Extra Part (1)

8.8K 447 13
                                    

Cukup bahagian aku dengan menekan sebuah bintang kecil di pojok kiri bagian bawah. Karena bagitu itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa.

Selamat membaca. ^_^

***

Pagi hari ini Shazia hanya bisa membisu. Ditatapnya benda itu dengan tatapan takut bercampur terkejut.

"Apa yang harus aku lakukan?" lirihnya.

Tak berselang lama, seorang anak laki-laki berbadan gempal menghampirinya. Dengan badan yang sudah harum dan segar, ia berjalan menuju Ibunya.

"Umi," panggilnya pelan.

Shazia yang tersadar akan panggilan putranya segera menunduk. Ia menatap bocah laki-laki yang berusia empat tahun itu dengan senyuman.

"Ada apa, Sayang?" tanya Shazia pada Hasan, putranya.

"Mau cucu," ujarnya pelan.

Shazia mengerti. Putranya ini memang sangat suka makan dan minum susu. Hingga bukanlah hal yang aneh, jika tubuhnya semakin gempal.

"Sebentar ya, Sayang," jawab Shazia sembari menuntun putranya itu menuju dapur.

Shazia mengambil napas sejenak. Kemudian mengembuskannya pelan. Ia memasukan benda itu pada saku gamisnya dan segera membuatkan putranya susu.

"Ini sayang," ucap Shazia sembari memberikan sebotol besar susu cokelat.

"Maacih," jawab putranya dengan suara yang menggemaskan.

Shazia membawa putranya itu ke pangkuannya. Langsung saja, Hasan kecil menyandarkan kepalanya di dada sang Ibu. Tempat ternyaman yang Hasan miliki.

Hanya butuh waktu lima menit, sebotol susu itu tandas tak tersisa. Jangan menyangka Hasan akan tidur setelah meminum susu. Anehnya, bocah laki-laki itu sering tertidur tanpa susu seperti anak-anak pada umumnya.

"Habis," ujarnya sembari menunjukkan botoh susunya yang telah kosong.

"Alhamdulillahirabbil'alamin, nah sekarang Hasan main dulu ya. Umi mau masak," jawab Shazia sembari mendudukkan putranya di sebuah karpet bulu.

Hasan hanya mengangguk. Tanpa harus diperintah lagi, bocah kecil itu segera mengambil mobil kesayangannya dan mulai meracau.

"Sayang," panggil Akbar kala mendapati istrinya tengah memasak.

"Ada apa, Mas?" tanya Shazia sembari menoleh.

"Kita sarapan di luar saja," ujar Akbar.

Dahi Shazia berkerut halus. Tak biasanya suaminya mengajaknya makan ke luar.

"Sudah lama kita tidak jalan-jalan. Karena hari ini tidak ada jadwal apa-apa, lebih baik kita jalan-jalan. Hitung-hitung liburan keluarga," jelas Akbar.

Akhirnya Shazia kembali memasukkan sayuran dan daging yang hendak ia masak ke dalam kulkas.

"Kalau begitu, aku akan bersiap dulu, Mas," ucap Shazia.

Ajari Aku Memohon - TERBIT DI DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang