#LifeFootPrints Part29 Penilaian yang adil

9 1 0
                                    


  Baik ataupun Buruknya seseorang adalah tergantung kita hendak melihatnya seperti apa. Bisa jadi memang tampilan dan pacakgingnya buruk tapi subjektivitas empati-simpati menjadikannya tampak baik. Atau kadang memang seseorang itu tampilan baik, packging juga baik, punya maksud dan hati yg baik, tapi tendensi dan penilaian orang lain yg terlanjur negatif (bisa jadi karena faktor iri mana ada orang sebaik sesempurna itu?) menjadikannya buruk. Anggapan bahwa Tuhan itu adil selalu ada keseimbangan menjadikan kita mencari yg buruk dari setiap yg baik, dan meyakini selalu ada kebaikan dalam hal buruk. Topeng yg digunakan takkan bertahan lama, tapi sugesti yg tertanam bisa berlangsung cukup lama.

Tendensi, sugesti,empati, simpati, dan kebaikan hati manusia menjadikan penilaian kita selalu saja subjektif. Dengan nilai dan standar yg abstrak.
Mempertanyakan atas dasar apa soal kompetisi pigeon teen? Kontes kecantikan? B3 (Behave, Beauty and Brain). 


Behave semacam apa? Tingkah sopan? Prilaku berdasarkan moral? Jangan lupa banyak pemenang kontes kecantikan itu ternyata terkait skandal, mulai sex bebas sampai korupsi dan tindak kejahatan lainnya. Dan ini membuktikan topeng saja. Atau prilaku baik yg ternilai hanya dalam jangka waktu sangat singkat. Tak mampu menilai sampai akhir.


Beauty. Kecantikan, standarnya apa? Hidung mancungkah? Operasi plastik bisa kok buat hidung sempurna kemancungan ala ala pinokio. Tinggi semampai? Ala ala model? Banyak suplemen dan alat penambah tinggi badan juga. Ramping? Lalu membentuk karakter bulimia-anoreksia? Makan tissu kl***ex ala model amerika? Intinya beauty is pain yg dimunculkan dari ajang kontes ini.


Brain. Sepintar apa? Einstein? Galileo galilei? Thomas alfa eddison? Merry curry? Kalau ga salah bom sex asia carera punya iq yg wow banget. Tapi ga bisa dipahami mengapa ia menjadi seorang porn star. Lalu hasil dari beauty kontes ini ada yg jadi ilmuan? Menciptakan sesuatu? Berkreatifitas? Buat roket untuk NASA? Berapa banyak putri yg lulusan S3?S4? Jadi professor pengajar? Dapat honorarium menyandang gelar profesor dari sebuat universitas 'tercerdas'? Atau tergabung dalam Sain club? Tidak ada sepanjang sejarah. Atau hanya terkurung dalam sangkar bernama kontrak pemenang? Kebanyakan (80%) mereka menjadi robot komersil yg menjadikan segala pekerjaan menghasilkan uang di dunia showbiz! Hanya seglintir saja yg menjadi pribadi biasa lagi ketika masa 1 tahun keputrian berakhir.

Jadi hanya subjektivitas para juri sajalah. Atau kalau mau dicurigai ada mungkin kongkalikong pemenang. Mana yg lbh menjual dan bisa menjadi 'brand-ambassador' kontes dan produk iklan pendukungnya. Atau siapa yg mampu membayar lebih.

Sama juga dengan talent talent show yg ada. Apa dasarnya? Poling sms, poling pilihan pemirsa? Bertanya berapa orang yg nonton? Seluruh duniakah? Serentak? Lalu mereka pasti punya kriteria masing2 menjagokan salah satu calon idol. Juga tergantung berapa banyak pulsa penonton? Niatkah atau relakah mengorbankan pulsa untuk vote? Untungnya apa kalau dia menang? Kalau dari keluarga&sahabat jelas akan mendukung penuh. Lalu yg lain? Tetangga yg mau bangga kalau punya tetangga artis? Teman sd yg entah berantah sekarang trus bisa reunian sama artis? Mantan guru yg lalu jadi populer karena berhasil mengajar seorang artis?

Lalu muncul lagi sebuah pertanyaan. Sebegitu pentingkah menjadi artis? Public figur? Samapi ada yg rela mengorbankan apapun? Ingin dpt uang bnyk? Hei kerjaan apapun bisa dpt uang, trgantung usaha kita. Benar atau ga. Kalau jadi artis cuma menang sensasi buat apa? Dihujat banyak orang. Hidup ya penuh sengsara kecuali sich kalau muka tebal.

Kembali lagi soal penilaian. Itu bukan soal matematika atau ilmu pasti. Yg mampu menjawab 1+1=2. Bisakah kita haya berpatokan pada angka IQ,SQ,EQ,TOEFL,Noryoku shiken,ujian kebahasaan,UN,UMPTN? Segala sebab bisa menjadikan hasil yg berbeda. Yg ternilai hanya usaha saat itu. Tapi bisa jadi setelahnya dia berkembang pesat atau malah jadi ponggah dan menciut otaknya? Bisa saja karena kurang tidur, tidak konsen lantas nilai jelek. Sebut saja alibi menutupi hasil buruk. Tapi kenyataan berkata demikian, tapi tidak lantas dijadikan alasan pasti mengapa hasil kurang memuaskan.


Intinya dari tulisan yg panjang kaya bentangan pulau Indonesia ini adalah Dont Judge a Book by it's Cover.
Kita ga akan pernah bisa mengenal seseorang 100%. Tapi kita bisa berpura pura kenal 100% dengan empati-simpati,tendensi,sugesti tersebut.
Ya orang akan tampak seperti apa yg kita ingin lihat. Bukan dia sebenarnya.


Tapi ada hal yg pasti. Seorang koruptor tak akan bisa dinilai seperti Robinhood yg mencuri demi rakyat. Kebanyakan koruptor adl penjahat memiskinkan dan menyengsarakan rakyat.

Seorang pembunuh dengan cara apapun darah korbannya sudah menempel sdi tangannya menjadikan bukti kuat untuk menjeratnya mempertanggung-jawabkan kesalahannya. Apapun alasannya ia tetap harus membayar darah yg tertumpahkan.

Seorang dermawan tanpa perlu publikasi siapa dirinya, lebih mampu menjada kebaikan hatiny. Ia lebih nyaman hidup dengan cadar dan penyamaran dalam hidupnya ketika terkenal. Karena judgement alias penilaian banyak irang beragam yg memunculkan kegelisahan dan pertanyaan akan kebaikannya.
Padahal untuk berbuat baik tidak diperlukan alasan. Dan kalau berbuat baik tak perlu dipublikasikan. Kalau memberi dengan tangan kanan maka tangan kiri sebaiknya tak perlu tahu. Itulah pemberian dan kebaikan yg sejati.

Selamat membaca tulisan ini.
Berikanlah penilaian apapun tentangku. Tapi aku tak perduli.
Aku cuma ingin share hal baik san positif, menggugah kebenaran yg berusaha disembunyikan, mencoba menjadi penengah yg baik, menjadi pendengar dengan hati, dan konseling dengan kejujuran. Walaupun inilah si Li dengan keponggahannya.


*Hanya Tuhan yg menilai kita seutuhnya dengan hati kita yg tak terbaca oleh bahasa manusia tapi dibaca dengan mata Surgawi* - Li

13.10.2014.
Menanti pergantian hari.
Berkencan dengan polaris.
Dan menjadi santapan nyamuk. Pendonor darah sukarela setia.
One simple life, makes another miracle. As like snow ball, starts from small and makes a mountain. Wish for kindness.

God bless us all.
Nite.

#thanksGod.

Notice to my selfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang