Sixteen

5.3K 261 1
                                    

"Phone is useless!"

Benda pipih persegi panjang itu terlempar secara asal dan tampak menggenaskan. Sean mengusap wajahnya kasar, sudah berulang kali ia mencoba menghubungi Anna tetapi, tak ada jawaban sama sekali. Ia menatap layar laptopnya yang memperlihatkan laporan permasalahan di hotel, tentu saja ia mengabaikannya. Masalah terpentingnya saat ini adalah Anna.

Sedari apa yang telah terjadi malam itu, ia tak mendapatkan kabar apapun darinya. Sean dibuat kacau oleh perasaannya sendiri karena cintanya untuk Anna semakin kian menjadi.

Chris benar, semua dapat berubah ketika kita telah bercinta dengan wanita yang dicintai, dan Sean merasakan itu. Ia tampak merindukan Anna, tak ada kabar apapun darinya membuat Sean kalut.

"Sean, bagaimana dengan laporannya?" lontar Chris yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk atau sekedar meminta izin.

Namun, Chris berhenti sejenak di dekat pintu, melihat Sean yang terduduk dengan wajah kusut, ia lantas mengalihkan pandangannya ke arah ponsel Sean yang terlempar di lantai.

"Kau baik-baik saja?"

Sean berdiri. "Aku harus pergi, Chris."

"Ke mana?"

"Menemui Anna, dia--"

"Tidak, Sean. Hotel kita tengah dalam masalah, kau harus membantuku untuk itu," ujar Chris.

"Baiklah aku akan meminta Lucas membantumu, dia pasti bisa menangani ini!"

"Tidak, Sean. Aku hanya membutuhkan--"

"Maafkan aku, Chris. Aku harus segera pergi!" Tanpa menunggu jawaban apapun dari saudaranya, Sean langsung menyambar jas nya beserta kunci mobilnya, membuat Chris hanya mampu menghembuskan napasnya berat, lagi-lagi masalah ini ia sendiri yang menangani.

--

Tampak seorang pria berjalan dengan langkah terburu-buru memasuki gedung rumah sakit. Ia sudah siap melontarkan segala kalimat amarahnya untuk Anna saat dirinya telah bertemu dengan wanita itu. Bisa-bisanya Anna mengacuhkan dirinya? Ck, Sean tidak terima.

"Permisi, bisa aku bertanya?"

Resepsionis yang berjaga di lantai pertama tampak terkejut melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya.

"Maaf, apa kau bisa menjawabku?"

Merasa gugup dan salah tingkah, wanita itu tampak bergerak dengan gelisah merapikan penampilannya berharap akan dilirik oleh salah satu pria tampan di negaranya itu, walau dia sendiri tak tahu itu adalah Chris atau Sean.

"Ah y-ya, tentu saja, Sir. Ada yang bisa kubantu?"

"Aku ingin menemui Dokter Anna, kau bisa mengantarku di mana ruangannya?"

Wanita tersebut menghela napas kecewa, ternyata si tampan itu kemari hanya untuk mencari Anna. Ya, ia sangat mengakui Anna jauh lebih cantik dari dirinya tetapi, tetap saja ia merasa cemburu.

"Maaf, Sir. Dokter Anna hari ini tidak masuk."

Dahi Sean berkerut. "Tidak masuk? Kenapa?"

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang