KENYATAAN PAHIT

769 46 1
                                    

"lo putus sama yuta? Kok bisa ya?"

Pertanyaan itu meluncur begitu Jay duduk didepan Aya. Tidak ada yang tahu Aya sudah putus dengan Yuta kecuali Gian. Bahkan Mila dan Dinda pun belum ia beritahu. Entah Jay tahu darimana, tapi sudah jelas bukan dari Gian. Gian itu penjaga rahasia terbaik diantara teman - temannya.

"gosip lu" cibir Gian yang duduk disamping Aya

"gue kata yuta"

Aya dan Gian sontak terkejut.

"demi apa lo udin?!" tanya Gian

"yah, gimana ya, kan gue sering liat lo pulang bareng ken sekarang, jadi tadi pagi gue tanya. Dia bilang kalian emang lagi enggak bareng. Jadi gue Tarik kesimpulan kalian beneran putus"

Gian melempar kulit kacang ke arah Jay, "enggak usah sotoy!"

Memang benar Aya sudah tidak pernah diantar pulang lagi sama Yuta. Alasannya karena ia memang ingin menjauhi Yuta meskipun sampai sekarang Yuta tak pernah absen menchat atau menelponnya.

Aya menatap layar handphonenya yang tiba - tiba tertera nama Ken disana. Ia ingat janji nonton dengan cowok itu sepulang kuliah.

"belom lagi sekarang yuta dipepet grace"

Grace. Lagi - lagi Grace. Menyebut nama Grace hanya membuat Aya hilang mood.

Gian melempar kulit kacang lagi ke arah Jay, "ngompor aja terus ngompor lu kayak mamang cilor!"

Aya bangkit, "gue mau pulang"

Aya tidak suka Jay membahas tentang Grace. Jangan dikira move on itu mudah. Sampai sekarang pun Aya masih sering melihat Instagram Yuta, foto - foto keduanya di galeri, juga membaca ulang chat - chat Yuta meskipun hanya membalas sesingkat mungkin chat - chat baru cowok itu.

Aya tahu kalau Grace sedang gencar mendekati Yuta sekarang. Aya memang kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa - apa sekarang. Ia tidak punya hak untuk melarang Yuta berdekatan dengan Grace karena ia bukan siapa - siapa.

Gian mengejar Aya dan menghadangnya, "jangan pulang dulu!"

"mau ngapain?"

"kan lo janji mau anterin gue ketemu kak gio"

Aya baru ingat janjinya itu, "ta-"

"nepatin janji atau denda seratus ribu?" Ancam Gian

"yaudah!" Aya kesal. Tapi lebih baik ia menemani Gian daripada harus membayar seratus ribu pada temannya yang super hemat itu.

Jay menghampiri keduanya, "lo berdua mau ke gedung fakultas gue?"

"kepo lo kayak dora!" cibir Gian

"yee, ditanyain juga"

"tanya aja noh sama si peta" kata Gian sebelum menarik Aya pergi meninggalkan Jay.

"udah ya enggak usah didengerin omongannya si udin, udah tau mulut dia kayak tempat sampah. Hidupnya juga enggak pernah ada faedah buat orang lain, banyak minusnya" kata Gian

***

Aya merasa sedikit khawatir begitu memasuki gedung fakultas Yuta. Ia ingin bertemu Yuta tapi ia juga takut jika bertemu Yuta karena harus bersikap seperti apa. Entah kenapa rasanya ia sangat merindukan Yuta.

"yuta tuh"

Aya sontak menoleh begitu mendengar Gian menyebut nama Yuta. Tapi saat ia melihat disekitarnya, ia sama sekali tidak melihat cowok itu.

"yaelah, sahabat gue belum move on"

Sadar kalau ia hanya dikerjai Gian, Aya jadi malu sendiri.

"resek"

Gian tertawa, "lagian lo berdua tuh aneh - aneh aja pake putus tapi sebabnya gak jelas"

"apanya yang gak jelas sih gi? Disaat dia pacaran sama gue, dia ciuman sama grace? Itu namanya gak jelas?"

"lo mustinya tanya dulu kenapa dia cium grace. Lagian lo kan tau dari si udin, enggak liat langsung"

Aya hanya terdiam. Ia memang tidak pernah bertanya pada Yuta tentang kebenarannya.

"katanya tuh anak ada dikel-"

"kok berhen-"

Gian memberi isyarat Aya agar diam lalu menunjuk kedalam kelas.

"ada yuta sama grace" bisik Gian

Aya terdiam, dan hendak berbalik, tapi Gian justru menahan tangannya dan mengajaknya merunduk.

"mau ngapain sih gi?" bisik Aya

"kalo udah begini enaknya nguping. Rugi kalo enggak sempet dengerin" jawab Gian berbisik

Aya memikirkan kata - kata Gian yang memang ada benarnya, tapi apa tidak apa - apa mereka berjongkok didepan kelas hanya untuk menguping pembicaraan kedua orang yang ada didalam.

"aku enggak ngerti sama kamu ta"

"kenapa lagi sih grace?"

"sikap kamu ta"

"sikap aku kenapa?"

"kamu harusnya bersikap lebih baik lagi sama aku ta. Kamu harusnya mulai lupain aya"

"aku sayang sama aya, aku juga cinta sama dia,grace"

"kamu itu cuman kasian sama dia ta! Kamu inget dulu kamu bilang apa sebelum kamu pulang ke indo? Kamu bilang kalau kamu cuman mau ketemu sama teman - teman lama kamu sekalian nemenin mamih disini. Tujuan kamu ke indo itu bukan sepenuhnya demi dia ta. Kamu enggak segitunya cinta ta sama dia. Kamu juga cuman kebetulan ketemu lagi sama dia karena dia juga kuliah disini. Kalau kamu memang cinta sama dia, terus kebersamaan kita sebelum kamu ke indo apa artinya ?" Grace mengambil jeda sedetik, "Dan satu hal lagi ta, apa arti ciuman kita waktu itu?"

Yuta terdiam cukup lama, sementara itu disisi lain, Aya berusaha menahan air mata yang sudah membendung dipelupuknya.

"apa semua itu enggak ada artinya buat kamu?"

"enggak gitu grace. Kamu itu aku anggep sebagai sahabat aku-"

"atau cuman friends with benefit?" potong Grace

"karena kamu bukan dia, grace. Kamu bukan Aya. Setelah ketemu Aya lagi, aku selalu merasa takut nyakitin dia karena itu aku juga selalu ragu buat nyentuh dia. Aku mulai frustasi setiap tahu ken deketin dia. Dan apa yang aku lakuin ke kamu juga.. Aku memang brengsek. Tapi bukan maksud aku buat manfaatin kamu atau ngelampiasin ke kamu. Aku memang sayang sama kamu grace tapi perasaan itu beda sama perasaan yang aku punya buat aya. Maafin aku"

"ta, please.. aku enggak masalah kamu jadiin pelampiasan. Kita mulai dari awal ya? Aya juga udah mulai sama ken,kan? Aku yakin perlahan kita pasti-"

Yuta menggeleng, "aku enggak bisa lepasin aya buat ken. Ken cuman mainin dia,grace"

"jadi kamu percaya kata - kata gio?"

Yuta mengangguk, "iya"

Grace hanya menggeleng pelan, "terserah kamu ta"

Beruntung sebelum Grace keluar dari kelas, Gian sudah menarik Aya duluan menjauh dari kelas itu. Air mata Aya sudah tak terbendung lagi. Berulang kali ia menyeka air matanya hingga sampai diparkiran barulah Gian menghentikan langkahnya dan berbalik memeluk Aya.

"jangan langsung diambil hati yah ya, kita belum tahu kebenarannya"

Aya menggeleng, "sekarang gue harus percaya siapa gi? Gue bahkan enggak tahu siapa diantara mereka berdua yang beneran tulus sayang sama gue gi?"

Gian memeluk erat sahabatnya yang tengah menangis tersedu - sedu itu dan mengelus bahu Aya seraya menenangkannya.

================================================================================================================================================================

Hayuuuu, sini, sini mana tim yang setuju aya sama yuta ? atau sama ken aja ?

FORELSKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang