بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Cukup bahagiakan aku dengan menekan sebuah bintang kecil di pojok kiri bagian bawah. Karena bagitu, itu adalah penghargaan yang luar biasa.
Selamat membaca. ^_^
***
Kejutan dalam setiap permainan takdir memang selalu membuat jantung sang pemeran berdebar keras.
(Virachma)Shazia menatap bahagia wajah anak-anak juga suaminya. Hari ini, suaminya kembali membuka cabang terbaru rumah makan mereka.
Shazia hanya bisa duduk menyaksikan. Mematap orang-orang tercintanya yang tengah berdiri di atas panggung.
Senyum itu tak pernah luntur dari bibirnya. Hidup ini benar-benar memberikannya kejutan.
Jika dahulu dirinya dihimpit dengan berbagai macam keadaan, kini tibalah dirinya menikmati hasil dari perjuangannya selama ini. Memiliki seorang suami yang begitu mencintai dan memuliakannya, anak-anak yang penurut dan selalu senang jika diajak dalam perkara kebaikan, juga seorang calon bayi yang tengah tumbuh dan berkembang di dalam rahimnya.
Flashback on.
"Aku harap, apapun jawaban dokter nanti. Kamu bisa tabah dengan segalanya," ujar Akbar saat keduanya berada dalam mobil.
Shazia hanya menunduk. Dibelainya perutnya itu, seakan-akan ia tengah membelai calon anaknya.
Sesampainya di rumah sakit, keduanya tak perlu menunggu antrean, karena mereka telah membuat janji dengan dokter yang hendak mereka kunjungi.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Dok," ucap keduanya.
Seorang dokter berkhimar marun itu tersenyum manis dan menjawab, "wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Shazia dan Akbar tersenyum canggung. Sudah lama mereka tak berjumpa dengan dokter ini.
"Bagaimana kondisi anak-anak kalian saat ini?" tanya dokter itu.
"Alhamdulillahirabbil'alamin, Dok. Keadaan mereka sangat baik."
"Alhamdulillah, jika tidak salah, usia mereka sudah empat tahun ya?" dokter itu kembali bertanya saat mengingat sepasang bayi kembar yang banyak mengalami ujian beberapa hari setelah kelahirannya.
"Iya, Dok," jawab Shazia.
"Dok, saya ingin memeriksakan kandungan," lanjut Shazia.
Dokter itu kembali tersenyum. Dugaannya seratus persen benar ternyata.
Beberapa menit berselang pandangan Akbar tak bisa lepas dari layar monitor itu. Sebuah bulatan kecil yang tampak nyata, sangat kecil sehingga dirinya hanya bisa berangan bagaimanakah keadaannya.
"Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Akbar dengan suara bergetar.
Dokter itu terdiam beberapa saat, lalu menjawab, "sangat baik, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAME
Spiritualبِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (Revisi setelah selesai) Hidup adalah pilihan. Pilihan di mana semuanya membutuhkan keputusan terbaik agar dapat menjadi sebuah jawaban. Saat harus memilih menjadi orang bersyukur ataupun kufur, sabar atau marah...