Fourty one

3.3K 100 4
                                    

Milan

"Bibi ... bibi Paula!"

"Aku membutuhkan bantuan mu!"

Wanita itu menuruni tangga dengan langkah cepat sembari mengedarkan pandangannya di ruangan tamu dan dapur. Ia menggerutu karena wanita yang tengah ia cari entah berada di mana.

"Bibi!"

"Ada apa, Anna?"

Anna menoleh, melihat seorang pria seumuran dengan ayahnya yang baru saja kembali dari kebun belakang rumah. Terlihat ia sedang membawa sebuah bibit tanaman di tangan kanannya.

"Apa paman melihat bibi?"

"Dia sedang berada di kebun, ada apa?"

"Jas dokter ku kotor, aku lupa mencucinya, paman. Aku butuh jas bibi Paula. Bukankah hari ini bibi tidak akan ke rumah sakit?"

Pria itu terkekeh, ia sangat heran dengan sifat pelupa Anna yang masih ada sampai sekarang.

"Kau bisa mengambilnya di kamar, Anna. Bibi mu itu sangat sibuk," ucapnya.

"Ah ya baiklah, terimakasih, paman. Setelah ini aku akan segera pergi, ku rasa aku akan pulang lebih sore dari biasanya."

"Ya, aku mengerti. Hati-hati, okey?" Wanita itu mengangguk lantas kembali ke atas menuju kamar bibinya untuk mengambil jas. Setelah selesai, ia langsung bergegas ke rumah sakit menggunakan mobil barunya.

Wanita itu menyalakan musik di mobilnya, melaju santai sembari memandangi kota Milan di pagi hari. Sesekali ia melirik ke bagian tengah di dekat kaca, tampak sesuatu tergantung di sana, sudut bibirnya tertarik membentuk seulas senyum tipis, rasa rindu itu tiba-tiba kembali ia rasakan.

Anna mematikan AC nya kemudian membuka kaca jendela, membiarkan udara segar di kota ini masuk begitu saja ke dalam mobilnya, rasanya amat menenangkan, seakan Anna benar-benar terbuai dengan kenyamanan yang alam berikan.

Sudah sekitar empat minggu dirinya tinggal di Milan, tepatnya di rumah sang bibi dan pamannya yang merupakan saudara kandung dari ibunya. Sebenarnya, Anna ingin tinggal sendiri dengan cara membeli salah satu rumah atau mansion di kota ini tetapi, Robert melarang karena khawatir akan keadaan putrinya, terlebih Anna tengah mengandung.

Semua berjalan dengan baik di sini, Anna pun juga mulai berdamai dengan perasan dan masa lalunya. Walau entah sampai kapan ia akan seperti ini, Anna akan tetap menjalaninya, mengikut arus kehidupan yang entah akan membawanya sampai titik mana.

Walau ia menerima, bukan berarti ia diam saja. Ia tetap meminta bantuan pada ayahnya untuk mengerahkan beberapa orang khusus untuk mencari keberadaan Sean. Walau pria itu belum tentu ayah dari anak ini, ia tidak perduli, ia menginginkan Sean kembali karena dirinya sudah teramat mencintai pria itu.

Setelah perjalanan yang tak terlalu lama, Anna tiba di rumah sakit milik pamannya. Ya, ia di sini bekerja di rumah sakit, sesuai permintaan dari Robert sendiri agar Anna tetap bisa produktif dan melupakan sejenak masalahnya.

"Selamat pagi, Dokter Anna."

"Pagi, Dokter Lily."

Anna membalas sapaan beberapa dokter dan perawat yang sangat baik kepadanya sedari awal dirinya bekerja di sini. Ia pun bernapas lega sebab tak ada dokter seperti Kevin di tempat ini.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang