Thirty Eighth.

94 12 12
                                    

Multimedianya bole di play ya yeorobun, bacanya pelan-pelan aja, sambil nikmatin lagunya, selamat membaca!<3

"Ayo berpisah saja"

Park Jimin menatapku dengan pandangan terkejut, jantungku benar-benar tidak bisa tenang sekarang, deru napasku lebih cepat dari biasanya, mataku memanas, dadaku sesak, aku masih tidak percaya bahwa akhirnya kata-kata itu benar-benar terlontar dari mulutku.

Dia terkekeh, "kau pasti bercanda, yang tadi itu, tidak serius bukan?" Tanyanya.

Aku menggigit bawah bibirku sendiri, "aniya, aku serius kali ini. Ayo berpisah saja, Park Jimin" ucapku dengan bibir yang kemudian bergetar

Park Jimin masih menatapku lekat, sedangkan aku sudah menundukkan kepalaku sedari tadi. Bahkan untuk kesekian kalinya, aku tidak bisa menatap mata coklatnya itu. Aku memandang jalanan kering yang tampaknya sudah lama menantikan hujan, seolah jalanan ini lebih menarik dari pria yang berdiri tegak dihadapanku.

Kemudian kudengar dia menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan, "geurae, tapi aku butuh tau apa alasannya" katanya

Lalu kuberanikan diriku menatap matanya lagi, ini semua harus berakhir secepat mungkin, selagi aku masih bisa menahan emosiku agar tidak tumpah bersama dengan air mata yang sudah kutahan mati-matian. Kami harus mengakhiri cerita ini dengan adil, baik untukku, juga untuknya.

Dia masih menatapku dalam, menunggu kata-kata yang akan kulontarkan untuk menjawab pertanyaanya, "apa bersamaku, bahagiamu tak lagi ada?" Tanyanya

Aku menggeleng lemah, "tidak, bukan begitu, kau tau pasti bahwa menjadi kekasihmu adalah hal paling membahagiakan yang pernah terjadi, kau itu objek paling membahagiakan yang pernah ada,"

"Hanya saja, rasanya, aku mulai sadar bahwa cerita ini memang tidak seharusnya ada sejak awal, harusnya, memang hubungan ini tidak pernah ada,"

"Kau tau? Aku pikir, ini cinta, tapi ternyata setelah kuteliti lagi, ini hanya obsesi biasa. Memang ternyata, hubungan seorang penggemar dengan idolanya harusnya sejauh bintang dengan bumi saja, tidak perlu menjadi lebih dekat, seperti manusia dengan nadinya."

Tidak, tentu saja ini bukan obsesi Park Jimin, harusnya, kau selalu tau itu.

"Jadi kupikir, tidak seharusnya aku menjadi kekasihmu, tidak seharusnya aku berjalan sejauh ini, menjatuhkan hatiku sedalam ini, juga menempatkan diriku sendiri pada rasa nyaman yang tidak seharusnya ada, rasa nyaman yang ternyata tidak nyata, rasa yang ternyata semu, bukan, ini bukan soal kau, tapi soal aku yang membahagiakan diriku dengan espektasi yang kubuat sendiri,"

Mataku semakin memanas, tenggorokanku tercekat, aku sudah tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi, jadi kubiarkan kata-kataku menggantung begitu saja. Saat setetes air mulai meluncur bebas dari mata sebelah kananku, aku langsung menyekanya dengan cepat, tidak, aku tidak boleh menangis lagi, tidak sekarang.

"Begitukah?" Tanyanya

Aku mengangguk, berusaha menyunggingkan sebuah senyuman agar aku terlihat tenang, "iya" jawabku.

"Entah kenapa, tapi aku yakin ada hal lain selain ini, karna aku mengenalmu Mutiara, kau selalu berkata yang sebenarnya padaku, dan aku tau itu, tapi kenapa aku merasa kau berbohong kali ini?" Tanyanya

Aku sedikit tersentak dengan perkataanya barusan, aku lupa bahwa aku pembohong yang buruk, dan dia adalah pembaca pikiran yang handal.

