Twenty

4.8K 208 0
                                    

Seorang wanita turun dari mobil Ferarri nya, memandang sebuah mansion yang tampak besar dan mewah, ia menatap ke sekeliling, tampak sepi hanya ada satu orang penjaga di dekat pagar. Bahkan dari posisinya saat ini, ia dapat melihat jarak pagar dengan mansion tersebut terbilang cukup jauh, seolah di balik pembatas besar tersebut ada halaman yang begitu luas.

"Anna, Ayahmu menghubungiku, aku yakin dia akan menanyakan mu. Setidaknya bicaralah dengannya sebentar saja."

"Matikan saja ponselmu, Johnson. Aku hanya memintamu untuk menemaniku menemui Sean, jadi jangan bahas hal lain."

"Tapi dia Ayahmu, Anna."

"Dia tidak mengkhawatirkan ku, dia mengkhawatirkan rumah sakit yang sengaja aku tinggalkan!"

Mendengar itu, Johnson langsung diam kemudian mematikan ponselnya dengan terpaksa. Anna berjalan menghampiri penjaga yang terlihat menyeramkan tersebut, bermaksud untuk bertanya apakah Sean ada di mansion atau tidak.

"Permisi, Sir. Boleh aku bertanya?"

"Ya, anda siapa?"

"Anna--ah maksudku teman Sean, aku teman baiknya. Bisa aku bertemu dengannya sekarang?"

Penjaga itu tampak memicingkan matanya penuh curiga, merasa tak yakin dengan Anna. Pasalnya, Sean tak pernah berteman dekat dengan wanita manapun, bahkan kalaupun Anna mengaku adalah kekasih Sean, penjaga itu juga tak akan percaya.

"Tuan Sean tidak ada di rumah, lebih baik anda pergi dari sini."

"Maaf, Sir. Dia ini--"

Anna menyentuh lengan Johnson sebagai tanda pria itu tak perlu ikut berbicara. Anna lantas mengulas senyum ramahnya seraya mengangguk kecil.

"Baiklah, terimakasih."

Anna mengajak Johnson pergi dari tempat itu, ia sedikit kecewa karena tak bisa bertemu dengan Sean. Sedari kemarin ia mencoba menghubungi pria itu tetapi, tak ada satupun panggilannya yang terangkat. Ia berpikir jika Sean marah kepadanya karena pergi begitu saja tanpa meninggalkan alasan.

Dan sekarang, Anna bermaksud untuk meminta maaf pada pria itu. Namun, entahlah, seharusnya Anna tak perlu perduli akan hal ini, biarkan saja jika Sean marah, lagipula apa urusannya? Benar, bukan?

"Kita mau ke mana, Anna?" Johnson yang tengah menyetir, melirik sebentar ke arah Anna yang kini tampak melamun sembari memandangi jalanan dari jendela samping.

"Anna?"

"Ke apartemen, aku akan mengantarkan mu pulang saja."

"Memangnya kau mau ke mana?"

"Putar balik!"

"Tapi, Anna--"

"Ku katakan putar balik, Johnson!"

Pria itu menghela napasnya pelan lantas berputar balik menuju apartemen sesuai permintaan Anna. Ia mulai bosan berada di Washington, ia pikir di sini dirinya bisa bersenang-senang dengan Anna, Chris, dan juga Sean. Namun, rupanya ia hanya terlibat dalam masalah yang tak jelas.

Johnson menghela napas beratnya kembali.

Apakah ia kembali saja ke Las Vegas secara diam-diam tanpa memberitahu siapapun? Ya, mungkin saja itu ide yang bagus.

Sesampainya di apartemen, Johnson keluar dan Anna melangkah berpindah ke tempat duduk pengemudi setelah Johnson berpamitan untuk turun. Dengan cepat, ia melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Tujuannya satu ... menemukan Sean.

--

Anna menunduk untuk kedua kalinya, memandang kedua sepatu sneakers nya yang ia gesek-gesekkan ke lantai karena merasa bosan. Sudah hampir satu jam ia menunggu tetapi, tak ada juga yang menemuinya sedari tadi. Ia merasa ini bukan dirinya, ia tak pernah ingin mengemis maaf jika terus-menerus diabaikan seperti ini.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang