#LifeFootPrints parts82 another side that's you never know

6 1 0
                                    

Di saat mama saya bicara dengan baiknya pada keluarga besar.. "Saya cuma ingin anak2 saya hidup bahagia, dengan siapapun, apapun pilihan mereka. Menjadi selayaknya seorang ibu"

Hati saya bergembira, bersuka cita, Dan bersyukur. Bukan Karena mama berikan saya green light untuk bersama dengan siapapun itu yg even tak sesuku, Seras, seagama, tak punya marga, bahkan bukan keturunan China. Bukan itu.

Saya bahagia Karena saya Sudah menunggu moment ini belasan tahun. Dari saya mulai paham bagaimana mana saya diatur oleh mereka mereka Yang mengatasnamakan keluarga. Mama Yang dipaksa tunduk dengan Segala keegoan mereka, keserakahan mereka.

Mama yang berharap anak2nya bisa hidup Dalam damai, Dalam keberadaan baik saja, tak perlu berkutag, Dan terkurung akan dunia bisnis keluarga Yang serakah. Berharap agar anak2nya tidak menjadi manusia Yang dibutakan oleh materi, Karena memang mama dibesarkan oleh grandpa seperti itu. Hidup dengan diri sendiri, keyakinan, keringat, jangan menadahkan tangan mengharapkan warisan atau uang jatuh Dari langit.

Mama Yang melepaskan Segala hak dia untuk Segala peninggalan grandpa, mama Yang lebih rela bekerja keras untuk Kami.

Mama mengorbankan dirinya, mama dicaci dimaki dibilang tidak bisa bersikap, tidak tahu mendidik anak, anak2ny Sudah dibesarkan dengan Gaya barat menjadi kurang ajar dengan 'petinggi tetua keluarga besar'.

Saya benci mereka, dengan Segala usaha, saya benar benar berharap bisa mengurung keserakahan mereka.
Ambillah segalanya, saya ga Minta sekalipun pada grandpa, grandpa sayang saya itu lebih Dari Segala yg kalian agung2kan. Grandpa ajarkan tentang silver line, tentang Polaris, tentang rasi Bintang, tentang berbagai legends, berbagai Bahasa, memupuk mimpiku itu semua lebih berharga daripada setumpuk uang Yang hilang dimakan rayap, atau diamond emas Yang melebur seiring panasanya bumi, Dan perjalanan waktu.

Setelah belasan tahun. Saya baru bisa rasakan mama tersenyum Dalam acara keluarga itu. Acara Pamer, itu Bahasa saya Dari kecil (for show out family gathering). Dan mama saya adalah Yang paling Diam, dia tak akan berbicara membangga-banggakan Kami anak2nya, bahkan ketika kakak saya memenangkan penghargaan, meraih juara olimpiade matematika sekalipun (jangan Tanya prestasi saya apa, saya hanya pengacau, saya cuma bangga pernah menonjok seorang anggota dewan lakbat, saya cuma bangga pernah mengamuk pada seorang kepala daerah pedalaman yg super Kaya tapi rakyatnya miskin, saya peduli dengan hal2 itu, ga peduli dengan Segala prestasi bertitel kesombongan Dan Pamer sekalipun).

Saya bahagia, pada akhirnya saya, mama, kakak bisa bernafas lebih baik. Bisa berjalan kemanapun Yang Kami Mau tanpa perlu peduli dengan keinginan mereka.

Saya bahagia dibesarkan oleh mama Yang seperti itu. Ketika mama ga pernah malu, even anak perempuan dia pakai sendal jepit, Kaos oblong, celana pendek (mirip celana santai rumah), Dan menjemput dia Di mall. Mall yang notabenenya milik grandpa, tapi saya dianggap supir oleh sekuriti Di sana. (Saking ga pernah ya stor muka ke Sana, banyak Yang tak mengenal Kami, tapi baguslah, mesti menyebalkan ketika kamu berjalan kemanapun Ada orang Yang menundukan kepalanya).

Dari Segala yg grandpa punya, saya hanya berharap pada rumah sakit grandpa, Yang selama ini grandpa perjuangkan untuk orang2 banyak, saya GA akan biarkan mereka mengambil keuntungan Dari penyakit derita duka Dan keringat orang2 Yang membutuhkan.

Saya tersenyum dengan semuanya.
Ya termasuk juga green light untuk terus bersama Mr.shaun (the sheep) damian..my baby pooh.. ah mama saya memang sayang dia, tapi tidak bisa diakui kalau Dalam keluarga besar, dia Yang adalah separuh indonesia-germany tidak memiliki marga, Mata GA sipit, warna Mata hijau, kulit bukan kuning atau Pucat, tapi kalian tau dia bekerja keras belajar berbagai Bahasa kita, dia fasih super fasih Bahasa Indonesia, Bahasa jawa (bahkan Bahasa halus), belajar Bahasa hokkian, Dan mandarin (Yang bahkan Ku rasa mandarin dia lebih baik lagi pengucapannya daripada saya ini), dia sekarang adalah Buddha taat (berbanding terbalik dengan saya, ktp Buddha, tapi adalah simpatisan katholik, lebih cenderung menjadi penganut agama kacau)..

Pertanyaan mama saya Yang buat saya bahagia adalah ketika dia bilang nanti Dede mau pakai tradisi mana untuk menikah? Dan dengan tegas saya bilang saya ga mau pakai tradisi China Karena ribet dengan berbagai acara sangjit, tinghun, dll dsb dst..tradisi Yang menurutku hanya menjadikan anak perempuan sebagai barang dagangan..istilahnya dengan uang Susu.. saya menikah, bukan dijual pada keluarga pria.. cukup pemberkatan Di gereja katholik, berjanji sehidup semati aja, tak terceraikan oleh manusia..selesai.. mama senyum. Dan mengokekan..artinya mama saya juga Sudah sangat menerima saya bisa pindah agama. Selama ini saya ketakutan, takut kalau perpindahan agama saya akan melukai mama secara tidak langsung, menjadikan mama sebagai gunjingan keluarga besar lagi.

Ps. Keluarga besar adalah mereka Yang sebetulnya GA jelas juga pertalian darahnya, contoh grandma saya punya adik angkat punya anak cucu ponakan dll. Justru Dari keluarga angkat inilah Yang membuat masalah. Bertindak seolah olah punya hak. Bahkan grandpa punya adik kandung Dan adik tiri sekalipun tidak Ada Yang mencampuri kehidupan kami, mencampuri keputusan perusahaan (padahal mereka lebih berhak). Bahkan keluarga kandung grandma aja tidak bersuara.
Itulah Alasan kenapa ai, Akku (adik kakak mama) memilih tinggal di luar Negri, menjauhkan diri Dari Segala kerusuhan ini. Mama Yang terikat dengan peninggalan grandpa (rumah grandpa Yang perlu diurus).
Mereka Yang saya anggap keluarga lingkar Dalam justru bersikap dengan baiknya, tak pernah ada kata kasar atau bahkan paksaan.

Serasa dongeng Kan? Cerita novel?
Hidup saya ga semudah Yang anda bayangkan. Punya harta, punya uang tak menjadikan anda bahagia.
Saya pernah Harus ikut konseling saat usia saya belum genap 6 tahun. Pernah super duper stress saat junior high school (Di usia Yang belum genap 11 tahun), atau mencoba bunuh diri saat ulang tahun saya Yang ke11 (saya Sudah siapkan banyak sekali, mulai racun, Tali, minyak tanah, cutter, pisau tajam baru, tapi grandpa benar benar sayang saya, dia muncul pertama Kali Dalam mimpi saya setelah 6tahun dia pergi). Saya Yang menjadi tidak peduli lagi pada manusia Yang suka berbicara soal uang, saya kehilangan respek respon Dan hormat lagi pada mereka. Saya menjadi orang yang lebih cenderung melarikan diri (single traveler itu hanya kamuflase ketika saya ga mau tinggal lagi Di 1 tempat Karena kebosanan atau Karena dipaksa keluarga besar itu).
Pernah kalian tahu, saya pernah kerjakan berbagai pekerjaan? Papa saya ga izinkan saya masuk perusahaan semudah itu, dia suruh saya jadi cleaning service, office girl, staff biasa (tukang fotokopi dokumen, tukang arsip dokumen) semua Karena papa juga mau melindungi saya Dari orang2 jahat. Tapi berdampak besar, saya tidak pernah melaporkan pada Papa saya soal karyawannya Yang bicarakan papa Di belakang papa, saya tak pernah report apapun, tapi ketika papa perkenalkan saya secara resmi, saya dibenci, saya dijauhi.

Saya lelah berhadapan dengan manusia.  Oleh Karena itu saya bilang, saya lebih cocok berurusan dengan binatang, bekerja untuk Alam, atau menjadi ahli forensic setiap Hari berkisah dengan corpse.

Ah ini bukan suicide notes ya. Saya Sudah berhenti berfikir untuk melakukan suicide. Saya menjadi counselor untuk membantu anak2 remaja Dan orang2 Yang depressed.
Saya pernah merasakan, sampai berfikir tak Ada lagi Yang mendukung saya, mendengarkan saya. Bahkan berencana melarikan diri dengan satu2nya orang Yang meminjamkan kupingnya untuk mendengarkan saya, Polaris saya. Tapi entah Tuhan sayang saya atau lebih sayang Polaris, dia bawa pulang Polaris saya ke rumah Bapa.. saya belajar untuk menjadi jauh lebih dewasa, menghadapi semuanya walaupun ujung2ny saya melarikan diri lagi..

Dan saya Masih menjadi orang Yang takut untuk berkomitmen.. jangan beri pertanyaan kapan saya akan menikah. Karena bahkan nanti sekalipun saya berasa Di depan altar gereja untuk menikah, detik itu sekalipun saya tidak akan pernah siap..

Li and Eve (both of us happy)
10062019

Notice to my selfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang