SALAH PAHAM

1.1K 103 2
                                    


Aya meminta Gian mengantarkannya pulang tanpa berkumpul lagi dengan Dinda dan Mila. Gian yang kebetulan tidak membawa mobilnya malah meminta Regan menjemputnya.

Aya tidak bisa berhenti menangis, meskipun ia berusaha menahannya. Ia sebenarnya malu harus menangis didepan Gian apalagi Regan.

"berhenti didepan dulu,re"

Regan pun mengerem mobilnya. Dan saat itu pula, Gian langsung pindah ke kursi belakang.

"kok lo pindah?!" Regan terkejut

"lo gak liat temen gue lagi sedih gini?!" cibir Gian

Regan hanya menggeleng mendengar cibiran Gian. Sudah minta tolong, eh sekarang Regan juga diperlakukan seperti supir oleh Gian.

Gian memeluk Aya erat, "udah, ya, udah, jangan nangis"

"belum juga sebulan jadian, gi" kata Aya sembari terisak

"iya, ya, iya, gue tau rasanya"

"lo kan jomblo, gi mana tau rasanya ?"

Gian menoyor kepala Aya, "mulut tuh ye!"

Aya menjauhkan dirinya dari Gian, dan menutupi wajahnya sembari terisak, "terus juga kenapa yuta enggak ngejar gue ? Dia pasti lebih milih cewek itu"

Gian mendecak, "ah, elah. Nethink amat. Mungkin dia masih ada urusan sama tuh cewek, atau masih ada kelas kali,ya. Coba aja cek hp lo. Siapa tau dia ngechat atau nelpon lo"

Aya mengambil handphonenya dari tas, dan melihat apakah ada pesan atau panggilan masuk dari Yuta, dan tangisnya semakin menjadi, "enggak ada, gi. Enggak ada tuh liat"

Gian menghela nafas panjang, lalu mencari kontak Jay di handphonenya, namun tidak ada jawaban saat dirinya mencoba menelpon Jay.

"ish" Gian mulai menelpon lagi sahabat laki – lakinya itu, "halo? Bilangin temen lo suruh tanggung jawab udah bikin temen gue nangis ! hah? Apa? Ngomong apaan sih lo ?! Gagu lo ?! apaan sih udin pake bisik – bisik ? ck . halo ? eh--"

"sialan dimatiin" gerutu Gian

"mereka lagi ada kelas gi"

Gian mendelik ke arah Aya, "itu lo tau"

"tadi jay bilang di chat sebelum ke fakultasnya"

Gian mendengus kesal. Lantas kenapa Aya berharap Yuta mengejarnya kalau dia tahu Yuta masih ada kelas kuliah.





***

Aya berharap Yuta menjelaskan kejadian di kampus tadi padnaya, namun hingga malam tiba Yuta belum juga menghubunginya. Justru Kenlah yang menghubunginya, datang ke rumahnya sekarang.

"nih" ujar Aya sembari memberikan buku pada Ken

"thanks ya" kata Ken sembari mengulum senyum melihat piyama doraemon yang dipakai Aya.

"iya" jawab Aya singkat

Ken memperhatikan wajah Aya yang murung, "lo sakit ?"

Aya menggeleng

"terus?"

"terus?" Aya mengulangi pertanyaan Ken

"muka lo murung"

Aya baru paham maksud pertanyaan Ken, "oh. Enggak apa – apa"

Drrrrtt.. Drrrrrtt..

Aya melihat chat masuk di handphonenya

Yuta : aku ke rumah kamu sekarang

Aya sedikit tersentak melihat pesan dari Yuta lalu melirik Ken didepannya, "gue ke dalem bentar ya"

Ken mengangguk.





Aya mengganti bajunya dengan sweater hangat berwarna marun juga rok berwarna pastel juga merias tipis wajahnya agar terlihat lebih fresh. Setelah siap, Aya segera bergegas kembali ke ruang tamu.

Aya cukup terkejut begitu melihat Yuta tengah duduk bersama Ken di ruang tamu, "k-kok udah sampe?"

Yuta tersenyum, "iyah" lalu berjalan mendekati Aya, "buat kamu"

Aya mengambil bungkusan yang diberikan Yuta. Ah, Aya tahu aroma itu. Pasti kue.

"ini apa?"

"dari ammah. Kue lapis"

Aya mengangguk pelan

Yuta melirik Ken sekilas, "aku langsung pulang ya"

"k-kok?"

Yuta membulatkan matanya, "kenapa?"

Aya mengigit bibir bawahnya, ia memilih hanya menatap Yuta namun tak menjawab pertanyaan Yuta.

Ken bangkit berdiri, "gue pamit ya, ya. Makasih bukunya, nanti kalau udah selesai gue balikin"

Aya menatap Ken lalu mengangguk sekilas sebelum menatap Yuta kembali.

"duluan ta" ujar Ken sekilas yang disambut anggukan oleh Yuta.

Aya tak bisa berhenti megintimidasi Yuta dengan tatapannya.

Namun justru tawa Yutalah yang didapatkan Aya dari usahanya untuk mengintimidasi Yuta.

"kamu hutang sama aku"

"berapa ?" tanya Yuta seraya merogoh dompetnya

Aya menghentakkan satu kakinya, "ish, bukan itu. Hutang penjelasan"

"kamu habis nangis?" tanya Yuta menyentuh pelupuk mata Aya yang sembab

Tatapan Aya kini turun ke lantai agar sembabnya tidak terlalu terlihat.

"dia grace, keturunan italy-indonesia. Temanku di Toronto, dan seorang model. Sama seperti Sela. Dia baru aja sampai di Indonesia karena ada pekerjaan disini"

Kini Aya mulai menaikkan tatapnnya kembali, menatap Yuta, "kenapa tadi--"

Yuta mengangkat bahunya, "budaya diluar. Pelukan sama teman hal biasa kan"

Jadi maksudnya, selama di Toronto Yuta juga sering berpelukan dengan perempuan lain? Sedangkan disini Aya tidak pernah berpelukan dengan laki – laki lain diluar anggota keluarganya.

"curang" lirih Aya

Yuta mendekatkan wajahnya, menatap lebih intens pacarnya itu, "curang?"

"jadi selama di Toronto kamu suka pelukan sama cewek – cewek lain?!"

Yuta menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "orang luar itu kan--"

"sedangkan aku disini enggak pernah peluk – peluk sama cowok lain kecuali keluargaku"

Astaga, demi apapun Yuta merasa gemas dengan sikap Aya sekarang. Kenapa bisa dengan polosnya pacarnya mengatakan hal itu?

Yuta menggigit bibir bawahnya, menahan tawanya yang siap meledak.

"jahat. Curang" Aya memukul lengan Yuta sekilas

Cup~

Yuta mengecup bibir Aya sekilas. Membuat Aya terkejut, dan seketika itu ekspresi murung pacarnya itu berubah menjadi ekspresi penuh keterkejutan.

Yuta meraih tangan Aya lalu mencium punggung tangan Aya, kemudian mengarahkannya pada dadanya, "disini cuman ada kamu ya. Jadi please jangan cepat salah paham dengan apa yang kamu liat. Aku cuman sayang sama kamu"

Pipi Aya merona mendengar perkataan Yuta. Ia mengulum senyum sekilas sebelum akhirnya mengangguk kecil. Sekali lagi, laki – laki itu dengan mudahnya membuatnya bahagia.





-------------------------------------------------

Hari ini badmood banget sebenernya mau lanjutin cerita, tadi pagi nyoba - nyoba liat timbangan dan eh naik 2 kilo ..

pagi - pagi udah badmood aja gara - gara liat timbangan huffft~

Dan berhubung udah niat dari semalem mau posting jadi posting deh :D



TINGGALKAN BINTANGMOOOO~

FORELSKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang