Twenty one

4.4K 169 13
                                    

Anna keluar dari mansion itu dengan raut wajah tertekuk, ia merasa Sean tidak menghargai usahanya untuk kemari. Ia jadi berpikir untuk apa dirinya sampai seperti ini hanya demi Sean? Anna pun tidak habis pikir. Sesaat Anna baru saja ingin membuka pintu utama tersebut, ia tersentak kaget hingga mundur beberapa langkah sebab pintunya sudah lebih dulu di buka oleh seseorang dari luar.

"Anna?"

"Chris?"

Keduanya diam sebentar, hingga Chris berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

"Kau mau ke mana? Apa sudah bertemu Sean?"

Anna mengangkat bahunya acuh. "Sepertinya dia tidak nyaman aku berada di sini, lebih baik aku pergi."

"Tunggu dulu." Chris mencekal lengan Anna yang membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk beranjak. Hal itu pun berhasil dilihat oleh Sean yang tadinya ingin memastikan Anna benar-benar pulang atau tidak.

"Apa dia marah padamu?" tanya Chris.

"Ku rasa begitu."

"Marahnya hanya sementara, kau tetap bisa membujuknya, Anna."

Anna terkekeh. "Untuk apa? Chris, aku bukan kekasihnya, aku tak memiliki hak untuk membujuknya agar tidak marah padaku. Lagipula aku kemari hanya untuk meminta maaf dan aku sudah melakukannya. Masalah dia mau memaafkan atau tidak, aku tidak perduli."

Anna memandang lengannya yang masih dicekal oleh Chris, sementara Chris yang tahu akan arti tatapan itu pun lantas melepaskan cekalannya.

"Aku pergi, hari ini aku harus kembali bertugas di rumah sakit."

Tanpa mengatakan apapun hanya dengan anggukan kecil, Chris membiarkan Anna pergi, ia dapat melihat kekesalan di wajah wanita itu. Ketika ia ingin naik ke atas menemui Sean, ia justru tak sengaja melihat orang yang ia cari tengah berdiri di tangga dengan wajah datarnya.

"Kau mengikutinya?" celetuk Sean.

"Tentu saja tidak, untuk apa? Aku ke mansion untuk mengambil berkas penting yang tidak sengaja ku tinggalkan, lagipula aku yang memintanya ke mari, dia datang ke hotel mencari mu, kau tau itu?"

"Lalu apa gunanya Haris? Kau bisa memintanya untuk mengambil berkas itu ke mari."

"Dia sedang aku tugaskan di pekerjaan lain. Oh ayolah, Sean. Kau ini kenapa? Apa kau cemburu padaku lagi karna diriku berbincang dengannya?" Sean memalingkan wajahnya.

"Aku hanya mencintai Laura, kau harus ingat itu. Sekarang biar aku bertanya, kenapa kau membiarkannya pergi? Bukankah kemarin kau sangat ingin dia menemui mu?"

Sean masih diam, suasana hatinya entah kenapa semakin buruk, ditambah mendengar perkataan Anna yang tidak mau membujuknya sedikitpun bahkan tak perduli pada dirinya, membuat Sean kesal tidak jelas seperti ini.

"Anna datang kemari dengan niat yang baik, setidaknya hargai dia. Ku beri tau sesuatu, wanita itu akan sangat senang dihargai, tentang hal apapun, mereka sangat suka itu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Chris menghela napasnya pelan lalu beranjak ke ruang kerjanya mengambil sesuatu yang menjadi alasan dirinya ada di sana.

"Belajarlah soal wanita kepadaku, bung! Aku memiliki banyak ilmu untukmu."

--

"Dokter Anna?"

"Oh God, aku sangat mengkhawatirkan keadaan anda."

"Anda ke mana saja? Bahkan tak ada yang tau ke mana anda pergi selama seminggu ini."

"Anda memiliki masalah? Aku sangat siap jika anda ingin bercerita tentang semuanya."

"Dok--"

"Ku mohon berhentilah berbicara, Dokter Kevin!"

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang