Fourty two

4.1K 93 0
                                    

Tepat saat kepulangannya, ia sudah disambut hangat oleh paman dan bibinya di meja makan, di sana telah disediakan berbagai makanan untuk makan malam mereka. Anna terkekeh, sudah lama sekali dirinya tak merasakan kehangatan di tengah keluarga seperti ini.

Tak heran jika paman dan bibinya begitu menyayanginya, sebab keduanya memang tidak bisa memiliki anak. Alhasil Anna sekarang mereka anggap sebagai anak sendiri, Anna yang telah lama tak mendapatkan perhatian dari seorang ibu pun merasa bahagia.

"Kalian membuat makanan sebanyak ini?" tanya Anna di sela tawanya.

"Kami pikir kau akan sangat lapar karna pulang terlalu petang, jadi bibi membuatkan banyak makanan kesukaanmu, kau senang?"

Anna tersenyum. "Tentu saja, bibi. Jadi, apa kita bisa makan sekarang?"

"Tentu, Anna. Mari duduk di dekat paman."

"Ah tidak-tidak, lebih baik kau makan di dekat bibi saja!"

"Hey ayolah Paula, aku ini pamannya."

"Tapi aku juga bibinya!"

Anna menggelengkan kepalanya pelan merasa begitu heran dengan tingkah paman bibinya yang sangat lucu. Hanya masalah duduk saja mereka sampai berebut.

"Sudahlah, paman, bibi. Aku akan duduk di sini saja supaya adil." Anna mengambil kursi di bagian tengah, duduk di antara paman dan bibinya.

"Ya itu sepertinya keputusan yang bagus," kekeh Paula.

Mereka lantas menikmati beberapa hidangan yang sudah dibuat oleh Paula beserta beberapa asisten rumah tangga di sini. Anna tampak sangat menikmatinya, selama ini ia hanya makan makanan sehat, mungkin kali ini dia akan sesekali makan makanan berat dan tinggi kalori.

"Eum, Paman Chan?"

"Ehem?"

"Di rumah sakit heboh membahas kembalinya Dokter Nicholas, memangnya sepenting apa dia?"

"Dia cukup pintar dan cerdas, Anna. Lagipula dia selalu memberikan warna di rumah sakit paman, baik perawat, dokter, maupun pasien, sangat senang dengannya."

"Oh ya?"

"Yeah."

Anna mengangguk paham lalu melanjutkan makannya. "Bagaimana dengan kondisimu? Kau merasa sehat?" tanya Paula.

"Ya, bibi. Bahkan aku merasa sangat sehat."

"Dengar, Anna. Jangan terlalu stress, jika kau menyayangi anak itu, kau seharusnya sudah tau apa yang tidak boleh kau lakukan."

Anna tersenyum tulus. "Iya, bibi. Aku mengerti."

"Bagaimana dengan perkembangan pencarian Sean? Apa sudah ada tanda-tanda berhasil?" tanya Chan.

Mendengar itu, Anna tersenyum masam, ia mendadak bersedih. "Tidak ada, jika selama dua bulan orang suruhan ayah tidak menemukan di mana Sean, pencarian akan dihentikan."

Chan dan Paula saling berpandangan, mereka sangat tahu jika Anna tak mau pencarian itu dihentikan begitu saja walau sampai sekarang usaha itu belum ada hasil.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang