Three

7.5K 383 9
                                    

Los Angeles

Tiga pria tampan itu terlihat memasuki sebuah mobil yang akan membawa mereka menuju suatu tempat sebagai tujuan utama. Dengan posisi Sean yang duduk samping Johnson di kursi belakang, sedangkan Lucas asisten Sean duduk di samping sang supir.

Mereka berdua yaitu Sean serta Lucas mengenakan jaz formal bewarna hitam sedangkan Johnson hanya memakai Hoodie santai bewarna abu tua.

"Aku tidak yakin akan hal ini, Sean. Bahkan aku masih tidak menyangka kau akan melibatkan ku dalam urusanmu," tutur Johnson.

"Kau yang mengenalkan ku pada wanita itu, jadi kau lah yang harus membantuku di sini," jawab Sean.

"Lalu, apa gunanya asisten mu itu ikut, huh?"

"Dia tentu mempunyai tugasnya sendiri, kau tak perlu banyak bertanya, sialan!"

Johnson menelan ludahnya kasar, ternyata Sean ini bahkan lebih menyeramkan dari Kakaknya, Chris. Ia lantas diam, menurut saja apa kata pria yang merupakan adik dari temannya itu.

"Aku sebenarnya tadi sudah bertemu dia," ucap Sean tiba-tiba.

"Siapa maksudmu? Anna?"

"Ya, dan kau tau apa yang dia lakukan padaku?" Johnson mengangkat bahunya pelan sebagai tanda tidak tahu.

"Sepupumu itu mencoba membunuhku, sialan! Bahkan disaat pertemuan pertama kami, dia sudah berbuat hal kurangajar seperti itu padaku."

Mendengar hal tersebut, Johnson mengerutkan dahinya bingung. "Tunggu, mengapa dia tiba-tiba ingin membunuhmu? Anna tidak mungkin berbuat hal seperti itu jika tak ada alasan, ditambah kalian belum saling kenal, bukan?"

"Ya, memang benar. Dia mungkin tidak sengaja melakukan itu. Karna dia mengatakan jika hanya bermaksud menolongku yang ingin bunuh diri."

"Apa, Tuan? Kau ingin bunuh diri?" timpal Lucas dengan nada heboh.

"Aku belum selesai bicara, bodoh. Mana mungkin orang terpandang seperti diriku ini melakukan hal sekonyol itu."

"Lalu?" tanya Johnson.

"Aku hanya ingin duduk di atas pagar itu, dan Anna tiba-tiba datang sambil berteriak hingga membuatku terkejut lalu jatuh. Untung saja aku masih berpegangan, kalau tidak mungkin aku sudah mati karna ulah bodohnya itu. Sungguh, aku tidak memaafkannya!"

"Heh apa yang kau katakan, Sean? Dia itu sepupuku, maafkan saja dia, toh dia tidak sengaja."

"Kau pikir aku perduli dia sepupumu atau bukan? Mungkin dia sudah meminta maaf, tapi aku belum tentu memaafkan dia."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Sean tak menjawab, ia hanya memberikan seringaian liciknya yang membuat Johnson merasa khawatir jika Sean berbuat sesuatu hal buruk pada sepupunya. Entahlah, melihat ekspresi Sean yang seperti ini, seketika rasa sesal dalam diri Johnson muncul, ia menyesal telah mengenalkan Anna pada Sean.

Namun, ia masih mempunyai Chris. Jika Sean berbuat hal buruk pada Anna, Johnson akan langsung meminta bantuan Chris dan mengatakan tentang ini semua.

"Kita sudah sampai, Tuan!" ucap sang supir.

Sean memandang gedung hotel yang terbilang cukup besar tersebut, ia lantas turun dari mobil yang disusul oleh Johnson dan Lucas. Sean memakai kaca mata hitamnya, menyembunyikan bola mata bewarna zamrud yang mirip seperti Ibunya.

"Johnson, kau masuk terlebih dahulu dan katakan jika aku ingin bertemu dengannya. Aku tidak mau membuang waktu menghadapi resepsionis yang pasti akan mencegahku masuk," ujar Sean.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang