakai kacamata cadanganku.
Aku menyenderkan kepalaku kebelakang, kemudian menutup mataku perlahan, menikmati alunan musik lambat yang mengalun dengan lembut dari kedua earphone yang sudah terpasang dengan pas ditelingaku tadi. Beberapa menit setelahnya, kurasakan seseorang mulai mengusap puncak kepalaku lembut, dia melakukannya berulang, dengan tempo yang lambat.
Aku membuka mataku perlahan, kemudian kulihat Park Jimin melangkah pelan kearah kursi didepanku. Kami duduk berhadapan, dia kembali menatapku dengan tatapan teduhnya, tersenyum lembut, menenangkan. Dia memasukan kedua lengannya kedalam saku hoodienya, kemudian tertawa kecil, "waeyo?" Tanyaku.
Dia masih diam, masih betah menatapku dengan tatapan hangatnya. Tenang, jantungku sudah mulai terbiasa dengan situasi seperti ini, perlahan aku mulai membiasakan jantungku untuk tenang ketika saat seperti ini terjadi. "Lelah?" Tanyanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)
Teen Fiction"Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya...