[Rindu, Hingga Amerta]
Malam ini, aku sadar sesadar-sadarnya. Kopi hitamku masih saja diseduh tanpa gula, dan kretekku entah sudah berapa batang habis jadi abu semata. Aku menatap pohon-pohon mangga diluar, lampu kuning param di ruang tamu ini, dan juga lukisan-lukisan dan poster lama di dinding-dinding yang sudah jadi saksi bisu berbagai pertemuan dan perpisahan di ruangan ini.
Malam ini, aku mengingat kamu lagi. Kadang aku bingung sendiri tentang cinta dan masalah hati. Jujur, cintaku padamu sebagai cinta dan kehormatanku kepada manusia paling indah di hidup ini belum luntur. Aku tetap cinta sejadi-jadinya, meskipun kalau permasalahan cinta tentang romansa dan asmaradahana, aku sudah membuka hatiku untuk perempuan lain tentunya. Aku tidak mau terjebak di masa lalu, terjebak dalam tempat yang dikunci oleh waktu dan terus-terusan menyalahkan semesta atau Tuhan tentang kepergianmu.
Aku juga suka berandai-andai tentang surga. Apakah surga yang kau kunjungi sekarang itu Nirvana, Elysium, Valhalla, atau surganya agama kita? Atau, bahkan, mungkin, surgamu surga yang ikut modern sesuai perkembangan manusia, ada cafe dimana kau bisa memesan teh chamomile kesukaanmu disana? Aku tidak akan pernah tau sampai waktunya.
Kamu pasti sudah bertemu dengan dua adikku disana. Apakah mereka ikut tumbuh sesuai tahun manusia, ataukah mereka menjadi malaikat-malaikat kecil yang mungkin sama jahilnya dengan diriku? Apakah mereka seromantis aku? Apakah mereka sering bernyanyi dan mungkin bermain alat musik surgawi seperti aku? Aku pun tak akan pernah tau.Aku masih rindu, dan akan tetap merindu. Jangan takut. Aku tak akan sedepresi dulu lagi. Janjiku padamu untuk berhenti menyayat daging sendiri masih akan kupegang sampai aku mati. Oh, iya. Aku juga sudah menulis lagi, dan nama penaku adalah nama yang terinspirasi dari panggilan sayangmu kepadaku dulu. Aku juga berjanji, kalau ada perempuan yang aku cinta, aku akan menjaga, mencintai, mengayomi, dan membuatnya lebih bahagia daripada aku membuat kamu bahagia selama kamu sempat ada di dunia ini dulu.
Sampaikan pada Tuhan, aku akan menjadi Ksatria dengan pena-nya, dan langkahmu dulu akan aku ikuti sekarang sebisanya. Kalau kamu dulu bisa jadi Penyelamat jiwa-jiwa yang patah, aku pun akan mencoba sebisanya untuk jadi menarik orang keluar dari jurang hitam dunia ini sebanyak-banyaknya.
Sekian dulu ya. Masih banyak yang ingin kusampaikan, tapi nanti aku menangis lagi. Ksatria seperti aku tak boleh menangis keseringan; begitu kan katamu dulu? Aku akan jauh lebih tegar dari baja, dan kau bisa lihat buktinya.
Sampai bertemu nanti ya. Aku akan bertemu kamu ketika Tuhan bosan dengan seekor beruang yang kerjaannya ngalor ngidul dan nulis mulu di bumi ini.
- Beruang Tua, buat si Bidadari Surga yang sudah pulang sempurna.
×××××××××××××××××××
KAMU SEDANG MEMBACA
POSPHENOUS
شِعرHigh ranks #1 in Phosphenous [Rab, 290519] #3 in Wattyawards2018 [Kam,201218] #38 in future #29 in stories #8 in mood [Kam, 201218] #57 in sajak [kam, 201218 beberapa karya yang saya cipta sendiri 💓 terimakasih telah berkunjung Perkenalan adalah...