Thirty four

3.2K 115 3
                                    

"Senang bisa mengenalmu, Anna."

"Senang bisa mengenalmu juga, Laura."

Mereka berpelukan, hari ini adalah hari yang baik untuk Laura karena menemukan sosok teman sebaik Anna. Namun, sekarang keduanya harus berpisah sebab dirinya sudah dijemput oleh Chris, tak hanya Chris, di sana pula ada Sean yang ikut ke apartemen Anna.

"Aku pulang, Anna. Besok dan seterusnya kita akan lebih sering bertemu."

"Tentu saja, jaga dirimu baik-baik, dan Chris ...." Anna mengalihkan perhatiannya pada pria itu.

"Ku harap kau menjaga Laura dengan baik," lanjutnya.

"Aku mencintainya, sudah pasti aku akan menjaganya."

"Baiklah, kami berdua pamit." Chris beserta Laura lantas bergegas pergi, meninggalkan Sean yang memang sengaja tertinggal di sana, membuat Anna mengerutkan dahinya bingung.

"Kau tak ikut pulang?" tanya Anna.

Sean bersandar pada dinding, tampak menyeringai tipis seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tentu saja tidak."

"Kenapa begitu?"

"Oh ayolah, Anna. Aku sangat merindukanmu, bagaimana bisa aku pulang?"

Anna tertawa, ia menendang pelan kaki Sean yang membuat pria itu ikut tertawa. "Kau pandai sekali berkata-kata, Sean. Bahkan kita menghabiskan beberapa hari bersama, dan kita baru berpisah tadi siang, lalu sekarang kau rindu padaku? Aneh sekali," kekeh Anna.

Sean mengangkat bahunya sebagai tanda tidak tahu. "Bersiaplah, Anna!"

"Memangnya mau ke mana?"

"Bukankah waktu itu kau mengatakan ingin bertemu dengan ibuku? Aku akan mengajakmu makan malam bersama di sana."

"What?!" Anna membulatkan matanya, ia tak mengira Sean akan mempertemukannya dengan kedua orang tuanya secepat ini. Anna tidak sepenuhnya siap, ditambah ayahnya dengan ayah Sean tidak memiliki hubungan yang baik, Anna takut dirinya tak akan diterima di sana.

Seakan mengerti apa yang sedang dipikirkan, Sean meraih tangan Anna dan mengusapnya pelan.

"Orang tuaku tidak sejahat itu, tenanglah."

"Sean, tapi--"

"Jika kau takut pada ayahku, masih ada ibuku, walau dulunya ia terlihat sangat galak sepertimu, tapi sebenarnya dia wanita yang baik, percayalah."

Anna menghela napasnya pelan lalu mengangguk. Mereka pun masuk ke dalam kamar Anna, Sean duduk di sofa untuk menunggu Anna bersiap karena waktu sudah menunjukkan hampir petang, ditambah perjalanannya menuju rumah orang tuanya terbilang cukup jauh.

"Ah ya aku melupakan sesuatu," lontar Sean yang membuat Anna mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar mandi.

"Apa?"

"Berdandan lah dengan anggun dan manis, jangan seperti malam itu, okey?"

Mengingat momen makan malamnya bersama Sean dan ia hanya mengenakan penampilan ala kadarnya, Anna terkekeh, waktu itu dirinya memang sengaja melakukan hal tersebut untuk mengerjai Sean.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang