13.) Bimbang

6.4K 460 13
                                    

Tak pernah ada satu orangpun yang ingin mengulang sebuah sejarah kelam untuk yang kedua kelinya. Baik atas kemauannya maupun tanpa dugaannya.

(Ajari Aku Memohon-Virachma)

•••

"Apa kabar, Sha?" ujar pria itu sembari tersenyum manis.

Shazia tersenyum canggung. Seseorang dihadapannya benar-benar tak pernah berubah.

"Alhamdulillah, baik, Kak. Kabar Kakak sendiri bagaimana?" Shazia mencoba menutupi kegugupannya dengan mengajutkan pertanyaan yang sebenarnya tak memiliki arti.

"Seperti yang kau lihat. Cukup buruk tanpamu."

Deg

Shazia menelan ludah. Ia tak menyangka jika jawaban pria itu akan mengejutkannya.

"Hahaha ...." pria itu tertawa sumbang, "Aku hanya bercanda, Shazia. Tidak perlu bersikap setegang itu. Kabarku baik. Bahkan setelah kau menolakku demi laki-laki yang juga mengkhianatimu," jawabnya masih dengan tertawa sumbang.

"Apa maksudmu?"

"Tidak ada. Aku memang seperti ini. Anggap saja ucapanku tak ada artinya."

Shazia hanya bisa tersenyum. Bualan pria benar-benar tidak lucu.

"Aku rasa aku harus pulang. Sampaikan salamku pada suamimu itu. Assalamu'alaikum," ujar pria itu kemudian melenggang pergi begitu saja.

Shazia terpaku. Jantungnya berdebar keras. Seseorang dari masa lalunya telah kembali.
.
"Kenapa pulang terlambat?" Akbar menatap Shazia penuh selidik.

Shazia hanya menunduk. Percakapannya beberapa saat yang lalu membuatnya terlambat pulang dan itu membuat Akbar tak suka.

"Aku memberimu izin bukan berarti kamu bisa pergi sesukamu. Apalagi saat kamu pergi untuk menemui pria itu."

Shazia mendongak. Matanya kini berani menatap Akbar.

"Siapa?" tanya Shazia pelan.

"ZAKI."

Akbar kini berteriak. Ia merasa tak terima saat mengetahui istrinya menemui salah satu pria yang begitu ia benci.

Shazia membisu. Apakah Akbar tahu perihal pembicaraannya bersama Zaki?

"Aku tahu, selama ini aku selalu melakukan banyak kelasahan. Bahkan kesalahanku padamu tak akan pernah bisa termaafkan. Tapi tidak dengan cara seperti ini kamu membalasnya, Sha. Ini seperti membunuhku," ujar Akbar sembari memegang erat kedua tangan Shazia.

"Aku mencintaimu. Bahkan rasa cintaku masih sama seperti saat pertama mengenalmu. Hanya saja kamu harus mengerti. Sekarang tak hanya ada kamu. Aku mempunyai tanggung jawab lain. Orang yang juga harus aku lindungi dan aku sayang sama seperti aku menyayangimu. Dia Ibu dari anak-anakku."

Keduanya menangis. Keduanya terluka. Keduanya tersakiti oleh cinta mereka sendiri.

"Aku juga tak ingin ini terjadi. Menduakan cintamu dan menghancurkan kesucian pernikahan kita. Andai saja malam itu aku tidak melakukan kesalahan, kita pasti akan hidup bahagia sekarang. Tapi, jika kamu marah padaku atas apa yang aku lakukan. Aku mohon jangan balas aku dengan cara seperti ini," ujar Akbar lagi dengan memohon.

Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang