Beberapa hari merasakan menjadi tuna wicaraDunia tidak berhentikan ketika ku kehilangan suara?Masih berputar pada porosnya.
Dan Aku pun tak kehilangan apapun lagi.
Well kadang menjadi lelucon yang menyedihkan.
Aku tak ingin mendoakan, let we see when you lost your voice someday later. Berharap aku tak perlu melakukan doa seperti itu.
Ah doa untuk kejelekan orang lain kan tidak akan terkabul juga.Kadang menjadi bahan kasihan. Waduh, aku tidak perlu dikasihani. tidak ada kok yang perlu dikasihani.
Cuma hilang suara, aku tak kehilangan kebebasan, tidak kehilangan hak berbicara, tidak kehilangan hidupku, tidak juga segala yang penting.
Ah hanya suara saja.Tanpa suara, aku masih bisa menuliskan pesan. Toh mereka yang tuna wicara bahkan mampu menjadi motivator hebat. Tanpa perlu berkoar-koar.
Tanpa suara aku masih mampu bernyanyi untuk memuji Tuhan. Toh Tuhan mendengar apa yang tak bisa kalian dengar. Tanpa suara aku menyadari posisi binatang, mereka yang hanya mampu menggonggong, mengeong, mengaum, mencicit, bahkan membuka mulut tanpa suara apapun. Mereka yang haknya ditindas oleh kaumku. Ah rendahnya kaum bersuara.
Tanpa suara aku masih menikmati matahari tanpa perlu teriak panas. Kadang mulut mengutarakan hal - hal buruk.
Tanpa suara aku belajar menyampaikan pesan lewat isyarat, senyum, dan gerak bibir. menjadi lebih ekpresif.
Justru kadang ketika bersuara kita menyuarakan yang tak pantas, membully, bergosip, memfitnah, menghujat Tuhan, meneriakan bahasa ** sensor.
Well buat apa bersuara kalau tidak bisa membela mereka yang tidak bersuara.
Apa pentingnya suara? aku bukan penyanyi. jadi santai saja.
Aku juga bukan politikus di pemilu yang butuh suara.
Akupun bukan mereka yang tak bersuara yang perlu dibela.
Tanpa suara aku masih bisa berkomunikasi dengan petsku, menatapnya lama2 hingga menyadari beginlah perasaan mereka saat aku berceloteh panjang lebar, tapi mereka tak mampu membalas satu katapun.
Dan aku paham dengan kalian sekarang.Kata temanku, "kalau nanti ada apa2 di jalan tidak ada suara bagaimana?"
Anggaplah itu takdirku, ketika tak bersuara bertemu dengan malaikat maut. Hai kematian, kapanpun kamu datang aku siap.
Toh ketika mati aku malah terlepas dari raga yang tak abadi.
^^Sebuah puisi dari temanku dulu, yang dulu cuma kutertawakan karena terlampau puitis, baru kini kusadari. Alunan Aluna, ketika aluna tak bersuara, tapi senandungnya mampu menyentuh hati sang pangeran. (Sayangnya aku menghilangkan teks asli puisi ini, jadi tidak bisa ku post).
Dan hai dunia tanpa suara.
Kangenkah kalian akan kicauanku? omelanku? bisingku? teriakanku? dan nyanyianku yang sumbang? HahahaAku kangen mendengarkan suara mereka yang telah tiada.
Bayangkanlah satu hari nanti aku akan begitu. Kehilangan suaraku selamanya.
Dan itulah akhir dari misi panjangku di Bumi.
Tapi semoga catatan suara ini tetap akan dibaca hingga akhir peradaban manusia (seperti buku rumus pytagoras, atau alphabet)
Li yang lagi kehilangan suaranya
14092018
Baca dech ... Bgs sekali!!! Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon. Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif. Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil. Ketika burung hidup, ia makan lalat, Ketika burung mati, lalat makan burung. Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita. Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita. Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita.Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA. Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia. Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA.Saling menghargai, Saling membantu dan memberi, juga saling mendukung.Jadilah teman perjalanan hidup yg tanpa pamrih dan syarat. Believe in "Cause and Effect" Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai ... !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice to my self
RandomKarena berkarya lebih penting dari sekedar penghargaan.. menghargai diri dengan berkarya tanpa mendengarkan kritikan orang yang iri.. Nb. Ga membutuhkan komentar ataupun vote.. Really do not care about that.. Baca, dan renungkan saja. Sangat bersyu...