#LifeFootPrints Part74 Aurora, Night-Fishing-Dating, Me and Granpa

11 1 0
                                    


Saat ada satu pertanyaan dari seorang anak kecil, kakak kalau boleh kembali ke masa lalu, mau kembali ke usia berapa? dan bilang apa pada diri sendiri saat itu?


Saya memikirkannya sangat lama.. tapi pada akhirnya dengan tegas menjawab.


Saya mau kembali ketika usia saya belum genap 5 tahun, ketika saya masih tinggal di Melbourne Australia. Saya akan bilang pada diri saya sendiri, jangan pernah meminta dan menyetujui pulang ke Indonesia. karena kamu akan kehilangan sangat banyak.

1. Saya kehilangan nama saya, nama saya diubah secara sepihak oleh orang yang buat akta lahir bayaran di Indonesia.

2. Saya kehilangan 2 tahun hidup saya, dalam waktu 2 minggu saya menjadi tua 2 tahun. semua demi bisa sekolah di Indonesia. saya yang berusia 5 tahun pada saat itu dipaksa untuk menjadi anak berusia 7 tahun. 

3. Saya kehilangan kakek saya, ga sampai 3 bulan di Indonesia, kakek saya memutuskan untuk kembali melaut, mengurus usaha forwarding transportasi kapal lautnya. dia pergi ke area berbahaya, dan bertemu perompak. dia kehilangan segalanya, termasuk nyawanya. dia menghilang di negri entah berantah, ditemukan, dan dibaringkan di peristirahatan terakhirnya di negri Aurora yg begitu dia sukai.

4. Saya kehilangan kepercayaan pada manusia, karena tetangga rakus yg menjagal anjing kesayangan saya, karena orang tua dan keluarga saya memutuskan untuk menyembunyikan informasi kematian kakek saya, mereka menganggap saya pasti akan sangat sedih, dan saya baru sadar itu hampir 3 bulan setelahnya, mendekati natal itu pun karena tetangga yang keceplosan bicara.

5. Saya menjadi anak yg benci sekali pada Zoo kebun binatang, karena Harimau kesayangan saya yang dirawat dari baby, disita, dipaksa dan dimasukkan ke kebun binatang, tapi mendapat perlakuan buruk. dia mati di zoo, tiap saya berkunjung dia menangis. Saya benci dengan kebun binatang sejak saat itu. menjadi trauma dengan kebun binatang. ketika sekolah dan harus ke kebun binatang, saya berteriak seperti anak traumatik di depan gerbang kebun binatang, menolak masuk, meronta, menangis.

6. Saya juga kehilangan ingatan saya sebagian besar, karena proses trauma yang terlalu panjang. terlalu berat untuk dipikul oleh anak yang bahkan belum berusia 6 tahun. Saya juga kehilangan kepribadian Li. menciptakan alter ego bernama Eve. dan menjadi anak yang jarang sekali bicara,. saya menjadi penggemar musik2, memutar musik sepanjang hari dan malam, mengulang lagu favorite saya sampai pita kaset nya kusut, dan disc piringan hitam nya tergores parah.


Siapa bilang terlahir kaya itu menyenangkan. persetan lah dengan silver spoon ataupun gold spoon on your mouth from your born day. or springkle of luck from cupid angel. Tak semuanya menyenangkan. tak semua menjadi mudah untukmu.

Sejak kecil kakek saya selalu berusaha menjauhkan saya dari segala kemewahan, saya seringkali mengeluh, kenapa mama papa ga bisa tinggal di rumah saja seperti kebanyakan om tante dari pihak nenek, yg ikut nebeng kekayaan? Kakek saya selalu bilang, karena mama papa perlu menghidupi kalian, perlu cari uang untk kamu makan, tinggal, baju dan pendidikan. kakek saya selalu bilang tidak ada yg gratis dan mudah di dunia ini. semua nya perlu usaha dan kerja keras. karena itulah kakek saya setuju saja, ketika papa saya memaksa saya berlatih tenis sejak balita, bahkan raket tenis lebih tinggi dari saya, bahkan saya mendapatkan segala luka di tangan dan kaki. kakek saya cuma tersenyum, dan bertanya apa rasanya memukul bola untuk pertama kalinya? dan saat itulah saya tau betapa menyenangkan meraih sesuatu yg begitu keras kita perjuangkan. senyumannya itu tak terlupakan. bahkan setelah 25 tahun yang lalu.

Kenangan lain yg muncul setelah sekian lama, adalah Fish-Night-Dating kami. Saya dan kakek punya kepribadian begitu mirip, begitu serupa soal makanan, kami tidak terlalu menyukai nasi, kami lebih menyukai roti. kami berdua hidup di keluarga yg masih berpendapat bahwa nasi itu penting. oleh karena itu sering kali kami melarikan diri. kami bilang itu pergi memancing, kakek saya suka sekali dengan kapal dan petualangan. jadi kami pergi ke boat kecil miliknya atau entah itu sewa, berpamitan adalah untuk memancing, tetapi sebenarnya kami menikmati malam, langit indah, bulan, bintang, bahkan roti, es krim dan wine. ya, saya di usia balita sudah menikmati wine tanpa mabuk sekalipun. kerena kan? sudah dibilang saya mirip dengan kakek saya, yg mampu menghabisakn 1 botol besar wine, ataupun bir dan tetap saja tidak mabuk. saya dan kakeka akan menghabiskan malam untuk meneliti langit, bicara tentang legenda manapun, tentang urban legend, bahkan tentang rasi bintang ataupu entah ramalan dari dunia entah berantah. dan ketika pagi, jelas kami tidak mempunyai hasil tangkapan apapun, segala umpan dibuang ke laut, dan pergi ke pasar ikan pagi untuk membeli beberapa seafood sebagai bukti 'pancing palsu' kami.

Aurora dan polaris, adalah keindahan yg paling saya dan kakek suka. aurora dengan warna yg lebih cantik bahkan daripada pelangi sekalipun. dan juga polaris yang menjadi kompas, petunjuk kakek pulang ketika tersesat saat petualangan mudanya. menjadikan saya bermimpi untuk menjadi petualang yang sama. itu yang menjadikan saya sangat suka menjelajah tempat baru, berperpegian kemanapun backpacker, tanpa kerepotan dari segala kericuhan shopping. itulah selalu dibilang saya lebih mirip pria, bukan seorang wanita, bukan perempuan tulen.


Setelah lebih kurang 25 tahun, saya baru pergi berkunjung ke makam kakek saya. di yellow village, atau yang lebih sering disebut kampung aurora, tempat aurora menampakan diri paling lama. tempat impian kakek saya untuk peristirahatan terakhirnya. walalupun kunjungan pertama saya itu agak menyebalkan karena kakek saya beneran tidak mau menunjukkan aurora, mungkin dia takut cucunya mencekliskan aurora dari bucket list sebelum pulang ke rumah Bapanya. dan menyerah di tengah jalan untuk mencapai segala mimpinya. tenang kakek, saya akan datang lagi kok.


kisah ini belum pernah saya ungkap selama ini. saya terkurung dengan kenyataan saya dipaksa menjadi tua, dipaksa untuk mengikuti standard yg ada, selama ini saya selalu jadi yg paling kecil di kelas sekolah manapun. dari Australia, Indonesia, bahkan sekarang di UK dan Canada.

menjadi yg paling muda, kadang membuat saya sangat ingin mengakui usia tua saya, saya ketakutan kalau saya bilang usia saya lebih muda, apakah mereka akan mempercayakan perkara besar, kasus kasus yg dibilang butuh kedewasaan pada saya? apakah mereka mau menerima saran saya?


Tapi satu hari nanti saya akan kembali mendapatkan nama asli resmi berdasarkan akta kelahiran dari Australia, usia yang sesuai dengan tahun kelahiran saya, dan berkunjung lagi ke makam kakek.

Satu hari nanti.. kita akan berkencan lagi kakek.. semoga di waktu itu, kakek menyiapkan roti yang banyak, wine juga, tak tertinggal adalah ice cream.



Li

I miss you so bad grandpa

100120109

Notice to my selfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang