[Di Ambang Kehilangan]
Bulir air mata jatuh tanpa aba-aba
Menyusun relief pedih penuh nuansa
Pada stupa kesendirian, luka-luka abadi
Layaknya arca tanpa dekapan surgawi.Kita adalah bangunan suci yang sudah usang
Menjadi pijakan asa yang dikoyak kehilangan
Ternodai kejamnya jarak dan putaran waktu
Hingga serupa puing yang anggun membisu.Sayatan surya sempurna membalut lara
Menjelma empu di kelam dinding romansa
Pekat malam merasuki rongga kegelisahan
Mempertajam—kita berakhir dalam kehilangan.Kita pernah hilang, lalu dipertemukan
Merajut bangunan megah tanpa ikatan
Stupa utuh melindungi berbagai momen ironi
Meski akhirnya kisah kita pun menjadi penghuni.Kini biarkan semua terjebak dalam fana
Sebab asa tak menembus dinding semesta
Aku kembali menjadi bangunan penuh luka
Sedang kau tokoh utama kala relief bercerita.Maka, sebelum kita lenyap bersama relik kepedihan
Izinkan aku mengutarakan satu hal;"Puing-puing kisah kita memang tak seanggun
peninggalan Syailendra, pun tak semegah pemujaan
para Dewa. Namun, ada hal yang bisa mengalahkan
keduanya, ialah keyakinan untuk dipertemukan dan
kembali merajut bangunan megah yang paling diimpikan."—
#ronggasajakku
KAMU SEDANG MEMBACA
POSPHENOUS
PoesiaHigh ranks #1 in Phosphenous [Rab, 290519] #3 in Wattyawards2018 [Kam,201218] #38 in future #29 in stories #8 in mood [Kam, 201218] #57 in sajak [kam, 201218 beberapa karya yang saya cipta sendiri 💓 terimakasih telah berkunjung Perkenalan adalah...