Fourty three

3.9K 105 15
                                    

Washington

Wanita itu terlihat meremas jari-jemarinya yang terasa basah akibat keringat. Jantungnya berdebar kencang berada di antara pria yang begitu tampak menakutkan. Berkali-kali ia menelan salivanya dengan susah payah, bagaimanapun ia tetap memiliki jiwa seorang wanita, setomboy apapun dia, dia akan tetap merasa takut pada pria berbadan kekar dengan membawa senjata.

Mungkin jika dirinya memiliki senjata ia sedikit tak masalah. Namun, masalahnya ia menggunakan tangan kosong, tak membawa apapun.

"Setelah lari dari tanggungjawab, kau berani kembali?" Tatapan Ethan tampak mengintimidasi Anna, membuat nyali wanita itu semakin menciut.

Namun, mengingat tujuannya kemari, rasa berani itu perlahan kembali sedikit demi sedikit. Ia mengangkat pandangannya, membalas tatapan Ethan sesantai mungkin.

"Saya tidak pernah lari dari tanggungjawab, karna bukan saya yang membunuh Chris!"

"Tapi kamu adalah alasan Sean membunuh Chris, kakaknya sendiri!"

"Apa anda pikir saya mau semua itu terjadi? Sama sekali tidak! Saya juga tidak tau jika selama ini Chris memendam perasaan terhadap saya. Dengar, om. Ini berawal bukan karna saya ataupun Sean, tapi Chris lah yang memulai. Sean pantas marah karna wanita yang dia cintai dinodai oleh kakaknya sendiri, dan saya berhak lari karna anda dan anak buah anda berniat membunuh saya, apa anda pikir saya tidak tau niat jahat om?"

Ethan terdiam, berpikir dari mana Anna tahu akan rencana tersebut.

"Om, apa anda tidak berpikir panjang sebelum melakukan hal itu terhadap saya? Entah anak siapa yang saya kandung, tapi siapapun ayah dari anak ini, tetap anak ini akan menjadi cucu om kelak. Ke mana jiwa orang tua di dalam diri om? Jika anda memiliki seorang istri yang tengah hamil, dan istri beserta calon anak anda ingin dibunuh oleh seorang, apa anda akan tega?" Ethan seketika bungkam.

"Saya tau pikiran om sebenarnya lebih terbuka daripada pikiran saya, jadi saya teramat yakin om bisa membedakan mana yang seharusnya anda pikirkan, dan mana yang tidak. Untuk saat ini tidak seharusnya om memikirkan dendam, karna Chris meninggal di tangan anak om sendiri, apa om juga akan membunuh Sean setelah membunuh saya untuk menuntaskan rasa dendam itu?"

"Sean sudah pergi selama sebulan, ayah saya berserta anak buahnya sudah berusaha mencarinya tapi tak mendapatkan hasil apapun. Ini saatnya kita berjuang bersama om, semarah-marahnya anda, saya yakin anda pasti mengkhawatirkan keadaan Sean, bukan?"

"Saya ingin kita bersama-sama mencari Sean, di mana pun dia berada. Kasihan istri anda yang harus kehilangan dua putra kesayangannya, apa om akan tega melihat istri anda sendiri yang terus bersedih seperti ini? Anda kepala keluarga, sudah seharusnya anda memikirkan kebahagiaan orang-orang yang anda sayangi."

"Om saya--"

"Apa mau mu?!" Ethan terlihat sudah sedikit muak oleh penjelasan Anna yang semakin menyudutkannya.

"Saya ingin meminta bantuan om untuk mencari keberadaan Sean. Saya sangat mencintainya, saya akan berusaha sebisa saya untuk menemukan dia, om. Saya benar-benar butuh bantuan om."

Ethan diam sejenak, ia maju beberapa langkah hingga melewati posisi Anna berdiri sekarang. Ia tampak berhadapan dengan seorang pria yang merupakan orang kepercayaan ayahnya, Axel.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang