1.) Duka di Hari Bahagia

20.3K 823 201
                                    

Seorang wanita tersenyum saat melihat seorang pria yang tengah berjalan ke arahnya. Matanya tak bisa berhenti menatap sosok yang dirindukannya selama satu bulan ini.

Pria itu tersenyum. Mata pria itupun sama, terlihat bahagia dan memancarkan kerinduan yang mendalam.

Dengan segera pria itu membawa wanita yang ditunggunya kedalam dekapannya. Mencurahkan rindu yang sudah membumbung tinggi itu.

"Assalamu'alaikum, sayang," lirih pria itu disamping telinga sang wanita yang tertutup khimar  berwarna cokelat.

"Wa'alaikumussalam, Mas."

Pria itu merenggangkan pelukannya membiarkan bidadarinya itu mencium punggung tangannya dan pria itupun segera mencium pucuk kepala bidadarinya.

"Ayo kita pulang." Pria itu menggandeng tangan istrinya dan tetap menarik koper yang dibawanya dengan tangan kirinya.

"Kamu bawa mobil sendiri?"

"Iya mas. Maaf. Aku janji ini yang terakhir kali." 

"Baiklah, tidak masalah. Tapi, sekarang aku yang akan menyetirnya," kata pria itu sembari memasuki mobil kesayangannya.

Akbar Nazril Shidqi dan Shazia Arfanda Hamida adalah kedua insan yang sudah mengucap ikrar suci di depan sang pencipta.

Kebahagiaan mereka terasa berlipat-lipat saat Akbar mengetahui sebuah kabar baik. Iya, sebentar lagi ia akan menjadi seorang Ayah.

Pernikahannya baru saja menginjak tujuh bulan. Tapi, Allah sudah berbaik hati dengan menitipkan sebuah amanah padanya. Tanpa bisa dipungkiri kebahagiaan sudah menyelimuti hatinya sejak kabar itu didapatkannya lima bulan lalu.

Mata Akbar tertuju pada istrinya yang sedang menatap jalan raya yang terlihat lenggang. Perlahan Akbar menggerakkan tangannya dan mengelus lembut pipi Shazia, yang tentu membuat wanita pemilik pipi itu menoleh.

"Aku merindukanmu," ucap Akbar.

Shazia menggenggam salah satu tangan Akbar dan menjawab. "Aku lebih merindukanmu."

"Mas, kok kita ke sini sih?" tanya Shazia tiba-tiba saat menyadari bahwa mobil yang ditumpangi olehnya dan juga suaminya berlainan arah dengan arah rumah mereka.

"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat," jawab Akbar seolah melemparkan teka-teki.

"Kemana?" tanya Shazia penasaran.

Akbar hanya tersenyum. Sepertinya Akbar akan membawa Shazia pada tempat yang istimewa sehingga Akbar harus merahasiakannya terlebih dahulu.

Namun saat mereka sekarang bercengkrama, Akbar menginjak rem dengan sangat tiba-tiba. Sontak membuat Shazia kaget.

"Ada apa Mas?" tanya Shazia.

Akbar menjawab, "Di depan sepertinya ada kecelakaan."

Iya, memang beberapa meter di depan mereka ada beberapa orang yang sepertinya tengah mengerubuni sesuatu. Inilah fakta dalam masyarakat kita. Dimana korban kecelakaan lebih banyak di kerubuni ketimbang segera di beri tindakan.

"Kita turun aja, Mas?" Shazia sudah hendak membuka pintu mobil.

Akbar mengangguk.

Tapi baru saja mereka hendak keluar beberapa orang sudah mulai pergi dari kerumunan itu dan Ambulance pun segera pergi meninggalkan tempat kejadian, membuat Shazia dan Akbar mengurungkan niatnya kembali.

Akbar segera menghidupkan mesin mobilnya dan melajutkan kembali mobilnya ke tempat tujuan mereka.

Entah kenapa hati Akbar begitu bahagia saat melihat senyum di wajah istrinya. Senyum yang di lihatnya seakan seperti senyum paling manis yang pernah di lihatnya. Membuat ia ingin menatap senyum itu lebih lama.

Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang