Esoknya Aya merasakan tubuhnya sedang dalam keadaan yang tidak begitu baik. Ia menyentuh pipinya yang memanas. Sepertinya ia demam.
"lo enggak apa – apa, ya? Muka lo pucet" tanya Dinda yang mulai khawatir menghampiri Aya didepannya yang tengah menopang wajahnya diatas tangannya yang melipat diatas meja kelasnya.
"kayanya masuk angin,dind"
"lo mau balik?"
Aya berusaha duduk, namun ia tidak menjawab pertanyaan Dinda
"ya, ada Yuta didepan" kata Gian yang menghampirinya
"mila mana, gi?"
"gue bilang ada yuta ya didepan"
Aya menghela nafas, "iyah, gue denger,gi"
"lo ada masalah?"
Aya menggeleng
"terus?" tanya Gian lagi
"enggak tahu. Kaya lagi enggak pengen ketemu aja"
"terus kenapa tadi pagi lo berangkat bareng dia?" tanya Dinda
Aya mengangkat bahunya pelan, "gue ke yuta dulu"
Dinda dan Gian saling bertukar tatapan sekilas dan menatap temannya yang berjalan lunglai itu.
***
"ta" sapa Aya begitu sampai dibelakang YutaYuta membalikkan tubuhnya, terlihat kekhawatiran diwajahnya itu begitu melihat wajah Aya yang semakin pucat ketimbang tadi pagi, ia membelai pipi Aya, "aku anterin pulang aja yah,ya"
Aya mengangguk lemah
Selama dimobil pun Aya dan Yuta tidak bicara sama sekali. Begitu sampai dirumah Aya pun Yuta hanya mengantarnya sampai pintu masuk lalu segera berpamitan pada bunda Aya karena masih ada jam kuliah yang harus ia hadiri.
****
Aya sengaja mematikan handphonenya, entah kenapa sejak pengakuan Yuta kemarin, ia merasa tidak nyaman berdekatan dengan Yuta. Ia tidak ingin mendapat pesan atau telepon dari Yuta. Bahkan dari teman – temannya sekalipun. Ia merasa ia butuh waktu sendiri sekarang.Sebelumnya ia mengira Yuta adalah laki – laki yang baik karena mau mengakui kesalahannya, namun begitu ia tahu semua kesalahan yang dimaksud Yuta, ia merasa Yuta adalah laki – laki yang jahat karena telah menyakitinya. Pengakuan Yuta selalu menggema dalam pikirannya, membuatnya sakit kepala. Ia benar – benar butuh istirahat.
Sudah lebih dari 6 jam Aya tertidur. Ia merasakan kompresan diatas dahinya, dan bisa memastikan bahwa bundanyalah yang telah merawatnya. Aya melirik jam wekernya yang kini menunjukkan pukul 9 malam. Ia menghela nafasnya.
Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, hendak mengambil air putih di dapur.
"kamu sudah bangun,ya?" tanya Ayu yang langsung menghampirinya dan menyentuh dahi Aya, "alhamdulillah, sudah turun panasnya"
"maaf ya bunda ngerepotin"
"hush, kamu ini. sama orang tua sendiri kok bilang kayak gitu"
Aya tersenyum kecil
"Yuta uda datang dua kali dari tadi sore, tapi kamunya tidur. Tadi teman – teman kamu juga kesini, tapi kamunya juga masih tidur. Pulas banget kamu ya tidurnya"
Aya lagi – lagi tersenyum kecil
Teet... teeettt.. teettt.. Tiba – tiba terdengar suara bel rumah.
"siapa ya malam – malam gini?" ujar Ayu sembari beranjak menuju pintu
Aya tidak begitu penasaran dengan sosok yang bertamu malam – malam begitu, ia lebih memilih mengambil buah anggur di kulkas dan memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET
Teen Fiction"ih, parah banget sih lo sama nama pacar sendiri lupa" Bukan salah Aya jika ia melupakan Yuta, terakhir kali mereka bertemu adalah 5 tahun lalu dan setelah dua minggu berpacaran, Yuta pindah sekolah tanpa ada kabar setelahnya. Setelah 5 tahun , ia...