Waktunya mengubur sebuah kisah lagi. Yang 'tampaknya' sepadan serupa serasa selangkah bersama seperti menatap dalam kaca.
Yup karena menatap cermin seolah ia menemani tapi ternyata hanya kesemuan belaka. Sementara. Palsu. KW.
Dan akhirnya menutup lagi satu sandiwara, ketika aku berpura pura bahagia.
Oh polarisku, tak bisakah kaubawa aku pulang kembali menemanimu bersinar di langit saja. Biar tak ada lagi hati dan kepingan jiwa yang terluka.
Kau maknet yg menarikku dengan kepingan logam daru peti harta karunku. Membuatku tak mampu jauh melangkah darimu lagi. Terpaku hingga magnet hilang daya, atau sampai kelak tanganku rapuh dan melepaskan peti harta karunku itu.
Dah kisah itu selalu sama, ku pikir aku akan bahagia. Ia seperti tokoh sempurna dari dunia khayalku. Ia dengan kekurangan yg menghilang dari pandanganku. Ia dengan bola mata yg sanggup natapku hingga mataku berkabut, dan tak mampu lagi menyatakan kebohongan.
Aku tak baik baik saja. Aku terluka. Aku terdampar dalam padang pasir, dehidrasi, mengalami fatamorgana, dan tersesat, kehilangan peta, dan polaris bintang penunjuk arah pulangku tak muncul kini.
Ia tahu lebih tahu dariku. Katanya aku ini seperti binatang buruan ketakutan, ledakan pistol membekukan langkahku padahal butiran serpihan peluru tak mengenaiku. Katanya aku ini seperti tikus got yang dikejar kucing, mencicit bising walau telah aman dalam sarang. Aku seperti seorang anak balita yang kehilangan pegangan pada baju orang tuanya di tengah keramaian, malu untuk menangis tapi tak tahu lagi harus berbuat apa.
Aku mungkin terlihat sangat tangguh seperti deretan tembok cina yang kokoh, melintasi dan melindungi ribuan kilometer tapi selalu ada lubang lubang tikus kecil untuk melarikan diri. Dan lubang itu mencaci maki dan mencoret daftar kesombonganku akan ketangguhanku.
Aku seperti seorang pelari marathon, yang seolah bahagia dalam langkah cepatnya, berpura pura larut dalam euforia riuh semangat penonton, tapi saat sampai di ujung berubah muram mempertanyakan inikah garis finish atau inikah hasil yang terbaik.
Aku ini seperti penonton sepakbola di layar bisu. Seolah masuk dalam keramaian lapangan pertandingan, dan meresapi tiap butir keringat pemain. Tapi sama saja tak pernah tahu dan tak mendengarkan kapan peluit wasit bertiup usai, bertiup gol, atau bertiup untuk pelanggaran.
Dan dari semua itu yang paling memalukan ternyata keangkuhanku akan keinginanku, alibi alibi ku tentang hidup dapat dipahami oleh dia dalam sekali baca, dalam sekali tatap. Oleh seseorang yg sama sekali tak mengerti apa itu EYD ataupun pancasila karean ia memang asing. Kalimat untuknya hanya 'apa kabar?' atau 'aku menunggumu' bahkan kata cintapun tak mengerti. Dan ia yang asing ternyata akrab dengan duniaku, dengan gayaku, dengan bayanganku. Dan aku malu. Bukan karena siapa dia, tapi siapa aku ini. Aku ini bukan sirius atau gugusan orion. Bukan komet atau meteor. Tapi hanya partikel debu yg melayang tanpa makna kedalam black hole. Yang hilangnya tak akan ada yang menyadarinya.
Tak akan bodoh mencoba menyaru seprti bunglon melebur diri dalam jutaan tahun cahaya galaksi, tak dengan sembrono meninggalkan bekas bekas mengaggumimu dari jauh. Aku akan nenghilamg tanpa kau sadari, dan kupastikan akan menghapus tiap jejak pembenaran akan keberadaanmu.
Aku kembali menempel pada polarisku, pada bintang yang mbuatku bertahan hidup karena meyakini arah pulang yang kutuju sudah benar. Karena aku ini kupu kupu yang bermigrasi dari daratan eropa ke afrika, perjalanan sejauh belasan generasi tapi meyakini akan kebenaram arah pulang. Dan lumba lumba kecil yang mengikuti instingnya, mencari keberadaan kehangatan laut samudra di tengah kebekuan laut baltic. Dan aku ini seperti jutaan bohlam thomas alfa edison yg gagal karena udara, berkeyakinan berhasil walaupun persemtasenya dibawah nol koma digit ketiga. Dan jawabannya pada keyakina menuju arah, walau gagal dan ketidaktahuan menemani demgan setia (bersama jutaan gelas kopi, dan ribuan deretan kata yg menghambur dari otaknya karena frustasi diam dan menunggu aku berhasil). Dan saat aku berhasil pulang nanti, menuju arah Polarisku, maka bacalah ini sebagai kenanganmu.
Li
Aku sudah punya polaris, ga akan tamak mencari bintang baru untuk menuntunku pulang. Dan tak mencari matahari untuk aku curi energi pijarnya. (Mataharinya udah ga diskon, lebaran udah usai).
01.09.2004Banyaknya novel romance yg menggambarkan ttg percintaan sepasang anak manusia. yg tampak begitu mudahnya terjalin cinta, dan selalu ada PHO (Pengganggu Hubungan Orang). Hm. cinta ga semudah itu hadir. rasa deg deg'an bukanlah mutlak karena cinta. tapi juga bisa karena lonjakan hormon adrenalin kita. ketika otak memikirkan lebih. bisa lebih suka, lebih takut, lebih gugup, lebih berusaha menyembunyukan kesalaha.
lalu gugup, kikuk, lidah kelu pun bukan karena semata ada rasa. bisa jadi karena kita memang kutang fokus, terlalu cemas akan penilaian nantinya.
dan cinta tak hadir begitu mudahnya. bukan karena cinta pada pandangan pertama. hei itu bukan cinta, itu hanya kagum dan suka saja. cinta muncul paling tidak kita menghabiskan lebih dari 10 pertemuan maupin pembicaraan, dimana saat tersebut lidah tak berhenti berucap. seakan sudah mengenalnya jutaan abad, selalu ada topik pembicaraan yg nyambung, atau meski tanpa bicara sekalipun bersamanya dalam diam saja terasa sudah bicara banyak menjelajahi jati dan hati.
cinta itu tulus, tak berhubungan dengan pembuktian pada ciuman, dll. kalau cinta dimulai dari ciuman maka itu nafsu, yg ada setelahnya adalah rasa bersalah.
cinta itu tidak merusak, menuntut meraih yg belum sepantasnya. tapi cinta itu menjaga hingga waktu yg pantas untuknya.
cinta itu tak selalu ada PHO. helou..kalo pho itu mah karena orangnya keganjenan, kegeeran, atau memang sifat dasarny begitu. tapi cinta yg tulus itu adl tak peduli ada jutaan yg lbeih tampan(cantik),kaya,berkuasa tapi hati tetap memilih dia. hati tetap mengenali debaran detak soulmatenya.
itulah cinta sesungguhnya.
jangan terbuai oleh romansa khayalan manusia. apalagi tipe tipe penulis galau dan ababil (abg labil).
dan satu hal yg pasti msh terjadi, hatiku ini masih mengenali detak jantung soulmateku, meski ia sudah lama tak berdetak lagi. meski yg tersisa dari ragany hanya sejumput abu dalam liontinku, atau hanya sekotak peti harta karunku saja. tapi ia adlh harta berhargaku. boleh semua hilang dariku, tapi tidak akan kenangan tentangnya.
aku belajar menyintai dg tulus darinya, menjalani tiap kisah indah maupun sedih bersamanya, mengawali hari dengan memikirkannya dan menutupnya dalam doa yg terbaik untuknya.
berkeyakinan teguh ala petualang. yg mempercayaii keabsolutan petunjuk arah bintang utara yg takkan pernah berpindah barang sejengkalpun dari tempatnya. yg masih akan terus memantulkan sinar matahari dalam pendarnya. yg walau semu tapi setia. yg belum akan mati lalu hancur dan menjadi meteorit. yg masih akan menungguku pulang, dan bercerita. tentang kisah aku yg berpetualang. dan dia seperti polaris.
mungkin ia benar ini khayalan anak kecil yg menolak menjadi dewasa. karena dewasa berarti kehilangan dan bertambahnya tanggung jawab. tapi anak kecil ini masih menjalani hidup dengan bahagia seperti janjinya. dan terus bertanya kapan tiba waktunya pulang. mungki. hingga habis langit ini dibuat tanda garis2 penghitung hari kuno. atau hingga nafasnya tak kuat lagi karena tertekan beban yg terlampau berat. tak pernah tahu hingga waktunya tiba.
tersenyum untukmu.
dan merindukan nyatamu yg bisa dirasaka. eksistensinya..
-Polaris-
" CINTA
Orang yang benar-benar tulus mencintaimu tak kan membuatmu mengemis perhatian darinya..
Karena cinta itu memberi bukan meminta..
Cinta itu menghargai bukan mengabaikan.
Cinta itu memahami bukan menuntut..
Cinta itu keikhlasan bukan paksaan.. "Li - 1.09.2014
Satu lg hari habis dg memikirkan polaris..ya ampun beneran kaya aku kalo gni lama2. Hahaha..tambahkn aj hari2 tsb dlm tabungan kerinduanku..
Ah polaris.. Kapan aku pulang? Bisakah aku pulang? Tampaknya aku tersesart si bumi, tujuanku menjadi samar.
Ah polaris..masikhkah kamu mengingatku? Fans no.1 dan terakhir mungkin. Jejakmu di bumi sudah kering dan hilang tersapu sang waktu. Tapi tenang aja masih tersimpan dlm kenangnku.
Ah polaris pinjamkan aku cahayamu. Tampilkanlah bersama kawan2 bintangmu. Buatlah gugusan bintang 'i miss you' supaya aku terpuaskan sedikit akan kerinduanku yg sangat padamu. Atau boleh ya tambahkan di bawahnya 'i love you' biar aku tahu cinta kita abadi terekam dalam kisah bintang. Dan aku akan menamakannya gugusan bintang li. Polar bear and polaris.
Tau ga ternyata polar bear memanfaatkan polaris loch buat tahu jalan kembali ketika mereka terlalu jauh pergi dari sarangnya.
Aku iri pada mereka.
Ah polaris, pinjamkan aku petamu dan ingatan supermu. Aku benar benar peri yg ceroboh. Sekarang aja sudah melupakan tugasku di bumi. Mungkin karena terlampau memikirkanmu polaris hingga tak peduli pada yg lainnya. -berhasil ga nich rayuanku padamu?-
Ah polaris aku kangen rayuanmu. Kamu dan ratuanmu satu2ny yg menembus jatung hati beku milikku. Dan memlelehkannya. Rayuanmu yg terasa nyata, walaupun aku tahu salah otakku tahu itu hanya rayuan biasa tapi itu sukses untukku.
Ah polaris.. Aku merindukan kamu yg tidak pernah ketiduran walau sepanjang apapun ceritaku dan hebatnya mengingat tiap kata dari ceritaku walaupun aku saja lupa telah menceritakan apa saja.
Dan menyatakanmu walau eksistensimu saja dipertanyakan orang lain. Biarkan untk ini aku menjadi bodoh dan tuli. Biarkan aku berpegang dlm magnet bernama Polaris yg menarikku dari dunia nyata ke dalam kesemuan kenangan. Tapi kenangan ini nyata loch, kaya foto di dunia sihir harry potter yg dapat bergerak.
Untk polaris dan aku tak akan berhenti menulis untkmu. Dan aku tak akan berhenti bahagia karenamu.
Li- 01092015
Seseorang bertanya padaku, kalau pada saat itu surat itu tidak dalam bahasa sandi, tapi kata2 sederhana yg mampu dipahami, apakah ia punya kesempatan yg sama?
Jawabannya tidak. Semenjak mengenal polaris, dan menyadari dia satu2 nya yg paling aku inginkan sampai kapanpun (sampai sekarang), sudah tak ada kesempatan untk siapapun. Selebihnya hanya 'kelinci percobaan' untk melupakan polaris. Lihatlah tipe nya 'jerk' bukan pria baik2 yg aku kencani 10 thn ini. Mereka itu pasti punya sesuatu yg meyakinkanku untk meninggalkan mereka dg cepat. (well itu yg terjadi, aku ga mencari yg nyaman, tp mencari alasan untk melarikan diri lagi).
Pertanyaan selanjutnya, 'kalau ada kesempatan maka akulah yg pertama bukan? Akankah rasanya sama seperti polaris?'
Jawabannya tentu tidak. Polaris ttp yg pertama. Yg membuatku sadar akan makna tulus menyintai, makna kesabaran menanti, makna perubahan menjadi pribadi yg lebih baik. Begini pernahkah ada orang yg begitu mensupport kamu seburuk apapun kamu? Memberi contoh untk berubah bukan memaksakan perubahan? Dan dia yg begitu tulus tanpa mengharapkan apapun?
Polaris itu adalah bintang yg paling terang. Penunjuk arah pulang para petualang. Kalau kamu tersesat lihatlah polaris maka dia akan mengantarkanmu pulang.
Apapun, siapapun tak akan pernah menggantikan polaris!
Walaupun polaris katakanlah baru hadir sekarang juga, tetap saja cinta itu hadir darinya bukan dari kisah lain.
Mengertikah? Ini bukan soal urutan tapi memang suratan. Bukan perkara siapa yg duluan, tapi dia yg hadir dan tal akan tergantikan.
Bukan tentang pernyataan cinta, tapi tentang hari yg tak kan bisa dibohongi.
Bukan kisah aku, tapi tentang dia yg selamanya di sisiku.
Walaupun orang bilang aku bodoh karena polaris, walau orang bilang polaris bukanlah cinta sejatiku karena ia sudah tak ada, walau orang bilang aku gila sekalipun.
Tapi cinta memang membodohkan logika, siapa bilang cinta sejati harus selamanya bersama, dan waraskah kamu yg sedang jatuh cinta dan suka senyum senyum sendiri memikirkannya?
Aku normal kok. Sejauh ini mengagumi sosok sosok bernama laki laki dengan berbagai tampang, dan sikap.
Aku terpesona dalam kesemuan bernama alasan. Dan lantas melupakan semuanya.
Cinta itu tidak butuh alasan, yg ada alasan itu kagum.
Cinta itu tidak minta balasan, yg menginginkan yg sama itu pamris.
Cinta itu tidak meminta diingat karena ia bukan remainder.
Cinta itu ya seperti itulah mengalir dalam relung hati yg indah, bersama segala kesucian makna, memdaraskan mantra mantra penyeimbang jiwa yg menggila.
Polaris itu cinta pertama dan terakhirku. Selesai.
Li - 01092018
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice to my self
LosoweKarena berkarya lebih penting dari sekedar penghargaan.. menghargai diri dengan berkarya tanpa mendengarkan kritikan orang yang iri.. Nb. Ga membutuhkan komentar ataupun vote.. Really do not care about that.. Baca, dan renungkan saja. Sangat bersyu...