Ketika aktivis perlindungan binatang berdemo, yg adalah mereka dg gelaran emak emak (alias ibu ibu)..
Acara Aksi Damai menentang keberadaan Pinguin di Resto kemarin bisa jadi mengagetkan banyak pihak, memancing pro dan kontra di masyarakat. Jangankan masyarakat, kami aja pelakunya masih terkaget-kaget koq. :) Kami, emak-emak yang tiap hari biasa galau tentang poop anjing dan kucing yang kurang padat, pete yang hilang dari pasaran, ukuran bra yang semakin menyesakan dada, lipstick merek apa nomor berapa yang lagi nge-hits, dan anjuran bapak pejabat yang minta kami kurangi ber-make up agar sempat menanam cabai, mendadak harus menjerumuskan diri dalam group whatsapp yang merancang kegiatan demo.Kelompok kecil kami mengatur investigasi, observasi, mengurus ijin unjuk rasa, menyiapkan properti dan berkordinasi dengan banyak pihak. Gak gampang, semua itu menguras tenaga, pikiran, waktu dan tentu saja biaya. Uban di kepala kami bertambah sekian lembar setiap menit, beberapa sampai ambruk karena lelah. Dan orang-orang hanya komentar ," Menyedihkan sekali orang-orang yang lebih peduli pada pinguin daripada sama homeless, anak yatim piatu, dan negara Indonesia." ... well you messed with the wrong emak-emak. Mereka yang mencela bahkan tak ada saat kami ditertawakan petugas di kantor polisi karena minta ijin unjuk rasa, mereka tak ada saat kami membagi waktu buat urus aksi unjuk rasa sembari urus anak kami yang sakit, anjing kami yang sakit, mereka tak ada bantu apapun saat saya dengan tubuh menggigil karena demam harus bolak balik ke polsek, polres dan polda. Diteror via telepon dll. Mereka sebagaimana layaknya kelompencapir yang hanya jago sebagai kelompok pencerca dan pencibir. Saya jarang takut untuk apapun, tapi seminggu kemarin energi saya tersedot oleh rasa takut, iya...saya takut saya membahayakan orang-orang terdekat saya , saya takut sahabat-sahabat saya terluka dalam aksi unjuk rasa, karena mereka sama seperti saya, hanya emak-emak. Emak-emak yang cukup gila untuk turun ke jalan dan berunjukrasa. Saat kami dikerumuni oleh polisi yang jauh lebih banyak dari peserta unjuk rasa, diarahkan ke lokasi yang kurang menguntungkan untuk unjuk rasa, kami marah, tapi tak menyerah, karena paling tidak kami sudah bersuara. Kami sudah menyuarakan apa yang menyakiti nurani kami. Mewujudkan kemarahan kami dengan memanfaatkan hak indah diberikan negeri ini kepada setiap emak..eh..warga negara. Mengutarakan pendapat di muka umum. Melakukan Unjuk Rasa. Jangan kalian mengira aksi kami hanya kemarin saja, unjuk rasa kemarin hanya pembuka jalan, pendobrak tembok tebal di kepala banyak orang bahwa apa yang mereka anggap kami lakukan untuk satwa sebetulnya adalah ikhtiar kami untuk kelangsungan hidup kami di dunia. Ketika berorasi saya beberapa kali terhenti karena saya tak ingin suara saya yang mulai bergetar terdengar melalui pengeras suara, saya menahan airmata membayangkan nasib pinguin dalam aquarium itu dan bertanya-tanya apakah mereka tau kami berjuang untuk mereka..... Saya menangis melihat foto-foto yang dikirimkan kawan-kawan media, airmata bangga pada kawan-kawan saya yang mau berpanas-panasan, lelah, dan berjuang keras untuk satwa.Saya hanya bisa meringis miris saat baca komentar " kenapa ga demo kebun binatang, perkebunan sawit, topeng monyet, sirkus, dll " ..... biarkan jawaban itu dijawab kelak oleh mahluk-mahluk yang kami bela. Jangan labeli kami sebagai aktivis, kami hanya emak-emak bergincu merah yang sangat suka memakai daster yang sadar bahwa hidup kami dan anak-cucu kami kelak bergantung pada keseimbangan manusia, satwa dan alam.
Alberthiene Endah Baru, Ima, Angelica II Sandra, Shinzoo Maminya Chiro, Monica Simanjuntak ,Amelia, Chai Monique, Theresia Liauw, Nen Kin Inge, Sigarlaki, Indra Halim, Amy Sukmana, Nina Masjhur, Heni Asisten, Wewe Gombel, Andrea Jenna, Chris Anastasia, A Hardjito, Christina, Fajar, Fenny 'Yinyin' Hasyim, Viva Godiva, Giacinta, Sianny Rosalia, Rita Suhendra, Justina Neng Lim, Simbok, Nina Tamam, Sarah Sayekti Vidia, Schulz Anastasia, Indria Yuke Widiasari, Daniel, Immanuel Liem Tanto, Mancini Edwin, Yusman Prio Penangsang, Antonio Sri Hendarianto, Ting Ping-ping, Sasya Shima, Angelous Bobby, Fernando, Angelous, Dio Friedel Castro, Zamira Loebis ,Mery Surjanah, Marianti Herwanto, dan banyak lagi kawan-kawan yang ga bisa aku sebutkan saking banyaknya.. <3
Perjuangan kita masih panjang.
16 Januari 2017
Ketika tahun baru masih berasa gaungnya, tapi kami sudah menjejakkan kaki pada dunia yg berbeda.. emak emak jadi tukang demo, tapi bukan demo masak
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice to my self
RandomKarena berkarya lebih penting dari sekedar penghargaan.. menghargai diri dengan berkarya tanpa mendengarkan kritikan orang yang iri.. Nb. Ga membutuhkan komentar ataupun vote.. Really do not care about that.. Baca, dan renungkan saja. Sangat bersyu...