Four

6.4K 333 5
                                    

Washington

Kala itu, Chris harus mengumpat sepanjang perjalanan pulang karena ia kembali tanpa adiknya, Sean. Pria itu hingga hari berikutnya belum kembali, entah apa yang dia lakukan, Chris tidak tahu sama sekali. Dan sekarang, ia harus mencari jawaban serta alasan tepat untuk menjelaskan semuanya pada sang Ayah.

"Dia selalu saja menyusahkan! Setidaknya beri aku alasan, bukan aku yang justru sibuk mencari alasan untuk menyelamatkannya," gerutu Chris.

Tak membutuhkan waktu lama, Chris tiba di perusahaannya, di mana di sana sudah ada Ethan yang menunggu.

Sial!

Ia bahkan belum mempunyai jawaban yang benar. Kalau sampai Ethan marah karena dirinya tak kembali bersama Sean, maka setelah Sean kembali, ia akan langsung menghabisi saudara kembarnya itu.

"Selamat siang, Tuan Chris. Tuan Ethan sudah berada di ruangan anda!" ucap sang resepsionis.

"Ya, aku sudah tau. Ah ya, di mana Lucas?" tanya Chris yang menyadari tak ada Lucas di sana, pasalnya pria itu harusnya menyambut kepulangannya.

"Kemarin Tuan Lucas mengatakan jika ada urusan mendadak soal orang tuanya, Tuan."

Chris mengerutkan dahinya bingung, jika Lucas pergi, mengapa tak meminta izin terlebih dulu padanya? Pikir Chris.

Chris mengangkat bahunya acuh, masalah ini akan ia pikirkan nanti. Sebab, ia memang sangat terburu-buru, jangan sampai Ayahnya semakin marah karena dia terlalu lama.

Setibanya di ruangan, ia telah melihat Ayahnya yang duduk santai seraya memfokuskan pandangannya ke layar laptop. Namun, setelah mengetahui kedatangannya ini, Ethan mematikan laptop tersebut.

"Akhirnya kau pulang juga, Chris! Sejak kapan kau berani lari dari tanggungjawab, hm? Bahkan kau pergi ke Las Vegas secara diam-diam, apa kau pikir Daddy tidak akan tau?"

"Maaf, Dad. Tapi Chris tidak bermaksud untuk lari dari tanggungjawab, aku hanya ingin mencari sedikit hiburan, otakku terlalu lelah bekerja. Aku yakin Daddy dapat memahami hal ini," jawab Chris.

Ethan menghela napasnya pelan, ia memandang ke arah belakang Chris lalu baru menyadari sesuatu.

Ya, Sean tak ada.

"Di mana Sean?"

Chris spontan menelan ludahnya dengan kasar, sekarang ia harus memasang wajah sesantai mungkin dan menjawab serta menjelaskan semua ini dengan baik.

"Sean ... eum ... Sean sudah pulang lebih dulu ke mansion, Daddy. Badannya sedang tidak enak, ku rasa angin Las Vegas membuatnya jatuh sakit," bohongnya.

Ethan memicingkan matanya curiga. "Kenapa dia malah ada di mansion? Jika dia sakit, harusnya dia berada di rumah sakit, bukan?"

"Eum ... y-ya, harusnya seperti itu tapi, Sean menolak. Dia tidak mau ke rumah sakit, makanya aku memintanya untuk kembali ke mansion saja."

"Baiklah, kalau begitu Daddy ingin bertemu dengannya, Daddy ingin memastikan bagaimana keadaannya."

Sialan!

Chris mengumpat dalam hatinya, Sean benar-benar membuat Chris dalam situasi yang membuatnya tidak nyaman. Sekarang Chris justru terjebak dengan jawabannya sendiri, apa yang harus ia lakukan?

"Kenapa kau diam saja, Chris? Ayo kita ke mansion kalian!" ujar Ethan yang terlihat memakai jaz hitamnya.

"Maaf, Dad. Hari ini aku ada pertemuan penting, dan aku tidak bisa meninggalkannya," alibi Chris.

Ethan terkekeh. "Apa kau mencoba membohongiku, hm? Jadwal yang Lucas buat kemarin untuk hari ini bahkan tak ada pertemuan penting dengan partner bisnis mana pun, Chris."

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang