Satu minggu berlalu setelah malam itu, malam yang terasa menyenangkan untuk Sean karena merasa sikap Anna sudah jauh lebih baik kepadanya. Namun, apa kalian tahu apa yang terjadi setelah malam itu?
Anna meninggalkan Washington.
Wanita itu pergi tanpa memberitahu Sean, lagipula untuk apa? Bukankah keduanya tak memiliki hubungan spesial? Namun, tetap saja hal tersebut membuat Sean marah dan uring-uringan selama satu minggu ini.
Ia sering lembur bahkan sangat jarang pulang ke mansion, membuat Chris hanya bisa membiarkan Sean tanpa memaksanya untuk pulang atau sekedar beristirahat dari pekerjaan. Entah sudah berapa kali Chris meminta Sean mencari Anna ke Las Vegas atau Los Angeles tetapi, Sean menolak.
Ia sudah terlanjur marah pada wanita itu karena sengaja memblokir nomor Sean dan pergi tanpa berpamitan. Sean mencoba tidak perduli, tetapi nyatanya ia tak bisa. Awalnya ia berpikir apa salahnya sampai Anna pergi dengan cara seperti ini. Hingga ia mengingat kejadian malam itu saat ia bercinta dengan Anna.
Apakah dia marah karena hal itu? Ck, Sean tidak yakin. Pasalnya setelah malam itu Anna justru tampak baik-baik saja, bahkan mereka sempat menghabiskan waktu bersama di sebuah pantai. Entahlah, memikirkan hal ini lagi-lagi membuat kepala Sean pusing.
Ia menutup laptopnya, menyandarkan punggungnya ke kursi dengan mata terpejam.
"Dia benar-benar wanita sialan!"
Sean membuka kembali matanya, tak bisakah wanita itu pergi sedetik saja dari pikirannya?
Ia mencoba menghubungi Johnson pun pria itu tak tahu di mana keberadaan Anna, dan Johnson juga mengatakan tak ingin lagi ikut campur dengan masalah mereka, ia tidak mau memperburuk hubungannya dengan Anna lagi, sudah cukup yang kemarin saja.
"Sean, bisa kau menemaniku?" Sean mengalihkan pandangannya ke pintu yang terbuka, terlihat Chris berdiri di sana entah sejak kapan, Sean tak menyadari kedatangannya.
"Ke mana?"
"Ke London."
"What?!"
Chris masuk, duduk di depan Sean dengan helaan napas yang terdengar sangat lelah.
"Aku berubah pikiran tentang Laura."
"Why?"
"Aku sangat mencintainya, Sean. Ku rasa aku tidak bisa kehilangannya."
"Lalu?"
"Aku akan menikahinya!"
Sean seketika menegakkan tubuhnya, seolah terkejut namun ekspresinya biasa-biasa saja. Satu hal yang membuatnya sedikit syok, ia sangat mengenal baik Chris, bagaimana bisa ada seorang wanita lugu seperti Laura yang akhirnya berhasil membuat Chris bertekuk lutut hingga berani memutuskan untuk menikah? Ck, Sean tak habis pikir.
"Aku tak banyak waktu, Sean. Aku sudah menghubungi Laura tentang ini dan dia mengatakan orang tuanya sudah sangat menungguku untuk ke sana."
"Kenapa mendadak sekali, bodoh?! Bahkan hari ini ada pertemuan penting."
"Serahkan saja pada Lucas dan Haris, mereka pasti bisa mengurusnya. Cepat berkemas dan kita akan segera pergi."
Sean melongo, hanya karena ditunggu orang tua Laura Chris sampai serabutan tidak jelas seperti ini? Sean memutar bola matanya malas lalu bergerak santai membiarkan Chris keluar ruangan lebih dulu.
Namun, pria itu kembali lagi dengan memunculkan kepalanya saja di ambang pintu."Jangan membuang waktu, sialan! Penerbangan kita sebentar lagi!"
--
Sean tampak memejamkan matanya menikmati alunan musik yang terdengar dari earphonenya. Lagu yang diputar sangat menggambarkan isi hati Sean sekarang. Sungguh, jika rindu bisa ia bunuh, ia akan membunuhnya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days
Romantizm📍Series ke 3 Mrs. Charlotte . Ketika seorang wanita mengenal dua orang pria yang akan mengubah seluruh kehidupannya. Hingga ketika salah satu dari mereka berhasil mengubah prinsip seorang Nona Miller, tanpa disadari, itulah awal dari sebuah keburuk...