34.) Kabar Duka (2)

8.9K 497 80
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Cukup bahagiakan aku dengan menekan bintang di pojok kiri bagian bawah. Karena itu adalah sebuah penghargaan untukku.

Selamat membaca.  :)

***

Semuanya hilang ditelan kepahitan. Semuanya musnah karena kesakitan. Semua hancur karena kepedihan.

Tubuh gagah yang biasa merengkuh kini direngkuh. Tubuh gagah yang biasanya melindungi kini harus dilindungi. Tubuh gagah yang harusnya menjadi pembela kini harus dibela.

Akbar menunduk kala mendengar Ibunya berbicara. Satu persatu kata yang keluar bak pedang yang menghunus hingga dadanya. Bergelak pelan hingga begitu terasa menyakitkan.

"Dia berjuang sendirian, Akbar. Dan kamu tahu, dia berjuang untukmu. Untuk mimpi-mimpimu," teriak Ibunya lantang.

Untuk kali pertama, selama ini mengenal Ibunya. Dirinya mendengar wanita itu berteriak murka.

"Dia mencoba untuk meraih mimpimu dengan menggadaikan mimpinya, Akbar," ujar Ibunya kini dengan suara yang telah memelan.

Tanpa kata lagi, wanita itu memberikan sebuah buku kecil ke pangkuang putranya. Lalu, segera membawa dirinya bersama sebuah kursi roda untuk pergi menjauhi putranya.

Kedua tangan Akbar bergetar. Dirinya tak tahu buku apa yang tengah dipegangnya. Hanya saja, dari tebalnya itu seperti sebuah buku diary.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mas.

Aku harap buku ini akan sampai padamu di waktu yang tepat.

Aku istrimu ingin meminta maaf sebesar-besarnya. Karena dengan lancang, aku telah mengambil keputusan tanpa seizinmu. Maafkan juga karena aku telah menyimpan sebuah rahasia besar selama ini, aku berharap Mas rido dengan yang selama ini aku lakukan, hingga kelak jika aku berjumpa dengan Allah Dia pun akan rido padaku.

Akbar menyeka air mata yang berlomba-lomba membasahi buku yang dipegangnya.

Terima kasih banyak untuk waktu yang sudah Mas berikan padaku selamana ini. Terima kasih karena telah menjadikan aku sebagai salah satu bidadari duniamu. Terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk mengecap manisnya cinta dan ketulusanmu.

Tidak perlu menyesal, Mas.

Apa yang terjadi hari ini memang sudah ditakdirkan dan harus terjadi. Maka berbanggalah karena kamu menjadi salah satu orang yang bisa menyaksikan itu. Tidak seperti aku. 

Namun, apapun itu. Aku ingin meminta sesuatu padamu.

Jaga dan lindungi dengan baik putra dan juga putri kita. Didiklah mereka agar kelak doanya akan tetap bisa mengalir saat kelak tubuh kita telah menyatu dengan tanah.

Sayangi mereka seperti kamu menyayangiku, aku menitipkan mereka padamu. Aku tahu kamu mampu mendidik serta memberikan mereka kasih sayang yang begitu besar.

Mungkin tugasku sudah selesai. Karena itu pula Allah membuatkan jalan yang berbeda untukku.

Sebuah kebanggaan untukku kala bisa menjadi ibu dari putra dan putrimu. Merasakan bahagia kala mengetahui keberadaan mereka di rahimku. Ikut terbangun karena tendangan mereka di tengah malam, dan merasakan mual setiap pagi saat pertumbuhan mereka. Itu sudah cukup untuk menjadi hadiah yang begitu indah.

Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang