بسم الله الرحمن الرحيم
Cukup bahagiakan aku dengan menekan sebuah bintang kecil di sudut kiri bagian bawah. Karena itu merupakan penghargaan terbesar untukku.
Selamat membaca. :)
***
Akbar tak mampu menahan tawanya. Tubuh kecil Hasna masih sering oleng, tetapi kaki kecilnya itu terus saja mencoba untuk melangkah.
Sementara Hasan, lelaki kecil berbadan tambun itu masih memasukkan beberapa gigit biskuit ke dalam mulut kecilnya. Walau beberapa bagian hanya berubah menjadi remahan di lantai.
Jika Hasna sudah mencoba untuk berjalan, berbeda dengan Hasan. Lelaki kecil itu lebih menyukai belajar berbicara ketimbang berjalan. Beberapa kosa kata yang telah mulut kecilnya ucapkan, jauh lebih jelas dari yang sering Hasna ucapkan.
Begitupun seorang wanita di ujung sana. Tatapan hangatnya selalu mengeraha pada sosok kecil dengan segala tingkah menggemaskannya itu.
Ingin rasanya berjalan ke sana. Menggapai kedua malaikat kecilnya dan menciuminya habis-habisan. Namun apa daya, kedua kakinya masih belum stabil untuk berjalan.
Namun hanya sebatas andai kata saja. Walaupun kelak, ia berharap semuanya akan kembali seperti semula.
"Sayang, kamu sudah lama di sana?" tanya Akbar sembari berjalan menghampiri wanita itu.
"Tidak, Mas. Aku senang melihat mereka," jawab wanita itu.
Akbar tersenyum. Ia segera mendorong kursi roda itu menuju ruang keluarga tempat anak-anaknya tengah bercanda tawa.
"Kamu ingin menggendong Hasan atau Hasna?" ujar Akbar.
Wanita itu terlihat bimbang. Sejak ia melihat kembali dunia. Belum sekalipun ia menyentuk kedua anaknya. Yang dirinya bisa, hanya mengawasi mereka dari kejauhan.
"Shazia," lirih Akbar sembari membelai lembut pipi milik istrinya.
Iya, Shazianya telah kembali.
Entah mimpi atau tidaknya ini. Tetapi, rasanya begitu indah.
"Hey, kenapa?" tanya Akbar lagi.
Shazia hanya menggeleng.
"Ada yang sakit?" tanya Akbar khwatir.
Shazia kembali menggeleng. Kediamannya membuat Akbar mulai berpikir buruk, ia begitu takut hal yang pernah istrinya ucapkan akan ia ucapkan lagi.
Flashback on.
Tubuh kaku itu merespon. Untuk pertama kalinya, mata Akbar melihat dengan jelas apa yang terjadi.
Tubuh kaku milik istrinya memberikan respon. Walau sebatas respon kecil, namun baginya itu lebih dari kebahagiaan.
"MasyaaAllah, Alhamdulillahirabbil'alamin, Pak. Tubuh Ibu Shazi mau memberikan respon. Kita tinggal bersabar untuk menunggu beliau sadar," ujar dokter yang selama ini menangani Shazia. Seorang dokter muda asal Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAME
Spiritualبِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (Revisi setelah selesai) Hidup adalah pilihan. Pilihan di mana semuanya membutuhkan keputusan terbaik agar dapat menjadi sebuah jawaban. Saat harus memilih menjadi orang bersyukur ataupun kufur, sabar atau marah...