Ten

6.3K 333 12
                                    

Kedua mata itu tampak terpejam dan terbuka secara bergantian, seolah empunya tengah menikmati sesuatu yang sedang ia rasakan, hingga akhirnya sensasi hangat nan nikmat itu berhasil ia lepaskan.

Napasnya terengah, ia merasa sedikit lega tetapi, belum puas. Ia tersenyum, memandangi foto sang kekasih yang ia jadikan bahan fantasi seksnya tadi. Hanya ini yang dapat ia lakukan, ia tak cukup berani merenggut keperawanan wanitanya hanya demi nafsu yang bisa saja mengorbankan hubungan baik mereka.

Biar saja ia lampiaskan hasratnya dengan cara ini, setidaknya ia tak sampai menyewa seorang pelacur dan mengecewakan kekasihnya.

"I miss you, Anna."

Ingin sekali ia segera menikahi wanita itu. Namun, dari pihak keluarganya masih belum bisa memberikan persetujuan sebab di mata mereka karir adalah nomor satu. Ia ingin putra mereka satu-satunya tetap fokus pada karir terlebih dahulu, itulah yang membuat pria kelahiran Amerika tersebut masih enggan melamar kekasihnya.

"I hope you still want to be patient waiting for me, Anna."

Ia memeriksa pesan yang tadi sempat ia kirimkan kepada kekasihnya setibanya dia di LA, pesan tersebut terlihat sudah dibuka, hanya saja tak dibalas.

Tak biasanya wanita itu seperti ini, sesimple apapun pesan yang ia kirimkan, pasti akan selalu dijawab walau hanya sekedar emoticon.

"Sepertinya dia sangat sibuk," ucapnya.

Ia beranjak dari posisi duduknya, memakai celana lalu beranjak untuk segera mandi air hangat kemudian tidur, mengingat besok pagi ia sudah mulai bekerja.

--

Sepertinya pria itu lebih pantas disebut sebagai orang gila, lihat saja caranya tersenyum di pagi ini hanya karena memandangi wajah polos seorang dokter yang bermalam di kamarnya.

Itu adalah sebuah pemandangan baru yang kini Sean sukai. Anna sangat cantik, dan Sean teramat kagum dengan paras cantik itu. Masih banyak sebenarnya yang belum Sean ketahui tentang Anna. Namun, tak masalah. Ia akan mengetahuinya sembari ia mendekati wanita polos ini.

"Anna?" panggil Sean dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Di luar dugaan, pada umumnya seseorang akan dua hingga tiga kali untuk dibangunkan secara ulang, berbeda dengan Anna yang hanya sekali panggil wanita itu sudah bangun membuka kedua mata indahnya.

Entah dia memang seperti itu, atau mungkin ia tidur tak terlalu nyenyak hingga mudah bangun.

"Apa kau akan terus tidur dan melupakan tugasmu, hm?'

Mendengar suara itu, kesadaran Anna seketika langsung penuh. Ia bangun dengan sigap dari posisi berbaringnya, menatap Sean dengan tatapan terkejut.

Ia baru ingat jika dirinya bermalam di mansion pria menyebalkan itu.

"Oh God, ini jam berapa, Sean?" tanya Anna panik.

Tanpa memberikan jawaban secara langsung, Sean justru menolehkan arah pandangnya ke jam dinding yang membuat Anna mengikuti arah pandang tersebut.

Matanya membulat sempurna. "Astaga aku terlambat!"

Dengan gerakan gesit, Anna langsung bangkit dari ranjang, merapikan pakaiannya, menguncir rambutnya secara asal dan berakhir memakai sandal bulunya.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang