Twelve

6.5K 310 2
                                    

Airlines of Tasmania

Para pramugari mulai bersiap, sebentar lagi mereka akan melakukan penerbangan ke Sydney. Lelah rasanya harus bolak-balik ke berbagai negara hanya untuk lembaran uang. Begitulah hidup, tak berusaha ya tak memiliki uang.

"Captain, all preparations are complete."

"All right, I'll be right in."

"Wait, Mr. Woodley!"

Pria itu mengurungkan niatnya, menoleh ke belakang ke arah dua orang berpakaian formal serba hitam yang memakai kaca mata dengan warna senada.

"Ya, Sir?"

"Anda yang bernama Kenneth Woodley?"

"Ya, anda mengenal saya?"

Pria tak dikenal tersebut mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Kenneth.

"Lucas, asisten Tuan Hernandez Sean Wilson, dari Washington."

Dahi Kenneth tampak berkerut, ia seperti pernah mendengar nama tersebut tetapi, ia lupa di mana dan kapan. Namun, yang pasti ia tak mengenal dua orang di hadapannya sekarang ini.

"Maaf, Tuan. Saya tidak mengenalnya," ucap Kenneth.

"Tapi Tuan Sean mengenal anda!"

Kenneth membuang muka, ia melirik jam tangannya, waktunya tinggal sebentar lagi, dirinya harus segera masuk ke dalam pesawat.

"Saya sedang buru-buru, sepertinya kita akan berbincang lain waktu!"

"Anda tidak akan pergi sebelum anda bertemu dengannya, Mr. Woodley!"

"Saya rasa itu bukan masalah penting, lagipula saya tidak mengenalnya, berhenti membuang-buang waktu saya dan silahkan pergi!" Setelah menegaskan kalimat penolakan tersebut, Kenneth langsung beranjak ke dalam pesawat, meninggalkan Lucas yang tampak menyeringai tipis.

"Pilot itu sangat sombong!"

Di lain tempat, tepatnya di Washington, Sean tengah menangani beberapa pekerjaan perusahaan di atas ranjang tempat tidur. Ya, dirinya sedang ingin membuat drama pura-pura sakit sebab sebentar lagi Anna akan ke mansion nya.

Namun, sebelum Anna datang, Sean menyempatkan diri untuk menghubungi Lucas yang saat ini berada di Australia menemui Kenneth. Sean berharap Lucas bisa membawa pilot itu bertemu dengannya, jika tidak, maka Sean sendiri yang akan menyeret pilot tersebut untuk berhadapan langsung.

"Halo, Lucas. Bagaimana?"

"Dia menolak karna penerbangannya sebentar lagi, ku rasa dia sangat sombong sampai tak menghiraukan apa yang ku katakan, Tuan."

"Sialan! Baiklah, cek jadwal penerbangan dia selanjutnya, aku sendiri yang akan menemuinya!"

"Baik, Tuan!"

Sean mematikan panggilan tersebut, ia cukup kesal karena tidak jadi bertemu dengan Kenneth, pilot sialan itu. Di tengah kekesalannya, ia mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan dengan cepat ke arah kamarnya. Sean menyeringai, ia yakin jika itu Anna.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang