Shazia kini tengah menatap getir makanan yang baru saja dibuatnya. Ia berharap, Akbar akan memakannya dengan lahap seperti biasa. Tapi, tidak dengan hari ini. Selepas kepulangan Akbar dari Rumah Sakit, sikapnya banyak menunjukan perubahan.
Disisi lain, Akbar kini tengah bediri kaku dengan apa yang dilihatnya. Pikirannya berkelana begitu saja mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.
Flashback on!
Satu minggu selepas kecelakaan yang dialami keluarganya, sebuah undangan pesta pernikahan di dapatkannya dari seorang rekan bisnisnya.
Pada awalnya, Akbar memang hendak menolak untuk datang karena masih memperhitungkan kondisi istrinya. Hanya saja, ia bermaksud tak ingin menyakiti perasaan rekan bisnisnya itu hingga ia memutuskan untuk menghadirinya.
Sampai suatu saat, di sana ia kembali bertemu dengan sahabat masa kecilnya. Sahabat yang sudah lama tak ditemuinya karena jarak mereka yang terbilang berjauhan. Pertemuan itu menjadi pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, sehingga menimbulkan kesan tersendiri untuk mereka.
Akbar kaget saat melihat sahabatnya itu meneguk khamr. Mungkin karena sudah lama tinggal di negara yang menganut paham liberal membuat sahabatnya itu lupa akan hukum dalam syairat Islam.
Malam semakin larut dan keadaanpun semakin kacau. Disalah Akbar mulai lelah dan ingin segera pulang. Namun, karena sahabatnya sepertinya masih ingin berbincang dengannya tentunya Akbar tetap menuruti kemauan sahabatnya itu. Sampai sahabatnya memintanya untuk minum. Menang bukanlah sebuah minuman bersoda ataupun khamr. Rasanya Akbar begitu ragu untuk meminumnya.
"Ayolah Akbar tidak usah berlebihan. Ini hanya teh," ucap dengan nada memaksa.
Karena tenggorokannya mulai kering dan juga haus ia akhirnya menerima minuman itu. Entah ada apa beberapa saat kemudian Akbar merasa limbung dan semuanya gelap.
Hingga Akbar terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar. Di kamar itu hanya menyisakan dirinya saja. Oh tunggu, maksudnya dengan secarik kertas di sampingnya itu.
"Terimakasih Akbar untuk petualangan singkat kita. Kau hebat Akbar."
Sahabat Kecilmu
FAAAkbar terkejut saat melihat apa yang tertulis di kertas itu. Hatinya bergemuruh, badannya bergetar. Beribu ampunan ia panjatkan saat melihat keadaan tubuhnya.
Setelahnya Akbar menemui Shazia di Rumah Sakit dengan perasaan yang penuh dengan penyesalan. Sejujurnya ia malu kembali menemui istrinya setelah secara tidak langsung mengkhianatinya.
Dua minggu selepas itu, Akbar kembali dikejutkan dengan kedatangan sahabatnya di salah satu cabang restoran miliknya. Dan yang lebih mengejutkan adalah kabar yang di bawa sahabatnya itu.
"Akbar, aku hamil. Akbar aku tidak menyangka jika cinta satu malam kita akan membuahkan hasil. Bagaimana ini Akbar? Aku tidak mau menanggung ini sendirian aku tidak siap. Apa aku gugurkan saja?"
Itulah sekiranya kata-kata sahabatnya itu. Kata-kata yang membuat air matanya jatuh kala itu juga. Di saat Allah mengambil calon anaknya bersama Shazia mengapa Allah harus membahagiakannya denga cara seperti ini?
Karena keadaan kalap, Akbar tak mengakui jika janin dalam kandungan sahabatnya itu adalah hasil dari kecelakaannya kala itu. Entah mengapa hati kecil Akbar merasa jika itu bukanlah darah dagingnya.
Tapi, tanpa Akbar duga, sahabatnya itu melakukan hal diluar dugaan. Ia melakukan percobaan bunuh diri dan hampir berhasil. Akbar terkejut saat tahu jika sahabatnya itu sudah keguguran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAME
Spiritualبِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (Revisi setelah selesai) Hidup adalah pilihan. Pilihan di mana semuanya membutuhkan keputusan terbaik agar dapat menjadi sebuah jawaban. Saat harus memilih menjadi orang bersyukur ataupun kufur, sabar atau marah...