Aku menggeleng, "aku berkata jujur kali ini" jawabku.

Dia menghembuskan napasnya kesal, "kau tau? Disaat-saat seperti ini, adalah saat dimana aku berharap kata maaf sangat cukup untuk menyelesaikan semuanya" katanya

Aku tersenyum paksa, "maaf untuk apa? Kau bahkan tidak menyakitiku sedikitpun," jawabku

Iya, tidak sedikitpun.

Aku mengadahkan kepalaku, kemudian menarik nafasku panjang. Dadaku terasa sangat sesak, seperti ada hal yang menjanggal disana. Jantungku juga masih menderu, dan mataku terasa semakin panas,

Uljima, kau tidak boleh terlihat lemah didepannya, kuatlah, setidaknya sampai isi hatimu terlontar semua.

Kemudian, kurasakan dia menarikku kedalam dekapannya, dia mengusap rambutku lembut, sedangkan aku hanya berdiri mematung didalam dekapannya itu. Aku melepaskannya beberapa menit kemudian, lalu mulai mengusap pipinya lembut,

"Aigoo, kau semakin kurus, pasti kau melewatkan makan malammu lagi ya? Jangan begitu, apa gunanya punya tubuh indah jika menyiksa dirimu sendiri begini?,"

"Gomawoyo, sudah membuat pekerjaanku terasa sangat menyenangkan selama World Tour ini berlangsung, aku pasti akan sangat merindukan masa-masa ini,"

Aku terkekeh, "tidak perlu cemas, ini hari terakhirku bersama kalian, kau tidak akan pernah melihatku lagi setelah ini, tidak besok, tidak lusa, atau mungkin memang tidak akan pernah,"

"Jaga dirimu, aku tau kau pasti bisa menjaga dirimu sendiri, ah, aku lupa, ada Hima, aku percaya dia juga pasti akan menjagamu dengan baik. Jangan sering berlatih dan memaksa dirimu sendiri, kau bukan Anpanman, tubuhmu itu juga butuh istirahat,"

"Jangan lupa untuk rutin meminum vitaminmu, cuaca mulai dingin, pastikan kau memakai pakaian hangat, oversized hoodie mu itu tidak cukup tebal, jadi pakailah mantel musim dingin"

"Ah, mian, aku masih saja bawel saat aku bahkan bukan lagi kekasihmu, mianhaeyo, aku akan berhenti bicara sekarang,"

"Berjanjilah bahwa kau akan tetap bahagia seperti biasanya, anggap saja tidak pernah ada yang terjadi diantara kita, kau harus bahagia, janji ya?"

"Kalau begitu, aku pergi dulu, selamat tinggal, Jimin-sshi" ucapku.

Kemudian aku berbalik, hendak segera pergi dari tempatku berdiri, namun sebuah lengan mencengkram lenganku kuat, dan membawaku kembali kedalam pelukannya yang hangat.

"Satu kali lagi saja" bisiknya.

Dia mendekapku erat sekali, dan aku masih saja mematung, tubuhku kaku, bibirku mulai kembali bergetar, aku tau sebentar lagi emosiku akan segera tumpah. Jadi, kuputuskan untuk melepaskan dekapannya perlahan, menatapnya sekali lagi, tersenyum sekali lagi, mengeratkan peganganku pada tas selempang yang kubawa, lalu mulai berbalik, dan berjalan menjauh sejauh yang aku bisa.

Entah hanya perasaanku saja, atau memang kota Paris terlihat lebih mendung hari ini. Langit tidak lagi teduh, dan entah kenapa, hal itu semakin membuat hari ini terasa semakin menyakitkan. Semesta, kali ini, aku boleh kecewa ya? Janji, hanya untuk hari ini saja, besok, aku akan kembali kuat.

Tamat ganih?:')

Could You Be Mine? [BTS FAN FICTION STORY] (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang