Fourty four

3.1K 109 7
                                    

Berlin

Mobil Ferarri itu berhenti dengan pengereman yang kasar di depan sebuah club. Dengan penampilan santainya, bahkan kemeja nya terlihat sengaja tak di kancingkan itu tampak memamerkan otot-otot yang terbentuk secara indah beserta sebuah tato di bagian dada bertuliskan 'Wilson' berukuran sedang.

Tak hanya di bagian dada saja, ia juga memiliki tato berbentuk sayap di bagian bawah tengkuk leher belakangnya yang berukuran kecil.

Ia berjalan dengan penuh karisma, penampilannya benar-benar sudah berubah. Dia yang dikenal di negaranya sebagai seorang pria yang dingin dan selalu berpakaian rapi nan formal, kini semuanya berubah.

Dia seolah menjadi pria brengsek seutuhnya. Tak lagi bekerja, ia kini hanya menikmati hidupnya dengan bersenang-senang menggunakan uang hasil kerja kerasnya selama di negara asalnya. Pagi hingga malam ia hanya menghabiskan waktunya dengan menghamburkan uang untuk hal yang tak penting.

Kebiasaan yang dulunya tak ingin ia lakukan, sekarang ia melakukan semuanya, seolah dia tak memberikan batas pada dirinya. Mulai dari mabuk, pergi ke club setiap malam, dan memuaskan dirinya dengan para pelacur.

Ia sudah menganggap dirinya rusak, itulah mengapa ia melakukan semuanya tak tanggung-tanggung.

Malam ini, ia kembali ke club yang sama, bahkan para petugas bartender sampai hafal wajah pria itu.

"Hai, bung! Akhirnya kau datang juga," sapa seorang pria yang selama sebulan ini menjadi temannya di sini.

Pria itu membalas 'tos' dari seseorang yang menyapanya tadi.

"Duduklah, aku sudah memesankan alkohol untukmu, kau siap untuk mabuk, bukan?"

Pria itu terkekeh lalu meraih satu gelas alkohol tersebut kemudian meminumnya. "Kau sangat tau apa yang ku inginkan, Pras."

"Tentu saja, teman. Bagaimana? Kau ingin wanita yang seperti apa malam ini? Akan segera ku pesankan untukmu."

Pria tersebut diam sejenak, masih dengan menikmati alkoholnya sembari membayangkan wanita seperti apa yang akan memberikan kenikmatan pada dirinya malam ini. Namun, sekelebat ingatan akan sosok seseorang membuatnya berhenti minum, ia meletakkan gelas itu lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Sepertinya aku tidak bernafsu malam ini."

Pria yang disapa dengan nama Pras itu mengerutkan dahinya sebelum ia berdecak kesal.

"Come on, Sean. What is it?"

Ya, pria itu adalah Sean.

"Aku hanya tidak bersemangat malam ini, ku rasa aku sedang tidak enak badan."

Pras terkekeh. "Kau ingin berbohong? Baru saja dirimu datang dengan penuh semangat, dan sekarang kau mengatakan sebaliknya? Ada apa, Sean? Kau ada masalah?"

Sean menggeleng. "Tidak ada."

"Kalau begitu nik--"

"Boleh aku bergabung?"

Perhatian Sean dan Pras tertuju pada wanita berpakaian sexy yang berdiri di hadapan mereka. Tanpa menunggu persetujuan dari keduanya, wanita itu duduk tepat di pangkuan Sean, menunjukkan ekspresi centilnya untuk merayu pria itu.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang