#LifeFootPrints Part11 Tentang Penipuan

18 1 0
                                    


Ini adalah lanjutan kisah tentang konseling dari part10.

Masih ingat dengan kakak yang harus saya konselingkan sebelumnya? Dia melakukan hal tergila dalam hidupnya. Membatalkan pernikahannya di detik terakhir, ketika Pastor akan menumpangkan berkat pernikahan dan pengesahan janji serta sumpah pernikahan. Dia memutuskan membatalkannya.

Ada berbagai hal yang saya rasakan. Dia berani melakukan seperti yang dia inginkan, ketika merasa tidak nyaman tentang pernikahannya, dia batalkan. Dia memilih mengorbankan persiapan pernikahannya selama ini daripada sepanjang hidupnya terikat pada pernikahan yang tidak diyakinninya. 

Tapi saya juga merasa sedih ketika dia benar benar melepaskan keberanian untuk meneruskan pernikahan. Di sana saya merasa gagal untuk membantu dia, gagal untuk menjadikan dirinya lebih percaya diri (walaupun sadar soal keberanian adalah pilihan hidupnya sendiri, bukan keterpaksaan dariku ataupun orang lainnya).


Penipuan pertama berawal dari kepura-puraan dia tentang perasaan, ketangguhan, kerapuhannya, kegalauan, dan ketidakstabilan mentalnya. Dia seolah olah baik, ketika konseling pun menampakan segalanya baik baik saja, ketika dia bicara dia sangat tenang, dan dia mampu memandang lawan bicaranya. dia bahkan menyakinkan kami kalau dia baik baik saja.

Penipuan selanjutnya adalah dia tidak pernah bercerita kalau pernikahan itu adalah yang terpaksa, dia bilang dia jatuh cinta pada calon pengantinnya. dia yang memaksa untuk mereka menikah. cinta katanya. dan dia tunjukkan acting yang sempurna pada kami, dan kami benar benar tertipu.


Penipuan selanjutnya adalah pembatalan pernikahan itu sendiri, dia rancang sejak awal. dia sangat yakin untk menghentikan segalanya.


Penipuan selanjutnya adalah kami yang tidak sadar sebegitu terluka dan tidak percayanya dia pada dunia. Dan hari yang seharusnya bahagia, berakhir dengan duka. 

Duka ku dan penyesalanku adalah percaya pada penipuanmu kak. Saya sangat percaya diri menjadi counselor mu, sangat berambisi, berharap dan menjadi ponggah. Tapi semuanya hanya omong kosong belaka. Andai saja ku masih bisa memeluk bahu mu, membiarkan kamu menangis di bahuku, membiarkan kamu berteriak sesuka hatimu dan menjadi pendengarmu yang terbaik.


Kakak, tolong bangunlah. jangan lama lama dalam dunia khayalan koma mu. Di dunia nyata masih ada yang peduli padamu, dan kakak adalah manusia yang sehat, pribadi yang baik.

Kembalihlah kak, karena saya mulai peduli dan sayang padamu. Saya berharap bisa jadi adik yang baik, dan pendengar yang baik. 

Kasus pertamaku untuk menangani yang lebih dewasa, tua daripadaku. Selama ini bermain dengan anak-anak, menjadikan ku lupa kalau sudah tua juga.



Li tanpa alter egonya, karena melankolis bukan dunianya.

25082018

Notice to my selfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang