"ya... ayaa... bangun nak, ada Yuta dateng... ayaa" Belaian - belaian lembut dirasakan aya menyentuh lengannya
Aya bergerak, matanya masih berat untuk terbuka, "apa, bund?" tanyanya serak
"ada yuta. Kamu nih tidur dari tadi sore. Solat magrib dilewat"
Aya melonjak, "YUTA?"
Aya melihat bundanya mengangguk
"dia ngapain kesini?"
" mana bunda tahu, tuh orangnya di depan, ganti baju dulu gih, baru ke depan" kata Ayu sembari berjalan keluar kamar Aya
Aya melirik jam dinding di kamarnya, pukul setengah 8 malam. Kenapa Yuta ada disini? Bukannya seharusnya Yuta sedang berpesta bersama Sella?
Aya menggeleng - gelengkan kepalanya lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mencuci muka. Aya memilih memakai piyamanya, ia tidak berdandan, atau sekedar pakai lip balm.
Jujur saja ia masih kesal dengan Yuta, jadi ia tidak akan mau berlama - lama mengobrol dengan Yuta.
Aya berjalan ke ruang tamu dimana Yuta sudah menunggunya. Alis Yuta langsung terangkat begitu melihat Aya sudah memakai piyama. Ia melirik jam tangannya, baru jam 8 dan apa mungkin Aya sudah mau tidur seawal itu?
"udah mau tidur, ya?" tanya Yuta begitu Aya duduk di salah satu sofa
"iya" jawab Aya singkat
"tumben awal banget"
"kenapa ke sini? Bukannya mau dateng ke pestanya sella?"
Yuta tersenyum, "udah tadi"
Mendengar jawaban Yuta yang sangat terdengar jujur itu membuat kekesalan Aya memuncak, "terus ngapain kesini? Pasti kan pestanya belum selesai kan?"
"aya ngusir yuta?"
Aya jadi merasa bersalah sendiri, bagaimanapun ia tidak bermaksud mengusir Yuta, tapi ia hanya tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, "bu-bukan gitu"
"jadi aya pengen yuta disini?"
Kenapa sih pertanyaan Yuta membuat Aya jadi linglung sendiri ?
"jadi gimana ya?"
"apanya?" desis Aya
"aya pengen yuta pulang apa disini?"
Tentu saja Aya jadi gusar memikirkan jawabannya sendiri, "yuta kalau tanya yang bener dikit dong. Jangan ngebingungin"
"loh? Kan tinggal jawab, iya atau enggak"
Aya menghela nafasnya, "kalau yuta masih mau disini yaudah enggak apa - apa, kalau mau balik ke pestanya sella yang banyak cewek cantiknya lagi juga enggak apa - apa"
Yuta tersenyum sungging, ia bisa menangkap kecemburuan dalam jawaban Aya, "kata siapa banyak cewek cantiknya?"
"kata gian" jawab Aya reflek
"gian?"
Aya menutup mulutnya, ah, pasti Yuta berpikir yang tidak - tidak sekarang, "ma-maksudnya.. k-kan secara seleb, ja-jadi pasti temen - temennya cantik - cantik"
"terus?"
"ya, terus.." Aya melirik Yuta sekilas, "bisa aja yuta ketemu cewek yang yuta suka disana"
Yuta ingin sekali tersenyum lebar, Aya benar - benar polos dan terlalu menggemaskan di matanya. Namun ia harus menahan senyumnya itu.
Terbesit di pikiran Yuta untuk sedikit mengerjai Aya, ia pun mengatur ekspresinya berpura - pura tersinggung dengan kata - kata Aya, "jadi menurut lo gue gampang berpaling gitu, ya?"
"eh?" Aya menatap Yuta bingung
"lo selama ini enggak pernah yakin sama perasaan gue ke lo?"
"bu-bukannya gitu"
"gue enggak segampang itu ya suka sama cewek" Yuta menghela nafasnya, "maaf gue udah gangguin lo malem - malem gini. Lo istirahat aja,ya. Gue balik"
Yuta pun beranjak dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Aya.
Aya menghela nafasnya berat. Ia menyesal telah berkata seperti tadi pada Yuta. Aya tidak mau Yuta marah dan salah paham padanya.
Aya pun berlari keluar mengejar Yuta yang telah hampir sampai mobilnya, "YUTA"
Kini Aya dan Yuta saling berhadapan.
"gue enggak bermaksud ngomong gitu. Tolong jangan salah paham" kata Aya
Yuta menggeleng, "enggak apa - apa, ya. Gue ngerti. Gue balik ya"
Aya menarik lengan baju Yuta, "yuta jangan marah"
Yuta melepaskan jemari Aya dari lengan bajunya, "setelah ini gue pengen lo kasih tau gue perasaan lo yang sebenarnya sama gue"
Aya hampir menangis, matanya siap menumpahkan air mata. Ia bahkan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Aya memang nyaman berada didekat Yuta, tapi apa ini benar - benar namanya rasa sayang dan cinta?
Yuta berjalan ke mobilnya. Aya menunduk melihat kepergian Yuta, air matanya terjatuh sempurna dikedua pipinya. Kenapa ia menangis? Ia pun tidak tahu.
Tak ada suara mesin mobil menyala setelah beberapa saat kemudian, hanya terdengar suara pintu mobil yang terbuka lalu tertutup lagi.
Aya masih menundukkan kepalanya, tak bergerak selangkah pun dari tempatnya.
"I love you, ya. Aku sayang sama kamu, dari dulu sampai sekarang"
Meskipun terdengar pelan, Aya sangat hafal suara itu. Itu adalah suara Yuta.
Aya mengangkat kepalanya, didepannya sudah ada Yuta dengan tangan kanan yang memegang sekotak muffin dengan topping berbentuk kepala panda dan sebuah boneka panda besar tangan kirinya.
Aya tersenyum lega melihat Yuta yang berdiri didepannya.
"aku enggak marah" Yuta tersenyum manis, "maaf ya buat kamu nangis"
Aya memukul dada Yuta pelan, "aku kira kamu marah"
Yuta menggeleng, "aku gemes liat kamu yang lagi cemburu"
Aya menatap Yuta ragu, "cemburu?"
"iya, kamu cemburu kan sama sella?"
Aya terdiam, ia memilih tidak menjawab pertanyaan Yuta.
"gue pergi ke pestanya sella tadi cuman nyamperin Gio, dompetnya ketinggalan dimobil gue"
Aya mengangguk
"jadi?"
Aya menatap Yuta
"I never thought that love could feel like this, I want you for always... days, years, all this time. Do you wanna be mine?"
Kini air mata itu menetes lagi, Aya tersentuh mendengar kata - kata itu. Aya mengangguk. Ya, itulah jawaban yang diberikan Aya pada Yuta.
Yuta tersenyum lebar mendengar perkataan Aya, "makasih ya,ya"
Aya mengangguk malu
"jadi kita resmi pacaran nih, ya?"
Aya tersenyum malu, lalu mengangguk
"kok enggak jawab?"
"ihhh, yuta" Aya memukul dada Yuta sekilas,
Yuta hanya tertawa melihat pacarnya itu yang wajahnya sudah memerah bak udang rebus sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET
Genç Kurgu"ih, parah banget sih lo sama nama pacar sendiri lupa" Bukan salah Aya jika ia melupakan Yuta, terakhir kali mereka bertemu adalah 5 tahun lalu dan setelah dua minggu berpacaran, Yuta pindah sekolah tanpa ada kabar setelahnya. Setelah 5 tahun , ia...